"ALE JANGAN DIINJEK GORDENNYA!"
"Sepuluh gelombang kanan, sepuluh gelombang kiri~"
"ALE!!!"
"Iya, adek Kak Jill? Jangan marah-marah terus, dong, sayang."
Pemandangan Ale memasang gorden ditambah omelan dari Lena menjadi hal yang pertama kali aku lihat ketika masuk kelas. Badut IPA 6, itulah sebutan yang kami berikan pada Ale karena ia gemar bergurau. Dan Ibu kos, adalah sebutan untuk Lena karena ia gemar marah-marah.
Keputusan Bu Dewi dengan menggabung mereka menjadi satu tim sepertinya salah besar. Pagi-pagi saja sudah bikin siswa di sepanjang koridor menutup kuping.
"Jana santai banget baru dateng." tegur Ale setelah beberapa detik aku diam di depan kelas menunggunya selesai memasang gorden.
"Makanya masuk tim bazaar, dong." sombongku.
Ale melipat kedua tangan di depan dada dengan ekspresi heran yang didramatisir. "Emang harusnya gue masuk ke bazaar, gak, sih? Bu Dewi apa gak liat gue udah berjiwa seni banget anaknya???"
"Pret. Bu Dewi pun kayaknya berat hati mau masukin kamu ke pameran."
Aku tertawa mendengar celetukkan Lena.
"Itu lukisan, Jan? Mau liat, dong!"
"Ih, iya. Liat-liat!"
Dengan sigap ku peluk kanvas-kanvas kecil tersebut seraya menggeleng.
"Nanti liat pas bazaar aja biar surprise." ku menoleh pada Ale dengan cengiran. "Sekalian jadi maskot, ya, Le. Siapa tau banyak yang beli."
"Nah, setuju."
"Siap. Bayaran kayak biasa, ya."
Lalu setelah bincang-bincang singkat, kami kembali sibuk dengan tugas masing-masing. Pameran mulai lebih dulu dibanding bazaar walaupun tempatnya berbeda, jadi mau tak mau tim bazaar harus keluar dari kelas dan langsung berkumpul di lapangan.
Aku keluar seraya menenteng beberapa ganci buatan Nisha. Lukisan sudah dibawa oleh anak laki-laki karena totalnya banyak dan lumayan berat.
Ku intip pameran kelas IPA 7 karena sedari tadi dari dalam kelas sangat tercium bau bunga melati. Dan benar saja dugaanku, kelasnya menggarap tema rumah hantu.
"JANAAA."
"ACHAL, JANGAN KELUAR-KELUAR DULU. MAKE UP-NYA BELUM SELESAI."
Mataku yang memang memiliki minus pun menyipit untuk melihat lebih jelas siapa sosok berambut panjang yang berlari ke arahku tersebut.
"HAHAHAHAHAHA."
Ku rasa ini pertama kalinya aku tertawa sekencang ini ditengah kerumunan orang berlalu-lalang. Dan Achal si kuntilanak lah pelakunya.
"Achal balik, gak?!"
Lalu di depan kelasnya berdiri teman sekelas Achal yang kalau tidak salah bernama Karin tengah berkacak pinggang dan menyuruh si kuntilanak kembali.
"Iya-iya ini balik." gerutunya lalu berbalik arah setelah berdadah-dadah padaku.
"Jana jangan lupa dateng ke pameran kelasku nanti!" ujarnya tanpa menatapku sebelum masuk ke dalam kelas.
Setelah ku perhatikan, tema pameran kelas lain ternyata banyak yang menarik. Selain kelas IPA 7 yang mengusung tema rumah hantu, kelas IPA 5 juga mengusung tema G30SPKI yang mana dua-duanya punya unsur menyeramkan.
Namun, kelas kami yang letaknya ditengah justru malah mengusung tema Disney. Jadi bila diperhatikan dari jauh, koridor tiga kelas ini seperti glow in the dark karena hanya terang ditengah.
VOUS LISEZ
Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)
Roman pour AdolescentsBercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawanya bertemu Radipta Abra Supala, laki-laki mati rasa yang penuh tanda tanya. "Kita diciptakan hanya un...