☃️ Misi ke-6 : Healing

15.3K 964 29
                                    

Jangan lupa Vote sama komen
🚴‍♀️

☃️

Evan menggeleng tegas, dia tidak mau menuruti keinginan adiknya. Dia tidak ingin adiknya satu ini kenapa-napa.

"Aku tidak mengizinkanmu." Tegas Evan membuat Selena mendengus kesal, dia memicing menatap Evan kesal.

"Kak! Aku hanya meminta untuk pergi ke pasar, apa masalahnya sih?!" Seru Selena kesal, dia menatap tak percaya pada Evan yang seolah mengekangnya.

"Disana berbahaya, kau tidak boleh pergi kesana."

"Kau bersikap seolah aku akan pergi ke goa yang tidak pernah dimasuki manusia manapun." Debat Selena tak ingin kalah, rautnya bahkan seperti menantang Evan sekarang.

Di tengah perdebatan kedua saudara itu, Kaisar yang kebetulan lewat melihat putra-putrinya saling berdebat lantas menyapa, "Apa yang kalian lakukan disini?"

Basa-basi lo basi Kaisar. Ingin rasanya Selena mengatakan hal itu kepada kaisar tapi dia masih ingat bahwa dia adalah seorang putri. Harus tetap slay dan tetap sopan.

Keduanya menatap kaisar, lalu segera menunduk. "Salam hormat kepada kaisar." Salam Evan dan Selena bersamaan.

Karena tadi Ayah mereka bertanya, Evan lantas menatap kaisar. "Selena meminta izin untuk pergi ke pasar, Ayah." Lapornya membuat Selena memicing menatap Evan.

"Kau yakin Selena? Di pasar berbahaya," kaisar bertanya meyakinkan Selena yang memasang wajah datar. Di istana ini jauh lebih berbahaya kaisar, istrimu itu mencoba membunuhku. Sahut Selena tapi hanya di dalam hati.

"Aku hanya ingin ke pasar, apa itu salah, Ayah?" Tanyanya luar biasa gemas akan kedua pria di depannya ini. ASTAGA, mau ke pasar aja susahnya kek mau ke luar negri, batinnya menggerutu. Dia tak akan melimpir kemana-mana, mungkin.

Kaisar menghela nafas mendengar putrinya memaksa untuk ke pasar. Dia menyayangi putrinya, dan dia tak ingin putrinya itu kenapa-napa. "Kamu seorang tuan putri, lebih baik kamu melakukan hal di dal—"

Karenanya mood Selena terlanjur hancur, dia dengan cepat menyela ucapan ayahnya kali ini. Persetan dengan yang namanya sopan santun.

"Terserah kali, aku tidak peduli!" Rajuk gadis itu pergi ke arah kamarnya meninggalkan Ayah dan Kakaknya sambil menghentakkan-hentakkan kakinya kesal. Terserah sumpah Terserah! Sungutnya.

Bukannya marah, Melihat sikap Selena, seulas senyum malah tercetak di bibir Kaisar Orlando dan putra mahkota Evan. "Manis," gumam ayah dan anak itu secara bersamaan. Mereka merasa gemas dengan sikap kekanakkan Selena.

Setelah menghilang dari pandangan kakak dan Ayahnya, Selena memilih menuju sebuah tempat.tempat suci di mana isinya yang bening-bening dan indah di pandang semua. Apalagi jika bukan.... tempat latihan para kesatria.

Senyum sumringah tak mampu lagi dia tahan ketika melihat berbagai jenis cogan dengan wibawa masing mereka. "Gila! Ganteng semua," gumamnya, dia dibuat senang ketika menangkap sosok Chandra dan Bylwin yang tengah berdiri di sana sambil saling menodongkan pedang.

"Chandra, Bylwin!" Panggilnya membuat kedua kesatri itu— ralat, seluruh kesatria yang ada di sana menatapnya.

"Apa yang dia lakukan?" Bingung seseorang yang ada di antara para kesatria, dia ikut berlatih sebagai pangeran dari Kekaisaran Utara.


"Kenapa, Tua—"

"NONA SAJA!" Potong Selena tidak ingin mendengar kata tuan putri yang melekat pada dirinya. Dia menatap kesal Bylwin yang tadi ingin bertanya.

Carve Out A PastWhere stories live. Discover now