Nalya hanya bisa memijat pelipisnya, pertengkaran dua orang pria beda usia itu selalu membuatnya sakit kepala jika berkumpul bersama. Tidak anak, tidak ayah. mereka berdua sama saja. "Ayah ngeselin!" "Kamu pikir kamu enggak? Ayah pengen gadai kamu rasanya." "Buna!!" "Tukang ngadu," sindir Afka. "Dari pada ayah? Badan doang gede' takutnya sama Buna!" "Kamu lebih parah, di templokin cicak aja nangis." "BUNA...!!!!" Teriakan itu adalah bentuk permainan pembelaan. Namun, Nalya memilih diam di tempat dengan seorang remaja perempuan disampingnya. "Dua orang menyebalkan yang tidak punya otak," gumamnya dan Nalya mengangguk setuju. Ania beralih menatap Nalya dengan senyum tulus penuh kasih sayang dan rindu. Ania sudah begitu lama menantikan momen ini, momen di mana dirinya bisa kembali duduk bersama Nalya dan tertawa bersama. "Terimakasih, buna..."
20 parts