AZ || SEPULUH

35.8K 2.9K 121
                                    

"Kalau iya emang kenapa?" Azello berucap dengan wajah songongnya.

Asher terdiam, tadinya dia akan meninggalkan anak ini sendirian karena ada meeting penting. Namun sepertinya dia harus mengurungkan niatnya. Dia bukanlah pria yang tak tahu terimakasih, bahkan dia hampir mencelakai orang yang sudah menolongnya kala itu. Mungkin jika tidak segera ditolong, nyawanya sudah melayang.

Waktu itu Asher tengah tak enak badan setelah perjalanan bisnisnya. Dia nekat pulang sendirian tanpa asistennya. Dia tak sadar tenyata sudah diikuti.

Tiba-tiba saja mobil di belakangnya berhenti tepat di depan mobilnya.

Mereka langsung menyuruhnya keluar.

Mau tak mau Asher meladeninya. Namun apa daya, kondisinya yang sedang lemah tak sanggup melawan mereka. Kalau saja keadaan tubuhnya fit, dia jamin dengan mudah bisa menumbangkan mereka.

Asher tahu jika mereka adalah suruhan salah satu musuh bisnisnya.

"Terimakasih sudah menolong, kamu ingin apa? Akan saya kabulkan."

Asher menatap Azello, menunggu jawaban. Tentu saja dia harus balas budi kan?

"Om bule keturunan mana?"

Bukannya menjawab, Azello malah menayakan hal random.

Tapi itu karena Azello penasaran. Rambut Asher berwarna pirang sedikit gelap. Hidungnya sangat mancung, cocok jika jadi pinokio dan bola matanya berwarna hijau.

"Jerman, Amerika."

"Oh, gitu."

"Tinggi?"

"195 cm."

Walaupun tak paham kenapa Azello menanyakan itu, Asher dengan sabar menjawab. Padahal kesabarannya setipis tisu, tapi dia tahan.

"Gimana biar bisa jadi tinggi?"

"Olahraga."

"Gue udah olahraga tapi nggak tinggi."

"Deritamu."

Azello melempar bantal ke arah Asher. Asher dengan mudah menangkapnya.

"Jangan ejek terus! Emang lo mau kualat jadi batu?"

Asher mendekat, Azello bersikap waspada. Siapa tahu kan Asher ingin membalasnya dengan mencekiknya?

Hal itu membuat Asher tersenyum tipis.

"Justru kamu yang akan kualat, tidak sopan dengan orang yang lebih tua. Jika di Malin Kundang kamu sudah jadi batu. Mau?"

"No! Nggak mau jadi batu."

Asher hampir tertawa, tapi dia tetap menjaga image-nya. Bisa-bisanya pula bocah ini percaya. Padahal jelas-jelas itu mitos.

"Berapa umurmu?"

"Tiga satu."

"Mana mungkin," dengus Asher. Lelucon macam apa ini.

"Kalau nggak percaya yaudah!"

Pintu terbuka, munculah ibu dari Azello.

"Kamu nggak papa, sayang?"

"Nggak papa, Bunda."

Asher memilih keluar, tak ingin mengganggu ibu dan anak itu.

Lola menanyakan bagaimana Azello bisa seperti ini.

Azello menceritakannya pada sang bunda.

"Mulai besok Bunda suruh orang buat antar jemput kamu aja. Bunda nggak mau kejadian kayak gini terulang lagi."

AZELLO [END]Where stories live. Discover now