Prolog

72 11 5
                                    

Mencintai memang susah-susah gampang. Apalagi, ketika masih saling sayang, memberi cinta, bahkan berjanji hidup semati, tahu-tahu kita malah mendengar kata yang seharusnya nggak terdengar dari pasangan kita. Seperti misalnya 'Kita break dulu, ya?'

Meskipun, break artinya istirahat, tetapi nggak bisa dipungkiri itu merembet pada kata putus di akhir.

"Aku mau kita break, Kak."

Seharusnya, momen menikmati senja menjadi kebahagiaan sendiri bagi pasangan anak muda yang sedang menjalin asmara cinta. Seperti Juvena Narendra bersama Kamelia Vankanila, sang kekasih dari SMA. Namun, keadaan justru berbanding terbalik dari kenyataan. Dengan tiba-tiba, Kamel meminta untuk break sebentar tanpa menyebutkan alasan yang jelas. Padahal, hubungan mereka terbilang baik-baik saja. Juvena bukanlah cowok red flag yang kerjaannya tebar pesona, tetapi banyak menyakiti hati para perempuan. Kalau boleh dibilang, Juvena adalah sosok cowok idaman yang punya sejuta sifat green flag. Kadar ketulusan cintanya hampir mendekati 95% dan semua itu khusus untuk Kamel seorang.

Sontak, Juvena menoleh ke samping kanan. Dahinya berkerut selagi menatap Kamel lamat-lamat. Ia hendak bertanya, tetapi Kamel bicara lagi. Seolah, pernyataan break--nya benar-benar serius. Nggak boleh diganggu gugat.

"Jangan tanya alasannya dulu kenapa ya, Kak. Intinya, aku mau menenangkan hati dulu, apalagi setelah Rino nggak ada, rasanya hampa banget di rumah," jelas Kamel. Perhatiannya tetap lurus ke depan. Ia bahkan nggak peduli Juvena tengah menatapnya dipenuhi seribu tanya sekarang.

"Itu sama aja kamu egois, Mel. Kamu nggak tahu gimana sekarang perasaanku? Campur aduk." Juvena mendengkus pelan. Ia menahan segala emosi yang mulai mengaliri pembuluh darahnya. Cinta yang selama ini ia jaga sejak dulu, perlahan mulai retak dengan sendirinya.

"Sekali lagi maaf, Kak Juvena. Aku sadar bukan cewek yang sepenuhnya baik. Hati manusia mudah berubah, tapi ini udah keputusanku untuk break. Kuharap Kak Juvena paham." Setelah mengatakan itu, Kamel berdiri dari duduknya. Ia hendak pergi, tetapi tangannya dicekal oleh Juvena. Cowok itu enggan membiarkan sang kekasih meninggalkannya begitu saja.

"Aku sayang sama kamu, Mel. Kamu tega biarin aku mati penasaran karena tiba-tiba diajak break gini?" tanya Juvena penuh penekanan.

Dalam diam, Kamel tahu. Sangat tahu kalau Juvena adalah laki-laki setia yang pernah ia miliki, bahkan sampai detik ini. Namun, sekali lagi, Kamel nggak akan mengubah apa yang telah ia putuskan sendiri.

Pelan-pelan, Kamel melepaskan diri dari genggaman Juvena, kemudian ia berlalu tanpa menoleh ke belakang. Jalannya cepat, menembus kerumunan orang-orang yang sedang berdiri berpasangan sambil memotret gambaran senja sore itu.

Tinggallah Juvena, sendiri. Kedua kakinya terasa berat untuk mengejar Kamel. Ia mengusap kedua matanya yang mulai berair. Perlahan, air matanya luruh  membasahi wajahnya.

"Tapi, aku nggak akan menyerah gitu aja, Mel. Aku bakal kejar cintaku lagi," gumam Juvena selagi terduduk kembali pada lincak. Ia pun ditemani dua cangkir kopi susu, miliknya dan milik kekasihnya yang melarikan diri.

WHEN I MEET YOU WITH BOBA ✔️Where stories live. Discover now