Budayakan follow sebelum baca~
Ini lumayan pendek karena aku mau nyamain alur biar sekalian jelasnya di chapter depan hehehe.
Happy reading! 🤍
•••
"Tempe dari apa, sih?"
"Ya, itu, keledai,"
"Kedelai, pea!"
"Ya elah kaga tau jokes apa,"
"Bukan saatnya ngejokes ini serius."
"Udah, udah, jangan ribut terus," Kayla memandang Ale dan Lena bergantian. "Jadi mau di rumah siapa bikinnya?"
"Rumahku juga gak papa," usulku setelah beberapa detik tak ada yang menjawab pertanyaan Kayla. "Cuma dari kalian jauh, ya?"
"Dari ujung ke ujung rumah kita ke rumah lo sama Kayla."
"Tul," sahut Ale membuat Lena menyikut lengannya.
"Ya udah, rumah Gavin. Yang kagak masuk mesti tanggung jawab mau gak mau." ucapnya lagi.
"Tanya dulu gak, sih? Takut dia ntar gak bisa atau gak dibolehin."
"Tau lo. Lagi sakit malah dimanfaatin,"
Ale memandang Kayla dan Lena bergantian. "Lo berdua gak percaya sama gue? Gavin pasti nurut-nurut aja. Malah gue udah sering ke rumahnya, Mamanya selalu nyuruh mampir terus kalo bisa nginep aja katanya."
"Yeu, itu sebenernya usiran halus karna lo gak balik-balik!"
"Yaudah mending tanya aja si Gavin." Kali ini aku yang menengahi karena kulihat wajah Kayla sudah pusing menghadapi Ale dan Lena yang tak kunjung akur.
Lagipula bisa-bisanya guru menggabung mereka menjadi satu kelompok. Bukan mereka yang repot, justru kita sebagai teman sekelompoknya yang lain lebih pusing memikirkan bagaimana cara melerainya.
"Back up kalo Gavin gak bisa, di rumah siapa?"
"Jana aja udah," jawab Ale cepat, mungkin mulai takut melihat wajah Kayla yang makin jutek. "Ntar gue jemput lo ke rumah," ujarnya pada Lena sebelum gadis itu sempat membuka mulut.
"Tumben baik,"
"Lah, gue mah selalu baik. Lo nya aja cari ribut terus."
"Ya udah, sih. Gak usah nyolot gitu lah ngomongnya!"
"Kay, ayo kabur aja, deh," bisikku pada Kayla yang ia angguki. Dengan segera kami pergi keluar dari kelas menuju kantin untuk menyusul teman-teman kami yang sudah kesana lebih dulu.
Meninggalkan Ale dan Lena yang sepertinya makin menjadi karena suara mereka terdengar sampai luar kelas.
"Gila, ya, minggu ini bener-bener dibantai tugas abis-abisan."
"Bukannya nyantai mau ujian akhir sama UTBK, malah tugas syarat kelulusannya seabrek."
"Bener!" seruku.
Januari kemarin jadwal kami masih longgar, hanya foto untuk ijasah dan buku tahunan sekolah. Tapi menginjak bulan Februari, semuanya berubah.
Karena ujian nasional sudah ditiadakan oleh pemerintah, sekolah kami membuat syarat kelulusan lain yaitu membuat portofolio secara individu dan kelompok di semua mata pelajaran. Beberapa tak perlu praktek dan bisa mencari materi dari internet untuk dibuat semacam makalah atau karya ilmiah, tapi mata pelajaran khusus per-jurusan seperti fisika, kimia, dan biologi, harus melakukan riset lebih dulu.
Contohnya seperti mata pelajaran biologi tadi yang tengah kami bahas bersama Ale dan Lena. Kami berlima ditugaskan membuat portofolio tentang fermentasi bahan baku, kebetulan kelompok kami terpilih untuk membuat fermentasi dari kedelai. Bila dibayangkan cukup mudah karena sudah pasti kami akan membuat tempe. Tapi tak tahu prosesnya nanti akan mudah atau susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)
Teen FictionBercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawanya bertemu Radipta Abra Supala, laki-laki mati rasa yang penuh tanda tanya. "Kita diciptakan hanya un...