1| Sebuah Tawaran

6.5K 258 98
                                    

"Saya tidak bermaksud memanfaatkan putri anda, saya memang suka dengan putri anda sejak saat pertama kali bertemu"
~Zayn~


ZAYN adalah orang yang amat sibuk dan gila kerja. Tidak hanya berprofesi sebagai dosen, ia juga memegang jabatan penting di sebuah pusat lembaga penelitian.

Sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, pergi pagi dan akan pulang sore hari menjelang magrib. Sekarang menunjukkan Pukul 18.10 WIB, pria itu baru saja sampai di rumah.

Begitu memasuki rumah, ia melihat Papanya sudah duduk di kursi tamu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Papa? kenapa disitu? ada tamu?" tanyanya begitu masuk, karena tidak biasanya pria paruh baya itu duduk disana sore hari seperti ini.

"Tidak Zayn, papa nunggu kamu."

"Kenapa nunggu Zayn?"

"Papa mau bicara sama kamu. Duduklah disini dulu," ujar Papanya.

Ia pun menurutinya dan duduk di depan laki-laki paruh baya itu.

Papanya tampak tenang sebentar sebelum akhirnya membuka suara.

"Begini Zayn, umur kamu sudah menginjak kepala tiga. Selain itu, kamu juga sudah memiliki karir yang bagus. Tidakkah kamu ingin membangun rumah tangga, Zayn? Tidakkah kamu ingin mendengar suara-suara anak kecil mengisi rumah ini? bertahun-tahun keadaan rumah ini hanya monoton dan sepi. Hanya ada Papa dan kamu yang sama-sama sibuk yang hanya menghuni rumah ini di malam hari. Sekarang Papa sudah tua Zayn. Papa ingin melihat kamu menikah dan ingin menghabiskan waktu tua Papa nanti bersama cucu dar.."

"Cukup Pa!" potong Zayn.

"Maaf. Sudah berapa kali Zayn katakan Zayn tidak akan menikah, Pa" tegasnya.

"Tapi sampai kapan Zayn? Tidak semua perempuan sama dengan mamamu!"

"Tidak, Pa. Zayn tidak mau berhubungan dengan makhluk yang namanya perempuan. Semua perempuan itu sama saja!"

"Dan jika soal cucu, kita masih bisa mengadopsi anak-anak terlantar yang membutuhkan kasih sayang orang tua, dan kita bisa saja memberikan kasih sayang pada mereka. Karena semua anak dilahirkan  sama, Pa" jelas Zayn.

"Papa tahu Zayn, tidak salah jika kita mengadopsi anak, bahkan Papa tidak keberatan jika rumah ini sekalipun dihibahkan untuk panti asuhan yang akan dipenuhi oleh anak-anak. Namun Zayn,  akan berbeda rasanya jika memiliki cucu dari keturunan sendiri," jelas papanya.

"Papa harap, kamu mempertimbangkannya٫" ujar pria paruh baya itu terdengar seperti setengah memohon.

"Zayn tidak tahu, Pa. Zayn ingin istirahat dulu." Ia langsung berlalu pergi. Sedangkan papanya hanya menatap nanar punggung tegap anak satu-satunya itu.

------

Zira baru saja pulang dari kampus, begitu memasuki rumah, ia melihat ada dua orang laki-laki berpakaian rapi tengah berbicara dengan Ayah dan Bundanya.

Pembicaraannya terlihat cukup serius, dan ia menangkap ada yang sedikit aneh, terlihat raut wajah kecemasan dan kesedihan dari wajah bundanya. Ia yakin pasti ada yang tidak beres. Zira kemudian memilih masuk ke kamarnya, ia akan bertanya nanti setelah orang-orang itu pergi.

Setelah dua orang itu pergi, barulah Zira keluar menemui orangtuanya.

"Bun, Ayah, ada apa?" tanya Zira.

Lama bundanya terdiam sebelum kemudian berucap sendu.

"Barusan orang Bank datang membawa surat lelang. Rumah kita terpaksa akan di lelang dalam dua bulan ini jika tidak kunjung membayar cicilan utang beserta bunganya," jelas bunda Zira.

Zayn ✓LengkapWhere stories live. Discover now