16| Dosen Pembimbing

3.6K 203 105
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

"Terkadang tidak semua yang kita harapkan harus kita dapatkan. Karena bisa saja yang tidak diharapkan adalah yang kita butuhkan"

-ZAYN Karya SN Aisyah-

.

.

.

TAK terasa Zira sekarang sudah semester tujuh. Itu artinya ia sekarang tengah berada di masa-masa kritis sebagai mahasiswa akhir yang akan disibukkan dengan tugas akhirnya dimana yang akan menentukan nasib Zira selama empat tahun berkuliah.

Seperti sekarang, ia tengah sibuk di bagian administrasi jurusan untuk mengurus pengajuan tugas akhirnya. Tiba-tiba saja teleponnya berdering. Ia kemudian pergi keluar sebentar untuk mengangkatnya. Namun, begitu ia akan mengagkatnya teleponnya sudah mati. Ia kemudian melihat panggilan masuk. Ternyata sudah ada belasan panggilan tak terjawab dari Bi Ina susternya Abil. Karena saking hetic-nya tadi mengurus berkas-berkas ia sampai tidak mendengar handphone-nya berdering.

"Halo. Assalamualaikum. Ada apa menelepon, Bi?"

"Waalaikumussama nak Zira. Itu, Abil dari tadi nangis tidak mau diam. Sudah dari tadi Bibi coba diamkan tidak mau," adu wanita paruh baya di seberang sana.

"Sudah dikasih ASI, Bi?"

"Sudah. Tapi dia tetap tidak mau," jawab wanita paruh baya itu dengan nada khawatir.

"Mm, bagaimana ya?" Zira juga jadi bingung sementara ia juga resah mendengar suara tangis anaknya di seberang sana.

"Begini saja, Bi. Bibi coba tenangkan saja Abil terus, coba paksa saja dikit-dikit dia minum ASI yang aku stock itu, urusan aku ini hampir selesai. Habis ini aku langsung pulang. Tolong banget ya, Bi..."

"Baiklah nak, Bibi akan coba tenangkan lagi Abilnya. Semoga urusan nak Zira cepat selesai. Hati-hati nanti pulangnya ya nak Zira."

"Baik, Bi. Terimakasih banyak, ya Bi."

"Sama-sama nak Zira."

"Assalamualaikum Bi."

"Waalaikumussalam."

oOo

Setelah urusannya di jurusan selesai, Zira pun langsung bergegas pulang. Hatinya sudah sangat mengkhawatirkan Abil sejak tadi. Sesampai di rumah ia langsung menuju kamar Abil.

Terlihat balita itu terus menangis gelisah di gendongan Bi Ina.

"Masih belum tenang juga Bi?" ujar Zira begitu masuk.

Zayn ✓LengkapWhere stories live. Discover now