BAB 17✓

24.3K 1.2K 13
                                    

Berikan vote untuk apresiasi penulis💃😗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berikan vote untuk apresiasi penulis💃😗

Gue rela kehilangan segalanya demi dia yang menjadi segalanya.

-Pangeran Atlantik

17.Atlantic Decisions

TAK berselang lama Elara berkutat di dapur membuatkan Atlantik makanan sesuai bahan-bahan masakan yang tersedia. Berhubung Elara telah selesai dengan aktivitasnya, ia kembali ke ruangan yang sama dengan Atlantik.

Elara menghidangkan sepiring nasi dan lauk di temani segelas air di atas meja tepat di hadapan Atlantik yang masih dengan kegiatannya yang sama seperti sebelum ia memasak. “Atla makan dulu. Katanya tadi laper.”

Tidak digubris. Elara seperti dianggap radio rusak. Karena dikacangin, Elara yang kesal pun merampas benda pipi dari tangan Atlantik. “Makan!”

“Balikin dulu hp gue makanya!” Direbutnya kembali ponselnya dari Elara. “Gue belum kelar.” Atlantik kembali asyik dengan dunianya sendiri. Melihat hal tersebut menciptakan helaan napas panjang dari mulut Elara.

Memilih untuk duduk bergabung dengan Atlantik, Elara mengintip isi permainan benda canggih itu hingga sang pemilik enggan untuk berhenti.

Tiba-tiba Atlantik membuka mulutnya tidak jelas. Elara yang dibuat bingung, mencomot bibir tebal Atlantik. “Atla kenapa mangap-mangap gitu? Nanti kemasukan lalat.”

“Suap.”

“Hah?”

Lagi, Atlantik berdecak gemas. Pintar sih, tapi lemot, apa gunanya? Berinteraksi dengan manusia seperti Elara benar-benar menguji kesabaran. Apalagi stok kesabaran seorang Atlantik setipis tissue.

“Suapin, Ara!” Elara mengerucut kan bibir tatkala getokan maut mendarat di sisi kepalanya. “Hah hoh hah hoh mulu lo! Jadi cewek cepat tanggap dikit napa? Lemot banget sih. Gue lagi main game, gak bisa makan sendiri.”

“Masih hah hoh hah hoh lagi gua sumpal tuh bibir!” tambah Atlantik geregetan.

“O-oh? Atla mau disuapin?”

“Bukan! Mau karungin lo, terus buang ke laut dijadiin santapan empuk sama buaya. Biar hilang beban hidup gua!”
Elara meraih piring yang ia letakkan di atas meja dengan gerakan terkesan kesal. “Hih, cerewet kek cewek!” Alhasil, dirinya mendapat lirikan sinis dari manusia di sampingnya.

“Apa lo bilang? Coba ulang?”

“Enggak. Ara gak ngomong apa-apa kok.” Elara memamerkan senyum pepsodent.

“Gak, gak, gak. Jelas-jelas lo ada ngomong tad—hmphh!” Kalimat Atlantik terpaksa tidak tuntas karena Elara segera memasukkan makanan ke mulutnya agar berhenti mengoceh.

PANGERAN ATLANTIK (Segera Terbit)Where stories live. Discover now