"Aku pikir kamu akan menolaknya. Ternyata, kamu yang lebih mengharapkannya"
-ZAYN-
Karya SN Aisyah
.
.
.
ZAYN baru pulang tadi sore dari Jogja. Kini mereka bertiga—Zayn, Zira dan papa tengah makan malam seperti biasa. Suasana tampak hening, hanya terdengar dentingan sendok, hingga kemudian papa membuka suara.
"Karena Zayn sudah pulang, bagaimana kalau syukurannya kita gelar lusa?"
"Mm, boleh, Pa. Zira ngikut yang mana baiknya saja," jawab Zira. Sedangkan Zayn terheran, syukuran apa yang mereka maksud. Membuat ia pun langsung bertanya. "Syukuran dalam rangka apa, Pa?"
"Syukuran atas kehamilan istri kamu lah, Zayn. Kamu bagaimana sih? Kamu kan tahu sendiri papa sudah lama ingin sekali punya cucu. Papa kira tidak berlebihan lah jika kita mengadakan syukuran kecil-kecilan," jelasnya.
"Hamil?"
Zayn langsung menoleh ke arah Zira dengan tatapan yang seketika langsung membuat Zira kikuk. "Kenapa dia tidak memberitahuku?" batinnya.
"Oh iya, Zayn setuju, Pa. Itu ide bagus," ucapnya seraya pura-pura tersenyum seakan ia juga sudah merencanakan rencana ini sebelumnya.
oOo
Usai makan malam Zayn dan Zira pun menuju kamar. Di kamar, suasana menjadi sangat canggung. Zayn yang biasanya langsung menuju ruangannya malah duduk di tepi ranjang. Ditambah tatapan mematikan dari pria itu sejak tadi membuat jantung Zira sudah terasa mau copot.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu saya?"
Deg
Bulu kuduk Zira langsung meremang.
"Ma..af, Pak. Sa..ya..." Zira tak mampu melanjutkan kalimatnya.
"Kenapa?" tanya Zayn lagi dengan nada yang lebih mencekam lagi.
Zira semakin menunduk. Kaki dan telapak tangannya sudah mendingin. "Sa..ya, saya takut," lirihnya pelan.
"Takut?" beo Zayn.
Zira mengangguk.
"Kenapa kamu harus takut? Kamu takut saya akan menolak kehadirannya?"
Zira kembali mengangguk. Zayn pun menghembus nafas berat.
"Dengar! Bagaimana mungkin saya akan menolak kehadiran darah daging saya sendiri!"
Deg
Zira langsung mendongakkan kepalanya. Hatinya menghangat. Seutas senyum tipis langsung terbit di bibirnya.
"Apa Pak Zayn serius?" lirihnya dengan mata sudah berbinar haru.
"Saya bahkan sudah sangat menantikan kabar ini," jawab pria itu. Hal ini sungguh sangat membuat Zira senang. Ia refleks langsung memeluk Zayn, menghirup dalam aroma pria itu. Dan, seketika ia langsung sadar, ia sudah lancang memeluk dosennya itu. Ia langsung cepat melepaskan pelukannya. "Ma..af, Pak. Saya tidak bermaksud," cicitnya.
VOUS LISEZ
Zayn ✓Lengkap
Science-Fiction"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal dosen muda sekaligus Doktor termuda di Jurusan Kimia Murni di University of Science and Technology it...
