Who Is

258 19 2
                                    

Aku mulai menikmati senja sore di Pantai Ancol, walau ini tak sebaik dengan pemandangan di kota lain namun setidaknya aku masih bisa melihat sunset dengan pasir-pasir yang menapaki kaki ku. Oh ya, hai semua. Aku adalah Berliana Veranika. Kalian bisa memanggil aku Bebe, ya, nama panggilan sejak aku kecil. Aku baru saja menyelesaikan acara yang aku buat di kawasan ini juga. Karena itu, aku bisa sejenak menikmati angin pantai ini.

Aku bukan wanita yang sempurna tentang fisik. Aku hanya wanita bertubuh pendek dengan kulit sawo matang dan rambut panjang yang sedikit bergelombang. Tidak ada sedikit pun hal yang bisa aku banggakan dari fisikku.

Hanya saja, aku merasa diri ku sempurna saat mengerjakan sesuatu. Ya, lihat saja buktinya aku bisa membangun Event Organizer tanpa bantuan dari siapapun. Tapi, aku tak tahu mengapa dia tetap tak bisa melihatku dengan perasaan ini? Walau kejadian ini sudah berlalu namun bekasnya masih terasa hingga saat ini. Kalian penasaran? Apa yang terjadi denganku? Aku akan menceritakannya, tapi jangan sampai kalian merasa takut tentang jatuh cinta.

Ini hanya sepenggal kisah yang masih berbekas meninggalkan luka.

I was perfect for the sircus.

7 years ago.

Aku masih tersenyum memandangi dia. Laki-laki yang tengah bermain basket di lapangan. Laki-laki yang memakai kaos dengan bertuliskan '95 Vero' pada bagian punggung. Ya, dia adalah Vero, sahabatku, sekaligus cinta pertamaku.

"BEBE! SINI LO MAIN!" Teriakanya membuat aku menoleh. Dan tanpa banyak kata aku pun mengangguk, melepaskan tas dan berlari ke lapangan.

Aku mencoba bermain dengan sepenuh hati bersama Vero. Waktu demi waktu, menit demi menit aku jalani dengan semangat. Sementara, Vero menjadi penjaga gawang dan aku lempar bola langsung menuju ke ring.

"YEESS!!" Teriak ku begitu bola yang aku lempar langsung masuk kedalam ring.

"WOAAA, KEREN LO BE,PERFECT! Gue aja kalah." Ucapan seseorang membuat aku menoleh. Aku tersenyum lebar, ya, dia di sana. Vero, sahabatku.

"Biasa aja kali," Balasku "Cabut yuk balik!"

"Ayo, tapi makan dulu ya ditempat biasa," Jawabnya aku hanya mengangguk "Dan, ada hal yang mau gue omongin ke lo. Penting."

Aku pun langsung menoleh kearahnya, menatap mata legamnya, ada apa? Mengapa? Namun hanya beberapa detik, dia pun langsung berbalik tanpa berucap lagi. Aku pun mengikuti dirinya. Dan perasaanku menjadi tak tenang.

If she dared me, i do it.

Suasana tiba-tiba saja menjadi berubah. Aku mengeratkan jaket yang menyelimuti kaosku. Di depanku, Vero sudah duduk terdiam sembari menunduk. Ada apa ini?

"Ehem," Dehemanya membuatku batal untuk memasuki dunia diamku.

"Be?" Panggilnya. Aku mendongak mencoba mencari tahu dari tatapan matanya.

"Maksud isi buku diary ini apa?" Tanyanya-lagi, sembari menyodorkan sebuah buku diary.

Aku melotot bagaimana bisa dia dapatkan buku ini? Buku tentang semua yang aku rasa.

"Lo gimana bisa dapet buku ini?!" Sentakku sembari merebut buku itu. Tapi nyatanya tidak bisa, malah kini buku itu di peluknya.

"Jelasin dulu semua maksud buku ini." Ucapanya yang tegas. Aku tahu, ini pasti akan menjadi akhir segalanya.

"G..a ada maksud apa-apa ver." Jawabku singkat.

Tidak ada pembicaraan lagi, namun mata Vero seolah-olah membuatku takut untuk menyembunyikannya. Aku meremas tanganku, ini tidak bisa. Aku tidak bisa berbicara tentang apa yang ada di dalam buku itu. Aku takut, semuanya akan punah.

Who Is (OneShoot)Where stories live. Discover now