☃️ Misi ke-3 : Aku Anak Kaisar? Wow Impressive!

19.4K 1K 14
                                    

Janlup vote sama koment

☃️

Setelah Selena diperiksa, tabib mengatakan bahwa Selena mengalami hilang ingatan karena racun yang terminum olehnya. Selena hanya iya iya saja ketika dijelaskan oleh tabib, walaupun dia rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya sekarang.

Otaknya sejak tadi berpikir keras agar dia tidak mati dengan memalukan seperti yang terjadi di novel.

Selena menatap Hana, lalu mengatakan, "Hana, keluar." Hana hanya mengangguk mendengar titah majikannya, dia berpamitan lalu pergi keluar kamar Selena.

Tarik nafas... buang
Tarik nafas.... buang

Selena mendengus. "Gue gak mungkin nerima lamaran pangeran Camilo, yang ada alurnya jadi amburadul gak ada untungnya hancurin alur gue mah." Selena menatap pantulan dirinya di cermin yang tidak secerah cermin di masa depan, cermin itu hanya memperlihatkan pantulannya tanpa terlihat detail dari dirinya.

Jika boleh jujur, alasan Selena tidak ingin menerima lamaran Camilo adalah dia sangat membenci laki-laki yang posesif, dia juga malas menghadapi masalah yang banyak.

"Sayang banget ini otot gue pada ilang." Lirih Selena, dia menatap nanar tubuh kurus yang ada dipantulan kaca, sebelah tangannya dia gunakan untuk menepuk-nepuk tangannya.

Dengan kesal Selena berteriak kencang. "AAKHHH! SIALAN! NGAPA GUE BISA JADI SI BEGO SIH?! MANA NAMANYA PAS BANGET KEK GUE!" Selena menjambak rambutnya frustasi. Selena masih belum mampu menerima kenyataan bahwa dia berpindah dunia dan memasuki tubuh Putri Selena.

Mendengar teriakan Selena membuat Hana dengan cepat kembali masuk ke dalam kamar majikannya. "Tuan Putri, apa yang anda lakukan?!" dengan panik Hana menahan Selena agar berhenti menjambak rambutnya sendiri.

Setelah cukup tenang, Selena duduk dikasurnya, nafasnya terengah-engah karena sempat tantrum. "Gu—ck, aku ingin mandi." Ucapnya mencoba sabar.

"Saya siapkan air hangatnya dulu, Tuan Putri. Saya mohon jangan melakukan hal seperti tadi lagi." dengan cepat Hana mempersiapkan air hangat air Tuan Putrinya bisa mandi.

Kayanya gue harus terbiasa pakai bahasa baku deh, biar gak susah ngomong sama orang sini, pikirnya.

Tak berselang lama Hana keluar. "Tuan Putri, air hangatnya sudah siap." Ucap Hana, dengan segera Selena masuk ke kamar mandi tapi diikuti oleh Hana.

"Ngapain kamu ikut masuk?" Bingung Selena karena bahkan saat dia sudah di dalam kamar mandi, Hana tetap berdiri di belakangnya.

"Maaf, apa Tuan Putri?" Selena seketika mendengus. "Untuk apa kamu ikut masuk ke kamar mandi?" Ulang Selena dengan stok kesabaran yang semakin tipis.

Hana yang akhirnya paham maksud dari tuan putri langsung menjawab, "Tentu untuk membantu Tuan Putri." Jawabnya lugas.

"Gak, aku tidak butuh bantuan, sekarang keluar." Bahasa Selena sedikit tercampur, tapi Selena tidak peduli, dia kekeh ingin mengusir Hana.

Walau bingung Hana tetap mengikuti perintah dari Selena. Dia meninggalkan Selena untuk membersihkan diri.

Selena memasuki bak mandi untuk berendam, rasanya sangat nyaman ketika dia dapat merasakan hangatnya air yang beraroma harum dari bunga galanthus atau tetes salju disaat dia harus kedinginan karena dia berada di wilayah Utara yang dipenuhi salju.

Pikirannya melayang kembali ke saat dia membaca buku yang diberikan oleh seseorang yang tidak dia kenal.

Malam sunyi seolah menjadi pendukung bagi Selena untuk membaca novel yang menurutnya menarik sebab covernya terlihat kuno dan aesthetic.

"Wah, tu orang dimana dapet buku yang cover nya sekeren ini?" Dengan antusias Selena membolak-balikkan sebuah novel bercorak kuno yang judulnya tertulis 'My Dear, Sheila!'.

Setiap huruf dibaca Selena dengan seksama, sudah berbagai macam ekspresi nampak di wajahnya. Waktu berjalan begitu cepat, suara adzan subuh berkumandang membuat Selena dengan ogah-ogahan mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya.

"Mending gue lanjut, bisa lah gue mandinya cepet-cepat." Tawarnya pada diri sendiri, lantas dia menyelesaikan cerita yang hanya tersisa beberapa lembar.

Bukannya wajah penuh keceriaan yang ditampilkan Selena ketika dia telah menyelesaikan novel tersebut, dia malah menatap datar novel yang tadi dia bilang covernya keren.

Strike!

Lemparan novel Selena berhasil memasuki tempat sampah di kamarnya. "Sial, cover elit alur sulit." Umpatnya kesal.

"Sialan, mending gue tidur tadi malam, endnya ga bisa diterima banget. Mana namanya Selena lagi, Aileen juga cantik-cantik kek setan! NGAPA HARUS PUTRI SELENA DAH YANG MATI?!" Selena misuh-misuh sendiri karena novel yang dibacanya susah payah semalaman.

Dengan kondisi hati yang sudah dongkol sepenuhnya Selena segera melakukan ritual mandinya untuk melakukan penyiapan misi malam ini.

Dan dengan ajaibnya, malamnya dia dinyatakan koma dan berpindah dunia.

Mata Selena terbuka setelah ingatannya tentang novel sialan itu berakhir. Bara emosi seolah menyala dari dalam dirinya, tekadnya berkumpul menjadi besar.

"Gue bakal perbaikin alur sialan ini, gue gak bakal terima mati. Gue cuman perlu menjauh dari para pemeran utama lalu menikmati hidup sebagai seorang putri kerajaan. Sudah cukup gue jadi sosok yang selalu patuh, waktunya gue buat nikmatin ketenangan ini."

Selena tidak peduli jika dia sebagai seseorang yang terlalu santai, tapi dia tidak akan membiarkan dirinya merasa bosan dengan namanya hidup.

Dirasa cukup lama berendam, Selena menyelesaikan ritual mandinya. Decakan keras keluar dari bibir ranum Selena karena bajunya sangat sulit untuk dikancingkan.

"Hana." Panggil Selena sekali, Hana masuk ke kamar Selena dan langsung paham bahwa tuan Putrinya itu perlu bantuan untuk memakai pakaian.

"Terima kasih, silahkan keluar." Selena bodo amat dengan sikapnya yang terkesan angkuh, dia tidak ingin diganggu Hana untuk sekarang.

Hana menganggukan kepalanya dan berpamitan kepada Selena untuk pergi.

Tatapannya terpaku pada rembulan terang ditemani bintang-bintang yang memenuhi langit malam membuat segaris senyum di bibir Selena.

"Kapan terakhir kali gue nikmati langit malam gini? Biasanya gue sibuk sama laptop, novel ataupun hp ditangan, di sana juga langit gak seindah ini, ketutup sama terangnya lampu." Gumam Selena, Mengingat dirinya yang dulu adalah Selena si intel, rasa rindu langsung menyeruak di hati.

"Putri Selena, gue bakal ngerubah semua kemalangan yang terjadi sama lo."

Setelah berucap, dia segera mencoba untuk tidur. Namun, sudah berbagai pose tidur Selena coba, tapi tidak satupun yang berhasil membuatnya tertidur, dia yakin sekarang sudah dikatakan sebagai larut malam.

Helaan nafas dikeluarkan Selena dengan keras, "udah ah cape gue, mending gue cari makanan." Ucapnya tanpa peduli bahwa ini sudah larut malam Selena keluar kamar.

Dua kesatria kaget melihat Selena. "Maaf Tuan Putri, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya Chandra tapi dijawab gelengan oleh Selena.

"Gak ada, gue cuman mau jalan-jalan." Jawab Selena dan berlalu pergi tanpa peduli dengan Chandra yang bingung dengan bahasa Selena.

"Interiornya keren disini, tapi sialnya disini dingin banget. Sumpah gue pen pergi aja dari negri ini." Hanya berjalan beberapa saat, pada akhirnya Selena kembali ke kamarnya tanpa memakan apapun dan memaksakan diri untuk tidur.

☃️

Gmn part ini? Ini gak ada gw revisi ya😭🤣

Carve Out A PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang