Prolog

138 21 4
                                    

Kafka menyipitkan mata saat menginjakkan kaki ke pekarangan rumah. Raut wajah sang bunda serta sosok yang tengah berdiri di hadapannya membuat pemuda itu mempercepat langkah. Menyadari ada yang datang, wajah Marisa berubah cemas saat memandang sosok yang tertinggal di belakang putranya.

"Mau apa kemari?" tanya Kafka dingin, walau sosok setengah baya di depannya mencoba tersenyum menyambut.

"Kamu sudah besar, Nak."

"Tidak perlu basa-basi." Bahkan Kafka pun enggan menatap wajahnya.

"Kaf..."

"Bundaaa..!"

Teguran Marisa teredam mendengar panggilan anak bungsunya. Gadis berseragam putih merah itu langsung menghambur ke arah sang bunda.

"Kakak kok ninggalin sih?" rajuk si gadis tanpa menyadari ketegangan di sekelilingnya.

"Eh?" Mata gadis kecil itu membola ketika melihat sosok asing di antara mereka. Ia langsung menarik tangan sang bunda.

"Bunda, itu....."

Kafka tersentak saat menyadari sesuatu. Tanpa kata ia menyambar tangan sang adik dan bergegas membawanya masuk.

"Kak, itu...." rontanya. "Kay mau lihat. Itu ada ay...."

"Bukan siapa-siapa." tegas Kafka menggeleng.

"Tapi Kay pernah lihat fotonya."

Kafka menghela napas, lalu menunduk memegang bahu adiknya. "Kayla, percaya sama Kakak dan Bunda ya."

Gadis itu hanya menunduk.

"Ini." Kafka menyodorkan ponselnya. "Boleh main. Bawa ke kamar."

"Asiiikk!!!"

Kafka menatap kepergian adiknya dengan gusar. Kayla terlalu cerdas, hanya melihat foto sekali saja ia langsung bisa mengenali wajah itu. Wajah yang membuatnya memendam kebencian. Wajah yang menghancurkan masa kecilnya. Wajah yang membuat adiknya tak mengenal sosok ayah.

Sebelas tahun yang lalu.

Awal dari kesakitan mereka.

🧩🧩🧩

Sukoharjo, 25 April 2022
Surga Yang Terlupakan
Taniya Naya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SURGA YANG TERLUPAKANWhere stories live. Discover now