14. Who?

6.3K 559 124
                                    

Usai mendapat telepon dari Clara, Kathrina segera bergegas berlari menyusuri koridor sekolah. Gadis itu tak mempedulikan semua tatapan mematikan dari siswa-siswi SMA Puncak Prestasi yang menatapnya amat sangat sinis. Beberapa dari mereka juga ada yang menyoraki Kathrina, mengatakan hal-hal yang membuat sakit pada hatinya. Namun gadis itu tak menghiraukannya dan terus berlari.

BRUK. Kathrina menabrak seorang gadis dengan kacamata bulat, rambut yang dikepang dua, memberikan kesan imut pada gadis itu. Buku-bukunya berjatuhan, tetapi Kathrina tidak berniat untuk membantunya sama sekali. Sialnya, bukan hanya buku yang terjatuh, melainkan ada kamera digital juga disana.

"Ah, sorry! Buru-buru." Kathrina langsung melanjutkan lajunya menuju ruang The Pillars dimana teman-temannya menunggu gadis jangkung itu. Sebenarnya, Kathrina ingin membantu terlebih dahulu. Namun, karena Clara pasti akan membahas hal penting, maka dari itu, ia tidak dapat membuat gadis itu menunggu lebih lama.

Setelah Kathrina tidak terlihat lagi dari pandangannya, gadis berkacamata bulat itu segera mengambil dan merapikan semua bukunya yang jatuh berserakan. Tak lupa, ia juga mengambil kamera digitalnya, memeriksa keadaan kamera tersebut termasuk memory card yang terdapat di dalamnya. Tersenyum sembari menghela napasnya, beruntung kameranya baik-baik saja.

"Untung gak rusak," gumamnya, kemudian ia kembali bermonolog, "isinya penting semua nih! Kalau rusak, bahaya." Gadis itu kemudian bangkit berdiri seraya beberapa kali meniup kamera miliknya, membersihkannya dari debu yang mungkin menempel disana. Tersenyum tipis, ia kembali bergumam, "Kathrina Permata Adhyaksa. Dasar, perundung."



Kathrina membuka pintu ruangan dengan sangat kencang. Di dalam sana sudah terdapat Clara, Hazel, Fadel, dan juga Misya yang sudah berkumpul dan berbicara satu sama lainnya. Dengan napas yang terengah-engah, Kathrina membanting pintu kemudian menghampiri keempatnya. Gadis itu duduk pada sofa single-seat dimana ia biasa tempati.

"Ada yang aneh gimana maksud lo, Ra?" ucap Kathrina to-the-point.

Clara menunjukkan angka "4" dan juga angka "8" yang terletak pada ujung kanan dan kiri artikel tersebut. "Biasanya, angka yang terletak di bawah kaya gini, itu untuk halaman. Tapi, artikel ini aja gak sampai empat, delapan, apalagi 48 halaman. Terlebih, dua angka ini terletak terpisah." Jelasnya kepada Kathrina.

Kathrina mengernyitkan keningnya, menatap Clara bingung. "I ... still don't get it. Maksudnya apa?" ucapnya seraya membenarkan posisi kacamatanya.

"Lo gak ngerasa ini aneh, Kath? Untuk apa mereka taruh angka di akhir artikel kalau ini aja cuma ada satu halaman? bukan cuma itu, disini," Clara menggantungkan ucapannya, menujukkan inisial yang tercantum pada artikel. "Seharusnya, mereka cantumin nama lengkap. Pihak sekolah gak pernah membiarkan siapapun mengakses website sekolah apalagi mempublikasi sebuah berita tanpa cantumin nama lengkap siswa maupun siswi yang udah nulis berita ini."

Hazel menoleh, menatap Clara. "Berarti, kita punya kurang lebih tiga hal yang harus diselidiki, ya?"

Clara dan Misya mengangguk secara bersamaan. Kemudian, Misya mengeluarkan sebuah buku dimana di dalamnya terdapat puluhan bahkan ratusan nama di dalamnya. Buku absen siswa-siswi yang angkatannya sama dengan mereka.

"Buat apa, Sya?" celetuk Fadel penasaran.

Tanpa menghiraukan Fadel, Misya membuka buku absen tersebut. Buku itu menunjukkan nama bukan berdasarkan dari abjadnya, melainkan dari peringkat yang para siswa dapatkan. Gadis itu menelusuri dengan teliti, ia baca satu persatu nama yang tercantum di dalamnya. Misya menuliskan nama yang terdapat pada peringkat empat, delapan, dan juga 48. Terdapat tiga nama disana.

Obsessed (GitKath) [Hiatus]Where stories live. Discover now