20| Bukan yang Berarti di Hidupmu

4K 206 25
                                    

 "Tetap bertahan meskipun sebenarnya adanya aku tidaklah kamu harapkan. Ada, tapi tidak kamu anggap. Adakah rasa sakit yang bisa kamu berikan lebih dari itu?"

-Zayn by SN Aisyah-

.

.

.

ZIRA lega akhirnya selesai membuat proposal bab satunya. Dengan semangat ia segera mengumpulkan ke dosen pembimbingnya–Pak Zayn. Meski ia tengah marahan dengan pria itu sekarang, tapi kali ini konteksnya beda, sekarang posisinya adalah sebagai mahasiswa.

Begitu ia masuk ke ruangan kerja Zayn, pria itu tampak terlihat sangat sibuk. "Permisi, Pak," cicit Zira begitu masuk, sang empu pun langsung menoleh.

"Oh Zira. Kebetulan ada kamu. Bisa tolong kemaskan pakaian-pakaian saya ke koper? Semua yang akan di bawa sudah saya taruh di atas kasur. Saya akan pergi nanti malam."

Zira yang mendengar itu langsung heran. "Maaf, memangnya Pak Zayn mau kemana?" tanyanya.

"Bukannya sudah saya sebelumnya? Saya akan ke Bandung untuk seminar."

"Tapi bukannya 2 hari lagi ya, Pak?"

"Mendadak ada pekerjaan lain disana yang harus saya selesaikan sebelum hari hari H seminar."

"Oo, begitu. Baik Pak, aku akan bantu."

"Tapi maaf sebelumnya, Pak. Saya sudah membuat proposal bab satu yang bapak suruh kemarin," ujarnya seraya memperlihatkan kumpulan kertas putih itu.

"Saya belum periksa. Taruh saja di atas meja saya itu, nanti pulang dari Bandung akan saya periksa,"ujarnya seraya menunjuk ke meja kerjanya.

"Oh oke. Baik Pak." setelah mengatakan itu Zira pun langsung menuju kamar untuk membantu mengemaskan baju yang akan di bawa Zayn ke koper.

Tak butuh waktu lama, kini Zira telah selesai mengemaskan pakaian Zayn ke koper. Mengingat Zayn akan di Bandung beberapa hari, Zira merasa kurang jika hanya ada baju di dalam kopernya. Menurutnya ada beberapa barang yang perlu di bawa, tapi ia perlu menanyakan pada pria itu terlebih dahulu.

"Pak. Aku sudah masukin semua pakaiannya ke koper. Apa hanya itu aja Pak?" tanyanya begitu muncul dari balik pintu.

"Oh iya, untung kamu ingatkan, perlengkapan mandi saya juga tolong dimasukkan ya."

"Oke." Ia pun langsung beranjak.

"Oh iya Zira," panggil Zayn lagi membuat Zira kemudian berbalik. "Ada lagi, Pak?"

"Power bank saya juga tolong dimasukkan. Tapi power bank saya lagi rusak, jadi pinjam punya kamu dulu."

"Oh, oke Pak."

Dengan gesit Zira menyiapkan semuanya. Setelah semuanya di siapkan dengan perfect, Zira baru sadar akan hal.

"Eh, kenapa gue mau repot-repot ya disuruh Pak Zayn ngerjain semua ini? Ini kan tugasnya istri. Biasanya dia juga gak mau gue tolong. Lagi pula gue kan lagi marah sama dia!" gumamnya sendiri.

"Ih bego banget sih Gue baru ingat sekarang! Gue gak mungkin bongkar lagi kan!" rutuknya lagi menyadari kebodohannya.

"Ih biarin deh! Anggap saja gue lagi baik. Hitung-hitung sekarang hari jumat," gumamnya lagi berusaha menenangkan diri sendiri.

oOo

Baru satu hari Zayn berada di Bandung, namun, mungkin sudah belasan kali ia menelepon Zira menanyakan keadaan anaknya–Abil.

Zayn ✓LengkapWhere stories live. Discover now