AZ || DUA SATU

29.7K 2.4K 68
                                    

Jantung Gillion rasanya seperti berhenti.

"Bercanda, Bunda nggak akan suka kalau Aze lakuin itu."

Gillion menghembuskan nafas lega. Dia ikut menatap peristirahatan terakhir Lola.

"Maafkan saya atas segalanya. Atas semua penderitaanmu karena saya. Saya tahu saya tidak pantas dimaafkan, tiba-tiba saja datang mengaku ayah dari Azello. Saya juga mengucapkan terimakasih sudah merawat Azello hingga menjadi anak yang hebat dan kuat seperti sekarang ini. Saya janji akan merawat Azello dengan sepenuh hati saya. Semoga kamu bahagia dan tenang disana."

"Prince, ayo kita pulang. Sebentar lagi akan hujan."

"Nggak, Aze mau disini dulu nemenin Bunda."

"Baiklah."

Benar saja, setelah itu hujan turun dengan derasnya.

Gillion juga masih ada di samping Azello dengan memegang payung.

Galaksi, Kale, dan Deon tadi juga datang. Mereka memberikan ucapan bela sungkawa pada Azello. Tentu saja mereka ikut sedih, mereka pernah bertemu Lola dan tahu bahwa Lola adalah sosok ibu yang baik bagi sahabat mereka, Azello.

Asher, Dariel, dan Keegan ada di parkiran. Mereka memberikan waktu bagi ayah dan anak itu.

"Kalau Bunda kesepian gimana?"

"Kan Tuhan sayang Bunda. Jadi Bundamu tidak akan kesepian."

Gillion menjawan racauan Azello dengan sabar. Dia melirik ke belakang, mengkode bawahannya untuk membawakan jaket.

"Pakai jaketmu, jangan sampai  demam."

Gillion memakainkan jaket tebal itu di tubuh sang anak.

***

Gillion menatap Azello yang tertidur di pangkuannya. Pasti anaknya kelelahan karena terlalu lama menangis ditambah lagi kesedihan dan beban mental yang dipikulnya.

"Maafkan Papa, Prince."

Azello terbangun, dia merasa ada sesuatu yang menahannya.

Setelah dilihat, sebuah tangan.

"Tangannya siapa sih? Berat banget, pasti banyak dosa."

Si empu tangan ikut terbangun, tapi masih dalam posisi berbaring, hanya membuka matanya.

"Bang Ke?"

"Tidur lagi."

"Minggir."

Keegan tak menghiraukan ucapan Azello. Pemuda itu malah menarik Azello berbaring lagi dan memeluknya bak guling.

"Mulut lo bau jigong, jangan deket-deket."

Azello menJauhkan wajahnya. Keegan tak bergeming, dia menatap Azello.

"Ah, sakit!" Azello mendelik, enak saja main gigit-gigit pipinya yang suci ini!

"Gemes, bilang apa tadi? Jangan pake lo-gue lagi, yang sopan."

"Nggak mau wlek."

"Geli! Lepasin nggak?!"

Azello menggeliat geli saat Keegan malah mendusel-dusel dan meniup lehernya, juga menggelitiki pinggangnya. Tidak lucu jika dia mengompol lagi kan?!

"Iya! Ampun! Ampun..."

"Nah gitu, adek yang baik nurut sama kakak."

Azello berdecih, mengapa mendadak Keegan jadi menggelikan seperti ini?

"Jadi pengen muntah."

"Kakak panggil Kak Dariel."

"Jangan!" cegah Azello. Sudah cukup kemarin-kemarin dia jadi korban malpraktek dokter yang sialnya adalah kakaknya.

AZELLO [END]Where stories live. Discover now