3| Pertemuan

3.7K 194 100
                                    

"Bahkan meski calon suaminya sepuluh kali lebih horor dari Pak Zayn ia akan tetap hadapi"

-Zayn-


KINI Zahra serta ayah dan ibunya sudah tiba di Asitane Restauran untuk bertemu keluarga Pak Gunawan. Begitu masuk ke dalam, ternyata Pak Gunawan sudah lebih dulu datang. Laki-laki paruh baya itu sengaja memesan ruang VIP untuk pertemuan keluarga ini. Sebenarnya sedari tadi kondisi jantung Zira tak bisa dikatakan normal. Bagaimana tidak? kini iaa kan bertemu dengan 'calon suaminya'.

"Pak Gunawan, maaf sudah menunggu" ujar ayah Zira.

"Tidak apa. Saya juga belum lama. Silakan duduk," jawab priaa paruh bawa itu mempersilakan. Sejenak pandangan Zira terpaku melihat pandangan di sekitarnya.Restaurant ini terlihat begitu mewah. Apalagi tengah berada di ruang VIP, membuatnya serasa tengah berada di pertemuan mewah.

"Oiya, saya minta maaf. Putra saya sedikit datang terlambat karena ada urusan penting dengan pekerjaannya tadi. Tidak bisa ditinggal katanya. Jadi dia juga minta sampaikan pada kalian permintaan maaf."

"Tidak apa, Pak Gunawan. Kita berbincang-bincang dulu sembari menunggu kedatangan putra anda, biar lebih akrab. Mengingat kan, kita akan jadi besan," ujar ayah seraya tersenyum.

"Hahaha. Anda benar pak Zul," ujar pak Gunawan.

"Ngomong-ngomong pak Gunawan, saya dengar putra anda itu memang adalah orang yang sangat sibuk sekali ya. Tak jauh beda dengan anda, pekerja keras," jelas ayah.

Pria paruh baya itu kembali tertawa. "Haha. Anda bisa saja Pak Zul," balasnya dan para tetua itu pun terus berbincang hangat, sedangkan Zira hanya memilih diam saja. Ia hanyut dalam pikiran sendiri memikirkan bagaimana rupa calon suaminya? apakah ia sudah tua? apakah dia botak dan buncit?

"Iiiiii..!!" Ia menjadi geli sendiri memikirkannya. Zahra sungguh tak sanggup membayangkannya. Bersamaan dengan itu, datang sebuah bariton. "Maaf semuanya sudah menunggu."

Deg!

Zira langsung mendongakkan kepala.

"Pa Zayn!!??"ucapnya histeris dalam hati. Untung saja ia bisa menahan suaranya.

Sepersekian detik pandangan mereka berserobok. Namun, pria itu terlihat tampak santai dan kemudian memilih duduk.

Setelah berbincang dengan para tetua, Pak Zayn meminta izin membawa Zira untuk berbicara berdua.

Dan kini mereka sudah berada di garden di samping restaurant itu, disini cukup sepi untuk bicara.

"Kamu salah satu mahasiswa yang mengambil kelas di mata kuliah saya kan?" tanyanya to the point begitu membuka suara.

"I..iya, Pak" cicit Zira seraya menunduk. Ia tak berani menatap laki-laki di depannya ini. Diantara sekian banyak mahasiswa ternyata Zayn masih mengingat wajah Zira, meski ia tak hafal namanya.

"Kamu yakin mau menikah dengan saya?"

Deg

Pertanyaan itu, membuat nafas Zira terasa tercekat.

"Kamu bisa menyampaikannnya jika kamu keberatan," lanjutnya.

Zira tampak berpikir, namun dalam hatinya Zira sudah bertekad. Prinsip orang minang pantang berbalik jika sudah melangkah. Ia sudah memutuskan untuk menerima pernikahan ini apapun yang terjadi. Meskipun calon suaminya Pak Zayn ia akan tetap dengan keputusannya. Bahkan meski calon suaminya sepuluh kali lebih horor dari Pak Zayn ia akan tetap hadapi. Meskipun ia tak bisa membayangkan entah bagaimana nasibnya nanti. Namun yang pasti, ia akan melakukan apapun demi orangtuanya.

