59-60

8.6K 832 33
                                    

Double updateee gaessss💃💃

Selamat membacaaa

Jangkar menggendong istri nya masuk ke dalam rumah begitu sampai.

"Non Cia," bisik Buk Titin hampir saja menjerit jika tidak melihat gelengan Jangkar.

"Tidur, Buk!" Sahut Jangkar pelan. Buk Titin mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Perempuan tua itu merasa sangat lega karena majikan nya berhasil kembali ke rumah.

"Saya ke kamar, Buk! Tolong buatkan sup ya Buk!"

"Baik, Bang Jangkar. Saya buatkan segera."

Jangkar melanjutkan langkah nya ke dalam kamar. Buk Titin melihat Zaki. Ia segera menghampiri pemuda tersebut.

"Zaki!"

"Ya, Buk. Ada apa?"

"Non Cia baik-baik saja kan? Saya tidak berani bertanya sama Bang Jangkar karena Non Cia tampak tidur."

Zaki menghela nafas sejenak. "Saya rasa Non Cia tampak kelelahan dan trauma. Mungkin, Buk Titin. Hanya pikiran saya saja."

"Ya Allah." bisik Buk Titin sembari menutup mulut nya. "Kasihan nya Non Cia."

"Semoga Non Cia tidak papa, Buk. Berdoa saja."

Buk Titin mengangguk. Beliau pergi ke dapur namun pikiran nya masih memikirkan Non Cia.

Buk Titin menghapus air mata nya yang tanpa di pinta turun mengalir di pipi keriput nya.

"Ya Allah. Semoga Non Cia baik-baik saja setelah ini. Terima kasih karena Non Cia sudah balik ke rumah ini. Perasaan hamba sangat lega Ya Allah. Terima kasih." Buk Titin mengusap kan kedua telapak tangan nya ke wajah lalu mulai beranjak memasak sup untuk Non Cia.

Di dalam kamar, Jangkar merebahkan tubuh istri nya dengan hati-hati ke atas  kasur.

Jangkar mengusap wajah pucat istri nya. Bekas-bekas air mata bahkan masih menempel di pipi Cia. Jangkar mengecup seluruh wajah sang istri dengan hati yang berkecamuk.

Jangkar mengambil tangan Cia dan menempelkan nya ke pipi. Mata nya memandang wajah lelap Cia.

"Sayang. Maafkan Abang yang tidak bisa menjaga sayang. Abang minta maaf." Jangkar kembali di hinggapi rasa bersalah untuk yang kedua kali nya.

"Apa yang telah mereka lakukan kepada istri Abang, Hm? Kenapa raut wajah sayang seperti ketakutan? Abang janji, abang akan memberikan pelajaran kepada mereka yang telah membuat kamu seperti ini. Abang akan memberikan hukuman yang pantas untuk mereka." Jangkar mulai berubah ekspresi menjadi keras.

"Abang tidak akan membiarkan mereka bebas. Abang pastikan itu. Mereka harus di beri hukuman yang setimpal. Abang tidak akan mengampuni mereka. Tidak peduli siapa mereka. Lihat saja! Abang akan buat mereka menderita."

****

Sudah lewat tiga jam namun Cia belum juga bangun. Jangkar mulai cemas dan khawatir. Ia sudah mencoba berbagai cara membangunkan Cia namun Cia tidak juga bangun. Namun jelas ia masih bernafas. Terlihat dari dada nya yang naik turun dan nafas dari hidung nya yang membuat Jangkar bernafas lega.

"Bang Jangkar ada Zaki sama Buk Bidan di luar,"

Jangkar langsung menoleh cepat. "Langsung bawa ke sini, Buk!"

"Baik, Bang Jangkar." Buk Titin kembali ke luar. Jangkar menggenggam tangan Cia.

"Sayang, ayo bangun. Abang mohon. Abang cemas dan sangat khawatir sekali." bisik Jangkar pelan.

"Permisi Bang Jangkar!" Suara Buk Bidan menyapa gendang telinga Jangkar.

Beliau masuk begitu di persilahkan.

Jangkar Cinta (EBOOK READY DI GOOGLEBOOK/PLAYSTORE.)Where stories live. Discover now