PROLOG

8 1 0
                                    

Bagaimanapun akhir sebuah hubungan, pasti selalu ada akhir yang berkesan, entah itu kesan positif ataupun negatif. Sama seperti yang gue alami sekarang. Hai, gue Miaolie. Orang-orang biasa panggil gue "Lili" Gue gadis penyuka hujan dan angin. Awan, bintang, bulan, apa pun itu gue suka. Yang gue gak suka cuma satu, ketololan gue yang kalo udah cinta rela ngelakuin segalanya demi pasangan. Semoga ini emang ketololan terakhir gue dalam dunia percintaan.

Gue mahasiswa semester 3. Bukannya mikirin bisnis usia muda, Hari-hari gue malah disibukin buat mikirin “Gimana, ya, biar dia seneng?” “Gimana, ya, biar dia senyum dan bahagia terus?” Hadeh, please. Bukan tugas lo mikirin kebahagiaaan orang lain, sekalipun itu cowok lu sendiri. Love yourself, biar orang lain jadi love you. Jangan terlalu effort. Jangan terlalu nunjukin cinta. Nanti diinjek, hufftt.

Dua mantan gue akhir-akhir ini, Naryac dan Yovan memberikan kesan dan pelajaran hidup penting buat gue. Naryac yang mencintai dan menyayangi gue sepenuh hati dengan effort-nya yang ugal-ugalan parah. Semua waktu, bahkan seluruh hidupnya seolah tercipta cuma buat gue. Namun, dengan semua kebodohan dan keegoisan gue, gua patahkan hatinya. Gue hancurin semua harapannya. Gue biarin dia turunin harga dirinya demi pertahanin gue yang jelas-jelas udah gak ngerasa gak cocok sama dia. Bukan gak cocok, lebih tepatnya, gue udah nemu yang menurut gue lebih cocok daripada sama dia. Bego. Ya, anggap saja begitu. Bisa-bisanya gue memilih seseorang yang baru gue kenal beberapa hari daripada seseorang yang udah nemenin gue setiap hari.

Hubungan gue dan Naryac udah mendekati 7 bulan, namun kenangan yang terukir membuat hubungan kami seolah sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Indah. Banyak romansa di dalamnya karena itu waktunya menjadi tidak terasa. 7 bulan bersamanya seperti 7 hari. Terasa begitu cepat jika dihabiskan dengan cinta, canda, dan tawa.

Kalau ditanya apa yang bikin gue ngerasa lebih cocok dengan orang baru, jawabannya karena orang baru ini gak se-posesif  Naryac. Gue yang gak suka dikekang, gue yang gak suka diatur, bener-bener gak nyaman dengan sikap Naryac yang menurut gue mulai toxic. Tiap detik tiap menit, gue harus ngabarin dia. Hilang sebentar saja, gue dituduh yang ngga-ngga. Bales chat lama aja, besoknya whattshap gue diambil sama dia.

Gue ngerasa hubungan ini udah bener-bener toxic. Gak ada kepercayaan. Gak ada kebebasan. Gak ada private. Semuanya harus berdua. I’m sick of. My world is not just about you. Ya, gue bilang itu. Dan itu kata yang gue sesalin sampai sekarang. He’s my boyfriend. Setelah memutuskan untuk memilih dia, dunia gue bukan tentang gue doang, ada dia juga. Gue sadar itu, bahkan gue rela kasih semua waktu gue buat dia. I’m his. My whole world is his. Tapi kenapa gue harus bilang kalo dunia gue bukan tentang dia doang? Sick. Gue yang sakit di sini. Gue bilang gitu hanya agar dia menyerah pertahanin gue karena gue pengen cepet-cepet buka lembaran baru dengan orang baru.

Finally, setelah beberapa kali putus dan beberapa kali kembali, Naryac menyerah saat gue bilang gue gak bisa tinggalin Yovan. Ia mengakhiri hubungan kami. Gue seneng gak seneng. Gue seneng bisa memulai awal yang baru dengan orang baru. Tapi gue gak seneng karena pikiran gue dihantui perasaan takut, bagaimana jika bersama orang baru tidak sebahagia dengan orang lama?

Yap. Katakutan gue terjadi. Sadar tidak bisa berbuat apa-apa. Yang tersisa hanya penyesalan. Naryac tidak akan pernah kembali.

Andai logika gue jalan waktu itu, seharusnya gue sadar, wajar orang baru tidak posesif karena memang cintanya belum sebesar orang lama atau bahkan cintanya tidak ada sama sekali. Hmmm. Boleh kali, ya, gue anggep ini sebagai godaan hubungan. Andai gue tau kedatangan Yovan merupakan  godaan buat gue, gue gak akan pilih dia. Tapi ya udah, lah, ya, udah berlalu juga.

Yovan seseorang yang dingin. Dia cuek dan tidak suka mengekang. Dia bisa memberi gue ruang. Bisa dibilang dia tipe ideal gue. Spek anime, hehehe. Rambut indahnya. Kulit putihnya. Tinggi badannya. Suara lembutnya, bikin gue gak bisa berpaling darinya. Gue jatuh cinta. Bisa secepat itu, ya. Gue juga sebenarnya gak ngerti kenapa bisa gitu. Padahal, gue orang yang susah buat jatuh cinta. Bahkan, gue bisa dibilang gak punya hati. Tapi kenapa kehadiran Yovan seketika menghidupkan hati gue dan merebutnya dari Naryac?

Type. Se-toxic apa pun dia perlakuin lo, kalo dia tipe lo. Lo bakal tahan sama dia. Seburuk apa pun kelakuannya sama lo, kalo dia tipe lo, dia tetap sesempurna itu di mata lo. Ya, itu yang gue rasain.

Yovan, you’re so perfet. Youre my type. Apa pun gue lakuin buat lo. Gue utamain kebahagiaan lo daripada kebahagiaan gue sendiri. Gue treat lo like a king. Gue kasih semua buat lo. Gue habisin cinta gue di lo. Gue perjuangin lo habis-habisan. Bahkan, saat perjuangan gue gak dihargai dan gue ditinggal berkali-kali, gue tetep kejar cinta lo, walaupun akhirnya tetap sama, terbuang. Apa pun yang gue lakuin gak bakalan berarti di mata lo. Susah emang kalo awalnya emang bukan gue yang lo mau.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love PhaseWhere stories live. Discover now