Satu suara di dua telinga - 5 Oktober 2020

10.8K 1.3K 91
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading! 🤍

•••

"Mau aku ambilin minyak kayu putih?"

"Dimana?"

"Di uks."

Mata Nayya menyipit. "Sekalian mau liat Radipta, ya?"

Aku terkekeh rendah. "Itu tau."

Pagi tadi hujan deras mengguyur wilayahku. Lalu tepat sekali sepuluh menit sebelum upacara, hujan tiba-tiba berhenti yang membuat upacara jadi dilaksanakan setelah sebelumnya sempat ingin ditiadakan.

Sayangnya, banyak siswa siswi yang ketika berangkat sudah kehujanan, langsung dijemur di lapangan untuk melaksanakan upacara. Alhasil banyak pula diantara mereka yang tumbang, salah satunya Radipta.

Nayya pun terkena flu ringan tapi untungnya tak sampai tumbang. Kami serempak menyuruhnya istirahat di kelas dan memberi teh hangat dari kantin untuknya.

Sedangkan Radipta, aku tak tau bagaimana kabarnya sekarang. Tadi aku sempat melihat ia berbalik seraya memegangi kepala ketika upacara sudah setengah berjalan. Tapi aku tak bisa melihat lebih lama karena takut ada guru yang mengawasi.

"Temennya lagi sakit juga."

"Makanya nanti aku bawain minyak."

Dan kini rasa penasaranku sudah tidak dapat dibendung lagi. Aku tak bisa bertanya pada siapa-siapa soal keadaan Radipta, jadi jalan satu-satunya ya melihat langsung.

Tepat sekali tadi Nayya mengeluh pusing, jadi sekalian saja aku pergi ke uks untuk mengambil minyak dan melihat Radipta.

Walaupun sebenarnya tujuan utama adalah alasan yang kedua.

"Radipta emang sakit apa, deh? Emang dia selalu keliatan lemes gitu, sih. Tapi baru pertama kali aku liat dia sampe dibawa ke uks."

"Aku juga gak tau..."

Rasanya tak nyaman sekali menyimpan kekhawatiran di dalam hati tanpa bisa berupaya apa-apa untuk menghilangkan rasa khawatir itu.

Satu-satunya yang bisa ku lakukan hanya melihatnya dari kejauhan, memastikan kalau ia baik-baik saja.

Aneh sekali. Tak punya hubungan apa-apa tapi rasa pedulinya seperti orang yang sudah punya hubungan dekat.

"Kamu kesana sendirian?"

Aku mengangguk. Nisha, Kayla, Puspa dan Adhia masih ada di kantin untuk membeli jajanan karena sekarang adalah waktu istirahat pertama, sedangkan tadi aku menghampiri Nayya duluan untuk memberinya teh hangat.

"Ya udah, hati-hati."

"Kayak mau kemana aja." Aku mendengus seraya melangkah keluar kelas sehabis melambaikan tangan pada Nayya. "Tunggu, ya!"

Jarak uks tak terlalu jauh dari kelasku karena semua ruangan ekskul terletak di gedung tengah, dan ruang uks berada tepat di samping ruangan PMR. Jadi tak sampai lima menit, aku sudah tiba di depan uks. Pintunya tertutup tanda memang ada orang di dalam sana.

"Jana, mau ngapain?"

"Eh," Aku menoleh ketika merasakan tepukan di bahu tepat sebelum ku mengetuk pintu. "Laksita toh, aku kira siapa."

Laksita terkekeh. "Maaf kalo kaget. Mau nyari apa emang?"

Aku sempat melihat Laksita ikut membopong beberapa siswa yang tumbang ketika upacara. Ingin sekali ku tanya padanya soal Radipta, tapi ku urungkan karena tak ingin ia curiga.

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang