AZ || DUA ENAM

22.8K 2.1K 78
                                    

Setelah berusaha menjernihkan pikirannya, Asher kembali menemui Azello di ruang tengah. Terlihat anak itu tengah menonton televisi dengan semangkuk keripik.

Tangannya beralih mengambil mangkuk itu kala tahu jika yang dimakan adalah keripik pedas.

"Kak Asher!" teriak Azello sembari melayangkan tatapan penuh protes, tetapi hanya sebentar karena melihat ekspresi maut dari sang kakak yang seperti ingin melahapnya hidup-hidup. Azello meringis, dia sudah seperti melihat salah satu tokoh antagonis di film horror thriller.

Mangkuk itu sudah berpindah tangan pada Clara yang entah kapan muncul lalu langsung pamit pergi kembali memberikan ruang untuk kakak beradik itu.

"Besok kamu harus kembali ke mansion."

"Nggak, kan kesepakatanya dua minggu. Masih ada tiga hari lagi."

Demi apapun Azello belum ingin tinggal di mansion yang suram penuh bujang lapuk itu. Bukannya tidak senang berkumpul dengan mereka, tapi masalahnya adalah menurutnya mereka selalu bersikap terlalu berlebihan. Padahal hanya masalah sepele saja. Ia belum siap, belum siap kehilangan masa-masa bebasnya. Sekarang saja sudah terlihat, mana bisa dia makan keripik pedas lagi, atau bermain kemanapun dan kapanpun sesuka hatinya.

"Daripada kamu semakin tak terkontrol."

"Jangan pitnah ya Kak!"

"Kamu pikir kakak tidak tahu jika tadi kamu nyaris saja tertabrak mobil?"

Azello menelan ludah saat Asher menatapnya penuh intimidasi. Badannya reflek bergeser menjauh dari posisi Asher yang tadinya duduk tepat di sebelahnya.

"Ya-yakan itu pas lagi sial aja, kalau kata kupon undian jajanan ciki anda agak belum beruntung, gitu."

Asher makin dibuat tak habis pikir dengan jalan pikiran Azello. Terlalu mengada-ngada dan banyak bercanda, padahal dia tengah serius.

"Pilih, ikut sekarang dengan cara halus atau nanti tapi dengan cara yang kamu tidak suka."

"Pilih atau..."

Asher mendengus, adiknya ini sungguh tak bisa diajak serius.

Baiklah kalau begitu.

"Kak Asher!!! Turunin nggak?!"

Azello memukul punggung Asher berkali-kali. Bagaimana tidak?!

Dia tengah diangkat bak karung beras, mana kepalanya terbalik membuatnya mulai pusing.

"Diam Prince atau kakak lempar?"

Ancaman itu berhasil membuat Azello kicep. Mau jadi apa jika dia dilempar oleh Asher?

"Buka." Titah Asher pada Johnson.

Mereka sudah masuk ke dalam mobil yang dia yakini adalah mobil Asher.

Ya, mereka termasuk Johnson juga yang duduk di kursi kemudi. Tentu saja membuat Azello bingung. Kenapa juga lelaki itu ikut?

Tangan Azello akan menggapai pintu sebelah kanannya agar membuka tapi tangannya sudah ditarik oleh Asher yang duduk di sebelahnya.

"Jalan."

Mobil itu mulai dijalankan Johnson sesuai perintah Asher.

"Om, terus yang jagain rumah siapa?"

"Tenang saja Tuan Muda, semua terkendali." Johnson menjawab dengan singkat dan tidak jelas.

Tunggu, kenapa panggilan Johnson berubah padanya?

"Om Jon!"

Baru saja Azello akan protes pada Johnson dengan menggoyangkan badan pria itu, Asher menghalanginya. Lalu menariknya duduk di pangkuan pria itu dan mengunci pergerakan tubuhnya.

AZELLO [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora