Budayakan follow sebelum baca~
Happy reading! 🤍
•••
"Jangan lupa kunci pintu, loh!"
"Iya, Ma... udah sana keburu ojolnya kelamaan nunggu."
"Main ke rumah cowok, kan? Hati-hati. Mainnya di teras aja kalo gak ada siapa-siapa."
"Astaga..." aku tertawa geli. "Ada Nayya."
"Kamu semangat banget gitu." Mama menoel hidungku. "Itu gebetan kamu? Harusnya dia, dong, yang main ke rumah."
"Temen..."
"Temen lama-lama demen."
Emang udah demen.
"Mama pulang jam tujuh malem. Kamu jam segitu harus udah ada di rumah, ya?"
Aku mengangguk patuh mendengar peraturan yang selalu Mama dan Papa ingatkan itu. Mereka tak peduli apapun urusannya, aku harus ada di rumah sebelum mereka pulang kerja selain ketika izin ingin menginap di rumah teman-temanku. Walaupun tak banyak protes, sebenarnya kadang aku terbebani bila ada keperluan mendadak di sekolah atau hal mendesak lainnya. Tapi aku mengerti kekhawatiran mereka karena aku anak tunggal, siapa lagi yang bisa mereka jaga selain aku.
Setelah ojek online yang membawa Mama hilang dari pandangan, aku lekas masuk ke dalam rumah dan siap-siap karena sebentar lagi akan pergi ke rumah Nayya.
Maksudnya ke rumah Nayya lebih dulu, lalu baru mengunjungi tetangganya.
Soal permintaan Radipta untuk mengunjungi rumahnya di malam hari aku tak dapat izin dari Mama walaupun sudah bilang di rumahnya pasti ada keluarganya jika malam hari, oleh karena itu aku berkata pada Radipta akan kesana ketika libur saja.
"Bajunya bagus gak, ya... apa terlalu heboh???"
"Pake aksesoris apa, ya.."
"Pake jepitan lagi kali, ya... siapa tau ketinggalan lagi."
Aku bermonolog lalu tertawa sendiri. Terlampau senang ingin menemui kakak beradik itu.
Ting!
Kamu udah chat Radipta?
Sebuah bubble chat muncul di notifikasi ponselku.
Udah. Dia bilang dateng aja.
Aku nganterin doang, kan?
Ikut aja, Nay:((
Kalo ada Heru boleh.
Huu bucin.
Ngacaaa!
Jariku berhenti mengetik ketika mendengar suara klakson motor dari luar sana. Tanda kalau Pak Harto sudah datang.
Aku mau otw. Degdegannnn.
Sent.
•••
Dibanding ditegur Kak Fathan ketika MOS kelas sepuluh lalu karena beda atribut, berdiri di depan rumah Radipta seraya menunggu si empunya keluar nyatanya jauh lebih menegangkan.
Aku berulang kali menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan agar rileks. Setidaknya di depan Radipta dan adiknya aku tak boleh terlihat gugup.
Astaga. Sudah seperti ingin dilamar saja.
Bisa ku lihat Nayya dari jendela kamarnya mengepalkan tangan tanda menyemangati. Aku mendengus dengan muka tertekuk melihat itu. Katanya ingin menemani, tapi ketika sampai ia ternyata baru bangun tidur dan bilang akan menyusul nanti dengan alasan ingin mandi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)
Teen FictionBercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawanya bertemu Radipta Abra Supala, laki-laki mati rasa yang penuh tanda tanya. "Kita diciptakan hanya un...