"Saya yakin, Pak" jawab Zira kemudian mendongakkan pandangannya memberanikan menatap pria itu, menunjukkan bahwa ia yakin dengan pernikahan ni.

Melihat itu, Zayn pun tampak terdiam sejenak sebelum berucap, "Kamu sudah memikirkan semua konsekuensinya?"

"Sudah, Pak" jawabnya mantap.

"Baiklah kalau kamu yakin. Kita bisa kembali sekarang. Para orangtua sudah menunggu."

Zira pun mengiyakannya dan mengekori pria itu dari belakang. Selama makan malam itu Zira cukup dibuat kagum dengan bagaimana adab Pak Zayn berinteraksi dengan orangtuanya. Sangat menggambarkan bahwa dia adalah orang yang berpendidikan. Memang tujuan dari pendidikan adalah untuk membentuk seseorang ber-attitude dan berilmu, bukan? Karena percuma ilmu setinggi apapun jika tidak beradab. Berapa banyak tikus berdasi yang kita lihat di negeri ini. Hampir semua dari mereka adalah orang yang berpendidikan tinggi dan background pendidikan mereka bisa dikatakan, tidak main-main.

oOo

Mereka baru saja sampai di rumah. "Bunda lihat, putra pak Gunawan itu ternyata orang yang baik ya yah. Sangat sopan," ucap bunda begitu membuka suara

"Benar kan ayah bilang," sahut ayah.

"Mmm. Dan yang paling penting... dia tampan kan, Zi?" ujar bunda sambil tersenyum ke arahnya. Sontak hal itu membuat pipi Zira memerah.

"Ihhh bunda apaan sih!!!" sungut Zira.

Bunda pun kemudian tertawa.

"Ayah juga baru tahu, ternyata Zayn jadi dosen di kampus kamu ya, Zi?" ujar ayah, dan Zira pun mengangguk. "Beliau merupakan dosen di jurusan Zira daan juga ngajar di kelas aku sekarang,"

"Bagus dong."

"Apa yang bagusnya, Ayah!" ucap Zira tak terima.

"Ya bagus dong, nanti Zayn bisa bantu kamu dalam belajar."

Dalam hati Zira berkata, "Ya kali. Pak Zayn yang horor itu akan membantu gue. Bicara dengannya saja sudah membuat gue bergidik ngeri."

Melihat perubahan wajah putrinya itu, membuat ayah pun bertanya. "Jadi kamu berubah pikiran, Zi?"

"Tidak apa jika kamu memang berubah pikiran. Ayah dan bunda tidak akan memaksa kamu untuk melanjutkan rencana pernikahan ini."

"Tidak- tidak, Yah! Zira gak berubah pikiran kok. Zira hanya tiba-tiba saja kepikiran sesuatu. Zira ke kamar dulu ya. Sudah ngantuk banget! Good night, ayah bunda!"

Cepat-cepat Zira melangkah pergi menuju kamarnya.

oOo

Di tempat lain.

"Jadi gimana Zayn?" tanya pak Gunawan seraya tersenyum ke arah putranya itu.

"Pak Zul dan istrinya baik."

"Kalau putrinya?"

"Dia salah satu mahasiswi Zayn di kampus," jawabnya santai.

"Bukan itu, maksud papa bagaimana menurut kamu putrinya? Dia cantik kan? Dia baik? bagaimana menurut kamu?"

Bukannya menjawab, "Zayn ke atas dulu, Pa. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Selamat malam," ucapnya dan langsung pergi.

Pak Gunawan hanya menghela nafas menatap punggung putranya itu. Namun ia tetap bersyukur, Zayn tidak menolak untuk melanjutkan rencana pernikahan ini. Dan ia sudah tidak sabar akan kehadiran penghuni baru rumah ini. Dan rumah ini akan segera dipenuhi oleh suara-suara anak kecil.

-oOo-

Gimana? Makin penasaran gak?? hihihi

Spam koment

spam next

vote vote vote.

See you in next chapter!

See you in next chapter!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Zayn ✓LengkapWhere stories live. Discover now