18.

10.1K 846 25
                                    

Setelah sekian lama ia tidak lagi mengunjungi rumah Alina, akhirnya ia pun kembali mengunjungi rumah Alina. Memilih mengesampingkan perasaannya, ia pun kembali mengunjungi rumah Alina untuk sekedar bermain bersama Miel.

Kebetulan dirinya baru pulang dari luar negeri, ia pun sekalian mampir untuk memberikan oleh-oleh yang ia beli khusus untuk Miel. Sebenarnya ia juga membelikan oleh-oleh untuk Alina, namun ia merasa sungkan untuk memberikannya kepada Alina. Jadi ia mungkin akan menyimpannya terlebih dahulu, dan akan memberikannya nanti, sampai batas waktu yang belum ia tentukan.

Setelah seharian bermain dengan Miel dan menemani Miel hingga tertidur, Bianca pun memutuskan untuk pulang. Namun saat dirinya baru saja turun dari tangga, dirinya berpapasan dengan Alina yang baru saja pulang.

Deg.

Rasanya sudah lama ia tidak bertemu dengan Alina, kini dirinya benar-benar sangat merindukan Alina. Belum lagi Alina yang terlihat bertambah cantik di setiap harinya.

"Hai, Bi, kamu kesini?" tanya Alina yang entah mengapa terlihat antusias karena kedatangan Bianca kembali ke rumahnya.

"Iya," jawab Bianca singkat karena dirinya sibuk menetralkan detak jantungnya.

"Gimana kalo kita ngobrol dulu? Kita udah lama gak ngobrol,"

"Sorry, Al, aku harus balik ke studio." Bianca berkata jujur kali ini, ia benar-benar harus kembali ke studio, karena beberapa hari kemarin ia sudah cuti untuk pergi keluar negeri kemarin. Bukannya bermaksud untuk menghindari Alina, walau itu juga menjadi alasannya untuk menolak ajakan Alina tersebut.

"Kenapa si, Bi, akhir-akhir ini kayaknya kamu kayak ngejauhin aku. Aku ada salah sama kamu? Kasih tau aku, Bi, salah aku apa?"

Gak, Al, kamu gak salah, yang salah perasaan aku ke kamu. Batin Bianca.

"Itu perasaan kamu aja kali," jawab Bianca sekenanya.

"Ya, dan sialnya aku merasa."

Bianca pun terdiam mendengar itu. Harusnya ia tak mengorbankan siapapun karena perasaannya ini, ia tak harus menyinggung dan mengabaikan siapapun, atau bahkan menyakiti siapapun. Namun karena perasaannya ini, ia jadi melakukan hal bodoh tersebut.

"Gimana kalo ngobrol di luar? Sekalian makan, aku laper," karena tak tega menolak tawaran Alina tersebut, dan selalu terkesan menjauhinya, akhirnya Bianca pun mengutuskan untuk menerima ajakan Alina, yang ingin sekedar mengobrol dengan dirinya. Masalah pekerjaannya bisa ia kebut nanti, mungkin ia juga akan meminta bantuan Zee untuk itu.

"Aku berantakan banget abis pulang kerja. Kita makan di rumah aja ya? Aku masakin,"

Mendengar itu, Bianca pun meneliti kembali penampilan Alina. Berantakan katanya? Bahkan Alina begitu terlihat sempurna di mata Bianca saat ini.

"Bi, kita makan di rumah aja ya?" Alina pun mengulangi pertanyaannya lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Bianca.

Bianca yang tengah asik menatap Alina pun akhirnya tersadar. "Emang kamu gak capek?"

"Enggak. Malah aku males kalo harus keluar lagi,"

"Yaudah,"

Setelah mendapat persetujuan dari Bianca, mereka pun beranjak ke dapur. Alina pergi memasak, sedang Bianca hanya duduk di kitchen bar sambil menatap setiap pergerakan Alina yang tampak begitu indah di mata Bianca.

Bianca sudah menawarkan diri untuk membantu Alina memasak, namun dengan mentah-mentah Alina menolaknya.

Wangi harum masakan Alina tercium hingga membuat cacing-cacing di perut Bianca meronta-ronta.

my love single mother √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang