"ASIK, ADA YANG ABIS MENANG OLIM NIH. TRAKTIR MIE TEK-TEK BOLEH KALI."
Suara Nayya ketika bicara biasa saja sudah bisa buat satu kelas mendengar. Apalagi ketika teriak seperti sekarang. Rasanya semua mata di sepanjang koridor langsung tertuju pada ku.
"Jangan teriak-teriak, Nay..." ujarku seraya menarik lengannya untuk masuk ke dalam kelas.
Hari ini hari senin. Hari pertama masuk sekolah setelah selesai pelaksanaan olimpiade lalu. Maaf tidak menceritakan kejadian-kejadian di olimpiade karena aku tidak bertemu Radipta sama sekali. Pun pasti kalian bosan kalau ku ceritakan karena agendanya sama saja seperti olimpiade tahun lalu.
Sudah menjadi suatu kebiasaan di sekolahku, bila ada siswa atau siswi yang memenangkan suatu event atau perlombaan, mereka akan dipanggil ketika sesi pengumuman-pengumuman pada upacara untuk diberikan piala sebagai bentuk apresiasi. Dan syukur, ada dua orang dari kelas kami yang menjadi perwakilan untuk maju ke depan.
"Jana traktir mie tek-tek. Kayla traktir jus mangga. Setuju, gak?"
"Enggak!" seru ku dan Kayla serempak. Kami berdua sontak bertatapan dan tertawa karena ucapan barusan sama sekali tak direncanakan.
"Keren, deh, kalian. Iri banget cuma punya otak pas-pasan." ujar Nisha yang membuatku menggelengkan kepala tak setuju.
Walaupun Nisha tak tampak dominan di pelajaran apapun, tapi nilainya selalu stabil di semua mata pelajaran. Aku mungkin ahli dalam bidang biologi, tapi jika berhadapan dengan matematika, fisika, dan kimia, wah, nilai Nisha bisa dipastikan jauh lebih baik dibanding nilai ku.
"Kalo liat pencapaian mereka emang kamu bisa insecure. Tapi coba liat nilai ku, pasti langsung bersyukur." gurau Nayya dengan ekspresi pura-pura sedih.
Nayya pun tak seburuk itu. Setelah setahun berteman dan sering kerja kelompok bersama, aku bisa menilai kalau Nayya itu pintar namun pemalas. Ia bisa mengerti sebuah materi hanya ketika ia ingin. Bahkan aku pun pernah meminta bantuan padanya untuk menjelaskan ulang materi dari guru ketika otak ku tidak bisa memproses materi tersebut.
"Tapi tumben Radipta gak menang."
"Dia gak dateng pas olimpiade."
"Loh, kenapa?"
Aku mengangkat bahu atas pertanyaan Nisha barusan. "Harusnya dia satu bus sama aku. Tapi pas di absen gak ada orangnya."
"Kemana dia, Nay?" kali ini Puspa yang penasaran.
"Loh, mana aku tau. Aku juga jarang liat wujudnya di depan rumah. Tapi pas hari olimpiade itu motornya emang ada di rumah, cuman pagernya di gembok."
"Mungkin ada keperluan mendadak." ujar Nisha berspekulasi.
Apa saja asalkan ia tak sakit, tak masalah. Lagipula hari ini Radipta masuk sekolah, jadi bisa ku pastikan secara fisik ia baik-baik saja.
"Oiya, Jan,"
Adhia menegurku seraya mengangkat-angkat ponsel, yang sontak langsung ku ketahui apa maksudnya.
"Asik!"
Interaksi misterius kami membuat Nayya, Nisha, Puspa, dan Kayla saling bertatapan kebingungan. Sedangkan aku tersenyum penuh kemenangan seraya mengacungkan jempol pada Adhia.
Misi pertama, berhasil!
•••
"Mau sekarang, Kay?"
"Terserah kamu."
Aku memakai tas ransel ke pundak kemudian mengintip sedikit keluar kelas.
Lebih tepatnya, mengintip kelas sebelah.
YOU ARE READING
Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)
Teen FictionBercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawanya bertemu Radipta Abra Supala, laki-laki mati rasa yang penuh tanda tanya. "Kita diciptakan hanya un...