13| Insiden Pagi

4K 216 96
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

"Terkadang panik itu berbanding lurus dengan nekad"

-ZAYN by SN Aisyah-

.

.

.

TAK terasa sudah tujuh bulan sejak Zira melahirkan. Kini Abil–anaknya tengah lincah-lincahnya merangkak. Untunglah kuliah secara daring selama pandemi menyelamatkannya, sehingga ia tak perlu BSS (Berhenti Studi Sementara) untuk menyembunyikan kehamilannya. Hingga sekarang pun Zira masih melaksanakan perkuliahan secara daring karena pandemi saat ini masih tak bisa diprediksi sampai kapan akan berakhirnya.

Semenjak adanya baby Abil, selain kuliah online Zira juga disibukkan mengurus baby lucu itu. Seperti sekarang sebelum kuliah Zira menyempatkan dulu memandikan dan menyiapkan kebutuhan Abil. Setelah selesai ia pun menaruhnya di box bayi. Bersamaan dengan itu Zayn pun keluar dari walk in closet, ia terlihat sudah rapi mengingat ia akan mengajar pagi ini. Zira pun kemudian menghampirinya.

"Pak Zayn apakah sudah sarapan?" tanya Zira.

"Belum."

"Biar aku siapkan sebentar ya, Pak." Zayn hanya membalas dengan anggukan. Sementara itu Zayn pun mendekat ke arah box anaknya lalu membawa bayi lucu itu ke gendongannya.

"Umm anak Papa wangi. Abis mandi ya, nak?" Bayi itu hanya menjawab dengan bahasa planetnya. Zayn lalu menganggkatnya tinggi membuat bayi itu tertawa-tawa. Membuat Zayn semakin gemes dengan putranya itu. Perlakuan Zayn memang sangat hangat pada Abil, berbeda dengan Zira, dia masih sangat dingin pada perempuan itu.

Saking asyiknya bermain dengan Abil, ia tak menyadari kehadiran Zira yang sudah kembali.

"Pak, sarapannya sudah aku siapkan. Sama kopinya juga sudah aku taruh di meja," ujar Zira.

"Oh iya," balasnya lalu menaruh Abil kembali ke box bayi.

"Kamu tidak kuliah?" tanya Zayn begitu menyadari Zira masih menggunakan pakaian rumahan.

"Kuliah kok, Pak. Kan sama Bapak pagi ini. Abis ini aku langsung siap-siap."

Zayn hanya mengangguk. Ia pun kemudian langsung menuju ke bawah.

Zira hanya menatap punggung Zayn yang semakin menjauh seraya merutuk dalam hati. "Cuma tanya itu doang? Gak tanya, kamu sudah sarapan? Ajak sarapan bareng kek gitu."

" Ishh kapan sih tembok es-nya bakal runtuh!!"

Meski masih kesal Zira pun langsung mengambil handuk, bagaimanapun ia tidak boleh telat kuliah pagi ini.

Zayn ✓LengkapWhere stories live. Discover now