Bab 1 -- Pedenya Selangit

53 6 8
                                    

Surakarta, 2018

"Jangan lupa besok habis pulang sekolah nanti kita ada sparing futsal sama SMA 2, Ju. Kamu ndak lupa, toh?"

Juvena mengangguk, lalu tersenyum singkat. "Siapa yang lupa, Pren? Itu, kan, agenda kita. Lagian, bentar lagi kita ada turnamen antar sekolah. Masa mau dilewatin gitu aje?"

Di sebelahnya jalan, ada Awan, teman dekat sekelasnya mencebik, kemudian berdecak pelan. Ia hanya bermaksud mengingatkan. Pasalnya, Juvena tukang pelupa. Terkadang, lebih memilih tidur daripada menepati janji.

"Barangkali kamu lupa, Bro! Biasanya, kan, seorang Juvena suka ngilang ditelan bumi," cecar Awan nge-gas. Ia berjalan mendahului Juvena ke arah parkiran motor. Sedangkan, Juvena belum menyusul. Hanya sesaat menggelengkan kepala, lalu ia melirik jam di pergelangan tangan. Masih setengah tiga sore, ada kesempatan sebentar ke perpustakaan. Ia ingin meminjam buku komik Naruto edisi terbatas di sana. Semoga saja, penjaga perpustakaan belum langsung pulang.

Ternyata, Awan balik lagi. Ia mengernyit ketika Juvena nggak kunjung menyusulnya.  "Ju, kok, kamu diem aja? Ayo, nek mau pulang bareng!" teriaknya sudah memakai helm full face--nya.

"Duluan aja, Wan! Aku ada perlu bentar di perpustakaan. Tenang, bukan modusin Mbak Chika, kok. Mau pinjem komik!" ujar Juvena, langsung bergegas ke perpustakaan tanpa menunggu respons Awan. Anyway, Mbak Chika itu penjaga perpustakaan yang memang akrab dengan Juvena. Suka menyimpankan buku-buku baru khusus untuk cowok itu. Terutama, komik edisi lama yang sangat unlimited edition.

Mbak Chika : "Komik Naruto yang kamu tunggu udah ada, Ju. Ambilnya, pas pulang sekolah, ya."

Melewati jalanan berpaving, serta lapangan bulu tangkis dan utama, sampailah Juvena di perpustakaan. Nggak banyak siswa ke tempat itu. Kecuali, saat jam istirahat berlangsung. Itupun beberapa siswa saja. Sebab, kantin lebih menggoda daripada berdiam diri bersama buku.

"Mbak, mana komiknya?" To the point, Juvena bertanya usai menyimpan sepatu di rak khusus. Masuk ke perpustakaan sepatu memang harus dilepas terlebih dahulu.

Mbak Chika berdecak pelan, lalu ia mengecek di laci meja kerjanya, mengambil tiga buku komik Naruto edisi lampau. Kebetulan, perpustakaan SMA 1 Surakarta habis kedatangan donasi buku dari orang baik.

Kedua matanya berbinar. Juvena sampai membolak-balikan komik naruto yang akan ia pinjam itu. "Akhirnya, ini volume-volume yang paling aku tunggu, Mbak!"

"Cepet nulis di buku sama kartu peminjaman ya, Ju. Inget, jangan lupa dibalikin sesuai tanggal...." Belum selesai Mbak Chika bicara, Juvena sudah menyela sambil ala-ala hormat pas upcara. Nggak lupa disertai senyuman lebarnya.

"Siap, komandan!"

Selagi Juvena sibuk menulis dan Mbak Chika meninggalkannya sejenak karena akan beres-beres sebelum pulang, seorang cewek berambut ikal panjang mendekat meja administrasi. Meja yang sama seperti Juvena sekarang berada. Ia menaruh beberapa tumpukan buku dalam diam. Menunggu Juvena selesai menulis lengkap data buku yang akan dipinjam.

Lima menit lewat, Juvena selesai melengkapi data. Sekilas ia melirik ke samping kanan, agak ke bawah sedikit. Ia malah terpana oleh sosok yang—mungkin—belum pernah dilihatnya selama di sekolah. Atau, karena berbeda kelas sehingga Juvena kurang begitu mengenal cewek itu. Entah kenapa, ada debaran aneh merambat, seolah menghujam jantung Juvena. Seperti letupan-letupan pop-corn yang baru saja jadi.

Jujur, cewek itu cantik. Bulu matanya lentik. Hidungnya kecil, menggemaskan. Satu hal yang paling membuat Juvena terpesona adalah diamnya cewek itu penuh arti. Sebab, biasanya cewek lain akan menyapa Juvena dengan centil dan pura-pura menyapa akrab, berujung modus.

Kira-kira, dia siapa, ya?

"Eh, Mel. Udah selesai bacanya?" tanya Mbak Chika sambil membawa tiga tumpukan buku pelajaran Kimia. "Aku kira kamu lupa sama jam pulang sekolah dan milih ndekem di pojok perpustakaan."

Mel? Juvena pun melirik sekilas gadis yang berdiri di sebelahnya. Cewek itu tersenyum samar, memperlihatkan sedikit cekungan kecil di pipi kanan. Manis, iya Juvena spontan membatin begitu.

"Udah, Mbak. Saya nggak akan lupa pulang, kok. Ini mau siap-siap. Ya, masa sampai nginep di pojokan, yang ada ditemenin sama dedemit kali."

Lucu juga ini cewek. Lagi-lagi, Juvena membatin. Sejak tadi ia diam, nggak menyela percakapan antara dua perempuan itu. Namun, tatapannya terus memperhatikan seseorang yang kini telah berjalan ke arah luar perpustakaan. Nggak tahu kesambet apa, Juvena mengikuti perginya sang gadis, bahkan lupa pamitan dan mengucapkan terima kasih pada Mbak Chika karena sudah dicarikan komik Naruto edisi lawas.

"Dari kelas mana?" tanya Juvena spontanitas selagi memakai sepatu conversnya. Kayaknya, cowok itu beneran kesambet penunggu perpustakaan. Buktinya, ia nekat mengajukan pertanyaan. Belum langsung dijawab pula. Adanya cewek itu malah mengernyit, mungkin lebih ke setengah ilfeel.

"Kamu nanya saya?" Cewek berambut ikal panjang itu bertanya balik dengan nada datar. Sedatar papan tulis yang biasa digunakan guru untuk menuliskan berbagai rumus memusingkan.

Juvena menggaruk tengkuknya yang nggak gatal. "Iya, aku nanya kamu. Kamu dari kelas mana? Kayaknya, aku baru pernah lihat ka...."

"Saya kelas 10, baru masuk tahun ajaran ini. Jadi wajar Masnya baru pernah lihat."

Dijawab begitu saja, Juvena refleks deg-deg seeeer sendiri. Ada debaran nggak menentu yang membuatnya panas dingin. Apalagi  cewek di hadapannya sekarang menatapnya lekat.

"Ada lagi yang perlu saya jawab?"

Mulai gagap. Juvena bingung, tapi ia segera memutar otak untuk memperpanjang obrolan, meskipun sedikit.

"Nama kamu siapa? Dari kelas 10 apa?"

Cewek itu menghela napas panjang. "Nama saya Kamelia Vankanila. Dari kelas 10-4. Ah, saya harus segera pulang, sudah mau hujan. Takut ketinggalan angkutan kota. Saya ... izin pamit ya, Mas?"

Baku sekali, tetapi mampu membuat Juvena terpana dalam sekejap. Baru kali pertama ia menemui seorang cewek sesopan itu. Pergi saja minta izin. Seharusnya nggak perlu begitu. Karena pasti, Juvena langsung menyuruhnya pulang atau malah mengantarkannya sampai ke depan rumah, kalau ini kejauhan. Kenal saja belum. Dasar cowok kardus.

"A-anuuuu." Juvena menghentikan langkah Kamel yang tengah berjalan setengah jalan.

"Namaku Juvena Narendra. Dari kelas 11 IPA 6. Salam kenal, ya. See you in another time," ucap Juvena penuh percaya diri. Sambil tersenyum ia pun melambaikan tangan.

Kamel mengangguk. Tersenyum tipis, sampai nggak terlihat oleh mata, kemudian ia berlari kecil. Gegas pulang sebelum hujan turun membasahi bumi.

"Parah. Kamu ngapain, sih, Ju? Nekat banget memperkenalkan diri." Sementara, Juvena merutuki diri hingga memukul-mukul sendiri bagian depan kepala menggunakan tiga buku komik Naruto yang masih digenggamnya.

WHEN I MEET YOU WITH BOBA ✔️Where stories live. Discover now