Tetap baik-baik saja - 7 Maret 2022

8K 1.1K 218
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading! 🤍

•••

"Tanda tangan udah semua?"

"Udah, dong!"

"Please temenin ke Bu Nada, Sha..."

"Rame banget, sumpah. Nanti aja pas mau istirahat."

"Bu Nada kamu udah, Jan?"

Aku menoleh menatap Adhia yang baru saja bertanya. Kemudian menunjukkan kertas lembar berwarna pink yang berisi kolom nama mata pelajaran lengkap dengan kolom tanda tangan yang beberapa masih kosong.

"Belum."

"Bareng, ya, nanti."

"Oke,"

"Jan, biologi kelompok kita ayo."

"Ale dimana?"

Aku bangkit dari duduk kemudian berjalan bersama Kayla ke ruang guru. Kami bertemu Lena diperjalanan dan langsung menyeretnya untuk masuk presentasi karena takut diserobot kelompok lain.

"Ale sama Gavin telepon aja coba,"

Lena dengan sigap menyalakan ponsel dan langsung menghubungi keduanya. Beruntung mereka sedang berdua, jadi tak perlu repot-repot menghubungi sana-sini.

"Kelompok kalian buat tempe, ya?"

"Iya, Bu. Tapi kita inovasiin jadi keripik tempe."

Aku menyerahkan kemasan yang di depannya terdapat nama produk tempe buatan kami serta daftar kandungan-kandungannya.

"Boleh ibu coba?"

"Boleh, boleh, Bu."

Bertepatan dengan itu, pintu ruang guru terbuka menampilkan dua sosok yang sedaritadi kami tunggu-tunggu. Lena dengan ekspresi setengah kesalnya menggerakkan tangan mengkode mereka untuk cepat-cepat mendekat.

"Udah lengkap semua, ya? Oke dimulai presentasinya,"

Kami menjelaskan proses pembuatan keripik tempe itu secara detail bergantian. Lalu menjawab semua pertanyaan yang diberikan Bu Leli-guru Biologi-dengan lancar. Syukurnya tak ada hambatan sampai Bu Leli akhirnya mempersilahkan kami keluar setelah menandatangani kertas pink tadi. Yang menandakan bahwa kami sudah lulus di portofolio mata pelajarannya.

"Yeay!"

Lena merangkul aku dan Kayla, mengucap terima kasih karena ia bilang kami berdua sudah berusaha paling banyak. Aku mengucap terima kasih padanya juga karena selama kerja kelompok ia seperti menahan untuk tidak emosi pada Ale agar pekerjaan kami selesai.

Itu pasti menghabiskan banyak tenaga karena bagi Ale semakin lawan bicaranya diam maka akan semakin gencar ia menggoda.

"Kalian berapa guru lagi?"

"Aku dua," ku lirik kertas punya Kayla. "Kamu berapa, Kay?"

"Sama,"

"Pasti belum Bu Nada, ya?" Lena terkekeh lalu menunjukkan kertas pinknya. "Aku udah, dong!"

"Kok bisaa?"

"Ke kelas aja. Tunjukkin kalian udah nyerahin tugasnya di gdrive, nanti juga di tanda tanganin."

"Bu Nada ada di kelas?" Kini Kayla bertanya membuat Lena mengangguk.

"Ngapain kita daritadi nongkrong disini,"

Aku terkekeh rendah. "Mau duluan apa nungguin mereka, Kay? Kayaknya mereka masih lama, ya?"

"Duluan aja, yuk. Nanti kabarin mereka kalo udah selesai langsung ke kelas aja buat minta tanda tangan Bu Nada."

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang