PART 32

8.7K 707 47
                                    

Tiga motor sport bewarna hitam berhenti di depan gerbang besar kediaman Alessandro

Perkataan Demario bukan hanya bualan semata. Buktinya, Raka, Kemal dan Eza ada disini karena memenuhi undangan pribadi dari sang pemilik rumah

Raka dan Kemal sedari tadi berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Mengingat, pertemuan terakhirnya dengan Demario tak mengenakkan

Gerbang besar itupun terbuka setelah mereka mendapatkan akses untuk masuk. Mereka pun kembali menyalakan mesin motornya dan masuk ke dalam. Tak mungkin mereka berjalan karena jarak antara gerbang dan pintu utama sangatlah jauh

Setelah masuk ke dalam, mereka disambut dengan baik oleh para pekerja disana. Mereka digiring untuk menemui Demario terlebih dahulu

Dengan kaki gemetaran Raka dan Kemal melangkah. Bahkan saat ini mereka berjalan seperti kereta dengan Eza yang di depan seolah sebagai tameng

"Kalian sudah datang"

Demario yang semula berdiri memandang keluar pun berbalik dan melepas kacamatanya

"Temui Kenniro setelah ini. Tapi, jangan coba-coba membahas tentang keadaannya" ujar Demario dengan tajam

"I-iya Om"

Demario kembali berbalik membelakangi mereka. Seolah pemandangan diluar sana lebih menarik daripada di dalam yang semua barangnya terlapisi permata

"Kenniro lumpuh. Jika kalian ingin meninggalkannya, saya tak melarang"

Ketiganya menatap Demario dengan terkejut. Yang mereka tau, Kenniro memang tak bisa berjalan. Tapi, apa kata 'lumpuh' itu pantas untuknya?

"Kami temannya, Om. Nggak mungkin kita ninggalin Kenniro gitu aja" ujar Kemal dengan sisa keberaniannya

"Pergilah, Kenniro ada di kamarnya lantai empat "

Setelah ketiganya pergi, kini giliran Roy yang menghadap

"Tuan, semua sudah siap"

Besok, waktu bagi Demario untuk melepas segalanya. Beban di pundaknya terlalu berat untuk ia pikul sendirian, hingga dirinya pun mencari pengganti pundak yang lebih kokoh

"Hm"

"Roy"

"Ya tuan?"

"Apa pendapatmu tentang ini semua?"

Roy yang ditanya pun terdiam membisu. Tak tau harus mengatakan apa untuk menjawab pertanyaan tuannya

"Saya tidak berani berpendapat apa-apa tuan. Yang saya tau, apapun yang anda lakukan pasti yang terbaik"

"Aku mempunyai firasat buruk. Sekarang aku sendiri bimbang untuk melakukannya"

"Apapun yang anda pilih, saya akan tetap mendukung anda"

"Pergilah!"

Demario sendirian dengan pikiran buruk yang terus menghantuinya akhir-akhir ini. Ia tak tau apa yang akan terjadi kedepannya, ia hanya bisa berharap semuanya baik-baik saja

Ia pun melirik ke arah ipad nya yang menampilkan senyum lebar sang anak saat kedatangan sahabatnya. Tanpa sadar, ia pun ikut tersenyum sampai memperlihatkan gigi putihnya. Kebahagiaan Kenniro adalah kebahagiaan untuknya juga

"Semoga acara besok bukan hal yang akan aku sesali nantinya" ujarnya menghela nafas

.

.

.

Demario membuka pintu kamar putranya dengan pelan takut mengganggu tidur nyenyak nya mengingat saat ini sudah tengah malam

ALESSANDRO||END||Where stories live. Discover now