Part 13;Masalah mie instan

24.5K 1K 24
                                    

13

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

13.Masalah mie instan

Pukul 01:25 AM. Elara terjaga dari tidurnya faktor haus. Tenggorokannya terasa kering. Ia berniat ke dapur untuk membasahi rongga kerongkongannya dengan air.

Sebelum ia tiba ditujuan, langkah Elara spontan melambat kala indera pendengarannya sayup-sayup menangkap sebuah bunyi kerusuhan yang seperti sedang berkutat dari arah dapur.

"Siapa di dapur dini hari seperti ini?" Monolognya heran.

Mayoritas para maid yang bekerja di sini akan pulang setelah menyiapkan makan malam. Hanya ada beberapa orang yang tinggal, termasuk Elara. Bukan--bukan itu yang terpenting sekarang . Tapi seseorang yang berada di dapur tersebut.

"Apa jangan-jangan--maling?" Elara lalu membungkam mulutnya dengan telapak tangan agar tak lagi mengeluarkan suara. Rasa dahaganya hilang antah berantah digantikan rasa takut yang perlahan menjalari batinnya.

Melangkah dirinya kesudut mengambil penyapu plastik dari pojok dan kembali membawa kakinya berayun ke arah tujuannya. Kali ini ia lebih pelan, bahkan berjinjit agar tak ketahuan. Seseorang memakai pakaian serba hitam dan--helm? telah kelihatan hilalnya sibuk berkutat dengan alat-alat dapur.

Terlalu panik sampai Elara tak memperhatikan lebih teliti, lelaki itupun tak menyadari keberadaan Elara dibelakangnya dan---

Bugh!

Bugh!

"Mati kamu!!"

"Mati!

"Sesusah apapun hidupmu, jangan pernah merampok! Merampok itu haram, tahu!"

Berulang kali gagang sapu menghantam bagian tubuh Atlantik. Laki-laki itu hanya bisa mencoba menghindar juga menangkis sebisanya.

"Aduh-Aduh!! Lo apa-apaan sih?!" Atlantik menggenggam gagang sapu yang dijadikan oleh Elara sebagai senjata andalannya memukuli Atlantik.

"Eh--kok Atla?"

"Lu pikir sape?!" Atlantik melepas helm full face-nya.

"A-ara kira maling."

"Ck, ganteng-ganteng gini dikira maling. Simpan tuh penyapu!" Bergegas Elara menyimpan penyapu tersebut melihat mata Atlantik yang hampir copot memelototinya.

"Habisnya, Atla pake gituan. Gimana gak dikira maling coba?"

"Ini namanya atribut pelindung."

"M-maafin, Ara soal tadi."

"Ck. Selamat lo malam ini. Gue lagi sibuk, jangan ganggu." Memakai kembali helm berwarna hitam itu, Atlantik memilih berbalik mulai berkonsentrasi penuh dengan spatula ditangannya, makanan ia aduk-aduk di wajan.

Sehabis menuang segelas air, Elara meneguknya sambil mengamati Atlantik yang tak jauh darinya cukup lama.

Seorang Atlantik memasak? Bukankah ini kejadian langkah? Dan apa-apaan dengan atributnya? Aesthetic sekali. Jaket kulit, kaos tangan. Ah satu lagi, jangan lupakan helm yang bertengger dikepalanya. Dan anehnya, serba-serbi hitam. Tidak heran, Elara mengira ia adalah maling.

PANGERAN ATLANTIK (Segera Terbit)Where stories live. Discover now