Kapan lupa? - 6 November 2021

9.8K 1.2K 171
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Akhir-akhir ini sering hujan ga sihh? Jaga kesehatan ya guyss!

Happy reading 🤍

•••

"Sawi udah, bayem udah. Apalagi ya, Ma?"

"Wortel? Tomat?"

"Wortel udah, tomat belum."

"Okee,"

"Mama butuh apalagi? Biar sekalian."

"Udah sayuran aja. Yang lain udah Mama beli kemarin."

"Ya udah aku cari tomat dulu."

"Oke mama tutup. Hati-hati pulangnya!"

"Iyaa,"

Panggilan telepon antara aku dan Mama terputus. Dengan segera ku masukkan ponsel ke saku dan kembali mengangkat keranjang berisi sayuran-sayuran dan menoleh ke kanan-kiri untuk mencari dimana tempat tomat berada.

Setelah ku temukan, langsung ku masukkan dalam keranjang dan berjalan ke kasir karena pesanan Mama sudah ku dapat semua.

Nanti sore rencananya akan ada arisan yang diselenggarakan oleh teman-teman kantor Mama di rumahku. Oleh karena itu beliau ingin memasak besar-besaran untuk acara tersebut. Mama bilang harusnya membeli sayuran di pasar saja karena lebih murah, tapi karena sekarang sudah siang dan pasar dekat rumahku sudah tutup, alhasil aku pergi ke supermarket sembari Mama memasak.

Di depan supermarket itu kan ada toko bunga, ya? Sekalian nitip beli buket deh. Temen Mama ada yang naik jabatan jadi sekalian mau kasih surprise.

Pesan masuk dari Mama muncul di pop up notifikasi ponselku. Aku pun membalas iya dan kembali mengeluarkan sayuran untuk dimasukkan ke plastik.

Setelah persayuran selesai, aku pun keluar dari supermarket dan langsung memusatkan pandangan ke toko bunga yang persis berada di seberang. Karena dekat dan tak mau bayar parkir dua kali, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kesana setelah menaruh plastik sayur di motor.

Wangi bermacam bunga langsung menusuk hidungku ketika sampai disana. Ku buka pintu kaca tersebut dan langsung menemukan si penjaga yang tentunya sudah ku kenal dan pasti sudah kalian duga-duga.

"Jana? Wah udah lama gak liat."

Aku mengulas senyum kecil kemudian menghampirinya.

"Iya, ya. Udah jarang ketemu di sekolah."

"Ya kan," Alin terkekeh. "Tumben kesini, mau beli bunga?"

Aku mengangguk dan menunjuk buket yang terpajang di belakangnya. "Mau beli yang kayak gitu, Lin. Tapi isinya mawar semua aja. Bisa kan ya, kalo aku tunggu jadi sekarang?"

"Bisa, bisa." Alin mendorong kursi mendekat padaku. "Duduk dulu aja. Aku rangkai dulu."

"Makasih.."

Alin masuk ke dalam ruangan yang tak ku ketahui apa isinya, yang jelas ia keluar sembari membawa kertas licin untuk membungkus bunga dan juga peralatan lain seperti gunting, lakban, juga pita. Kemudian ia jalan kembali ke bagian depan toko untung mengambil beberapa tangkai bunga mawar.

"Beli bunga buat siapa? Temen kamu ada yang ulang tahun?"

"Oh enggak, itu Mama nitip buat ngasih ke temen kantornya."

"Ooh," Alin mengangguk-angguk. Di samping itu ia dengan telaten menyusun bunga dan membalutnya dengan kertas licin tadi.

Alin masih sama seperti kemarin-kemarin. Masih cantik dan anggun. Masih terlihat menarik meski tengah bekerja. Makin menarik justru.

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Where stories live. Discover now