15. Hurts

5.9K 488 29
                                    

Saat ini kondisi SMA Puncak Prestasi benar-benar tidak kondusif. Hal ini masih memiliki sangkut-paut dengan artikel yang tersebar pagi tadi. Para murid tidak dapat berkonsentrasi dengan berita yang muncul secara bertubi-tubi layaknya telah diretas. Dengan sangat berat hati, para guru terpaksa memulangkan siswa-siswi satu jam lebih cepat dari biasanya.

Bel pulang sekolah berbunyi, membuat Freya mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar suara nyaring itu. Membuka matanya secara perlahan, ternyata sedari tadi gadis itu terlelap di atas paha Flora sebagai bantalannya. Flora tersenyum manis kala menatap Freya yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya itu.

"Nyenyak banget. Sampe gak sadar kalau sekarang udah jam pulang," ucap Flora seraya terkekeh pelan. Gadis mungil itu mengusap pipi Freya lembut. "Bangun, yuk?" Saat Freya mulai bangkit dari tidurnya, dengan sigap Flora membantu Freya untuk duduk.

"Eh? Jadi, yang barusan bunyi itu, bel pulang sekolah?" tanya Freya yang masih linglung. Ia tak sadar bahwa ia terlelap sejak pagi tadi. Ia terlelap sesaat setelah kelelahan menangis dan memaksa otaknya untuk berpikir secara berlebihan. Kemudian ia menatap jam dinding, keningnya mengernyit heran. "Tapi sekarang belum jam pulang, Flo? Masih satu jam lagi, loh?"

Flora menaikkan bahunya tanda ia tak tahu. "Tadi sih informasinya memang disuruh pulang lebih cepet karena kelas gak kondusif," jelas Flora yang kini kembali menarik tubuh Freya, kembali memeluknya erat. "Kamu pulangnya nanti aja, ya? Aku masih mau peluk kamu."

Freya terdiam sebentar, membeku karena Flora memeluknya sangat erat. Tiba-tiba gadis tinggi sudah hadir pada ambang pintu dengan wajah datar. Membuat Flora yang melihat kehadiran gadis itu langsung sigap menjadi benteng untuk Freya. Gadis mungil itu melepaskan pelukannya kemudian berdiri tepat di depan Freya. "Kathrina? Kamu mau apalagi kesini?"

Kathrina tersenyum simpul sesaat sebelum gadis itu akhirnya mulai menarik Flora secara paksa. Membuat Freya yang panik kini mengejar dan berusaha menghentikan Kathrina. "Kath! Kamu apa-apaan sih? Jangan tarik Flora kaya gini!" bentaknya sembari melepas paksa cengkeraman tangan Kathrina dari lengan Flora.

Tidak peduli dengan ringisan Flora, Kathrina semakin mencengkeram lengan gadis mungil itu. "I need to proof something, Freyana Adiwijaya. Get the fuck off!" gertaknya balik seraya mendorong Freya menjauh.

Degup jantungnya semakin cepat, dengan napas yang memburu, Freya memberanikan dirinya untuk berdiri di hadapan Kathrina, menahan tubuh gadis yang lebih tinggi darinya. Freya menatap Kathrina lekat. "Jangan bawa Flora. Ini urusan kita. Lo sakitin Flora, lo berurusan sama gue, Kath," titahnya dengan nada suara yang rendah, tak lupa dengan penekanan pada kalimat terakhirnya.

Menatap jari telunjuk Freya yang menunjuk tepat mengarah pada wajahnya, Kathrina melepas cengkeraman tangannya dari Flora. Tatapan tajam pada keduanya, memberikan hawa mencekam pada netra Flora. "Ah, kenapa jadi begini, sih?!" batinnya bertengkar. "Aduh ... bukan ini tujuan gue!" lanjut Flora lagi, menatap panik Kathrina dan Freya yang sedang berdiri berhadapan dengan tatapan benci satu sama lain.

"Oh? Freyana Adiwijaya udah berani pake "lo-gue" ya sekarang?"

Membalas tatapan Kathrina tak kalah tajam, Freya kembali memperingati. "Lawan lo itu, gue. Sekali lagi lo sentuh Flora, gue gak segan buat bales semua hal kejam yang pernah lo lakuin ke gue, Kath." Gadis itu melenggang pergi dari hadapan Kathrina tanpa melepaskan tatapan tajamnya.

Menggenggam lembut jemari Flora, kini Freya mengajak gadis mungil itu untuk pergi menjauh. Meninggalkan Kathrina sendirian yang masih menatapnya tajam. Tanpa gadis itu sadari, sejak tadi rahangnya terus mengeras. Gadis itu membunyikan jemari dan juga lehernya yang tegang. "Ah, shit."

Obsessed (GitKath) [Hiatus]Where stories live. Discover now