AZ || EMPAT DELAPAN

10.7K 1.3K 78
                                    

"Kak Riel."

Azello merentangkan tangannya ingin naik di gendongan kakaknya.

Heran, itulah yang ada di pikiran Dariel. Tumben sekali Azello bersikap seperti ini, seperti anak kucing yang mencari induknya.

Jangan-jangan...

Dariel mengecek suhu tubuh adik kecilnya, normal. Detak jantung, masih normal. Namun Dariel tak merasakan ada yang aneh dengan Azello.

"Ada apa?"

"Nggak papa, tadi liat Kak Kai, Kak Al sama kakaknya. Aze jadi kangen kakak."

Ucapan Azello membuat Dariel tersenyum geli, jadi ini alasannya. Ia mencium hidung Azello gemas.

"Kita pulang, kamu ingin mampir?"

Dariel berjalan pelan menyusuri koridor, banyak yang menyapanya, dia balas dengan anggukan.

"Emm, pengen beli cake."

"Cake? Baiklah."

Azello menatap kue-kue cantik yang berjajar. Dia bingung memilih yang mana.

"Kak Riel, kok nggak ada yang bentuk George."

"George? What do you mean Prince?"

"Itu loh yang monyet."

Walaupun bingung dan aneh, Dariel menanyakannya ke pramuniaga, tetapi tidak ada.

"Buatkan, saya akan bayar 3 kali lipat dari kue termahal disini."

"B-baik Tuan."

Pria dewasa itu merangkul Azello, memperhatikan adiknya yang menempelkan tangannya di kaca etalase. Dia menahan wajah Azello yang akan menempel di kaca.

"Mau yang ituuu."

Mereka kemudian menunggu pesanan mereka jadi.

"Kak, Aze lupa bilang."

"Hm?"

"Kue yang monyet mau Aze kasih ke Kak Kai. Biar cepet sembuh."

Dariel mengacak rambut Azell pelan, ternyata ini maksudnya, perhatian sekali adiknya, pikir Dariel tanpa tahu apa yang terjadi tadi.

Azello tertawa dalam hati, semoga saja Kairel senang. Tak lupa Azello juga meminta Dariel turut mengirim satu kotak rasa coklat untuk Allen. Baik kan dia?

***

"Gue nggak bisa Vin, maaf."

Levin tak sadar mencengkram pergelangan tangan Azello.

"Apasih, sakit tau," ucap Azello saat sudah bisa melepaskan tangannya dari Levin. Entah perasaannya atau apa, yang jelas ia merasa Levin berbeda. Apalagi ekspresinya yang berubah menyeramkan seperti tadi.

Apalagi tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Levin mengajaknya pergi ke rumahnya.

"Tuan Muda."

Johnson menghampiri Azello. Dia mengambil alih tas yang Azello gendong membawanya di pundak.

"Mari pulang."

"Gue pulang duluan."

Levin hanya diam menatap Azello yang menjauh.

***

"Om Jojon pernah makan cilung?"

Johnson melirik tuan mudanya dari kaca spion depan.

"Apa itu Tuan Muda? Ciluk ba saya tahu, tapi cilung tidak," tanya Johnson tak mengerti.

Azello melongo, ternyata Johnson bisa melawak juga. Walaupun dia tidak tertawa sih, kan selera humornya tinggi.

AZELLO [END]Where stories live. Discover now