☃️ Misi ke-2 : Kesialan

24.1K 1.2K 13
                                    

Janlup Vote sama Komen!

☃️

Di atas ranjang penuh ukiran kuno yang indah, nampak seorang gadis tengah memejamkan matanya dengan begitu tenangnya, gadis dengan rambut putih itu terlihat sangat cantik.

Gadis itu mulai bergerak tidak nyaman dalam tidurnya. "Eungh," lenguhnya sambil mengangkat tangannya untuk memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa seperti ditusuk-tusuk pisau.

Matanya perlahan terbuka, menampakkan manik abu-abu indah yang dimilikinya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali dengan ringisan kecil keluar dari bibirnya.

Butuh beberapa saat untuk menyesuaikan cahaya yang memaksa masuk ke retinanya, perlahan rasa sakit di kepalanya berkurang berganti dengan kebingungan yang mulai menyerangnya.

"Sejak kapan rumah sakit punya lampu gaya classic gini? Mana tu lampu cuman pake lilin lagi diatasnya," monolognya pada dirinya sendiri, matanya bergerak liar menatap suasana sekitar. Dengan sedikit kesusahan dirinya bangun dan duduk bersandar pada dipan ranjang.

Keningnya berkerut bingung karena seluruh tubuhnya bisa digerakkan dengan mudah padahal jelas terakhir kali sebelum dia memejamkan matanya adalah ketika dirinya ditabrak pengendara motor lain dengan sangat keras hingga dia merasa seluruh tubuhnya remuk karena tragedi itu.

Dan juga, dia merasa kamar ini tidak seperti kamar rumah sakit pada umumnya, dia yakin para partnernya pasti akan membawanya ke rumah sakit, tetapi tempat ini memiliki nuansa kuno yang begitu khas hingga membuatnya merasa bahwa dirinya sedang berada di dalam sebuah kamar istana.

Matanya turun, beralih dari pemandangan kamar ruangannya yang nampak aesthetic sekaligus aneh menuju pakaian yang melekat di badannya. Kedua matanya terbelalak kaget. "Sial, siapa yang gantiin baju gue?!" Kagetnya menggerakkan-gerakkan tangannya untuk melihat lengan panjang dari baju yang dia pakai. Entah sejak kapan dia memakai baju seperti itu.

Tok...

Tok...

Tok...

Mendengar Pintu terketuk tiga kali membuat Selena mengangkat wajahnya, menatap pada daun pintu ruangannya. Guratan seketika kembali tercipta di dahinya, dia menatap bingung pada pintu ruangannya yang besar dan memiliki ukiran yang cukup rumit. Sama seperti ukiran pada ranjangnya.

Tak lama setelah pintu terketuk, seseorang yang ada dibalik pintu segera membuka pintu itu.

Lalu terlihatlah seorang perempuan berusia antara 30 tahunan dengan gaun yang tidak terlalu ramai seperti milik gadis yang ada di ranjang.

"Saya—"

PRANG

Gelas kecil yang ada ditangan perempuan yang tidak dikenali Selena —gadis yang baru saja sadar beberapa saat lalu— jatuh, membuat Selena sontak ikut terperanjat kaget. "ASTAGA!" Pekiknya refleks, dia menutup telinganya sendiri mendengar suara bising dari besi yang menghantam lantai itu.

Kedua kesatria yang memang setia berjaga di depan kamar Selena lantas bertanya saat mendengar suara gelas pecah dan teriakan dari dalam kamar Selena.

"Ada apa, Nona Hana?" Tanya salah satu di antara keduanya menatap bingung Hana yang membeku di tempatnya.

Mata Hana memerah, nafasnya memberat, dia segera berlari ke arah Selena yang masih dilanda kebingungan lalu memeluk Selena dengan begitu erat seolah Selena akan menghilang dari dunia ini.

"Tuan Putri, anda sudah sadar? Apa ada yang sakit? Maafkan kelalaian hamba Tuan Putri."

Tentu saja Selena kaget saat seorang perempuan berpakaian aneh ini memeluknya erat bahkan menangis dan meminta maaf kepadanya. Saha eta teh? Sokap banget, batinnya bingung sekaligus risih pada orang di depannya ini.

Carve Out A PastWhere stories live. Discover now