Part 38;Hancur

29.1K 1.4K 496
                                    

Bagi yang nabung, gimana tabungannya? Aman?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagi yang nabung, gimana tabungannya? Aman?

Yang belum follow, alangkah baiknya untuk follow akun wattpad ini Rcha_01

Sebelum baca, wajib vote terlebih dahulu dan jangan lupa pake bismillah.


•••

"Oh iya, cupcake di kulkas milik siapa? Setiap Mommy buka kulkas, cupcake itu ada di sana, semenjak dari sekitar satu bulan yang lalu perasaan tuh kue udah ada di sana. Milikmu, Jarvis?"

Menolehkan wajah, Jarvis beradu pandang dengan sang Istri yang juga berpusat padanya. Ia memberikan gelengan sebagai tanggapan. "Bukan. Buat apa aku menyimpan cupcake? Kekanak-kanakan sekali. Aku juga melihatnya setiap mengambil minuman dingin. Sudah lama kue itu di sana, bentuknya udah kelihatan gak bagus dan kotor, sepertinya sudah kadaluwarsa."

"Lalu itu punya siapa? Punyamu, Atla?"

Tangan Atlantik yang hendak menyuapkan sehelai roti ke dalam mulutnya terjeda. "If yes, why? Jangan pernah sekali-kali menyentuh kue itu."
Nada suaranya terdengar dingin, senada dengan auranya.

Tak ada lagi jiwa-jiwa monster, tidak ada lagi kehidupan di matanya, yang ada hanyalah seumpama raga tanpa jiwa. Tatapan yang selalu memancarkan ketajaman, kini hanya ada kehampaan. Hatinya kosong, seolah-olah ia tidak punya lagi tujuan untuk hidup.

Tapi, terlepas dari itu, ia tidak pernah mengeluh dan menyuarakan kekalutan batinnya. Atlantik dituntut keadaan untuk tetap terlihat baik-baik saja agar orang-orang di sekitarnya tidak risau.

"Ah, tidak kenapa. Hanya saja, sepertinya pemberinya begitu spesial, sampai kau menyimpannya dalam jangka waktu lama. Padahal, kelihatan tidak bisa di makan lagi."

Acuh tak acuh pada perkataan Belinda, Kaki kursi yang bergeser dengan ubin lantai menimbulkan bunyi decitan. Atlantik bangkit dari duduknya, menyudahi sarapan paginya walau rotinya masih belum sepenuhnya habis. Seperti biasa, tidak ada nafsu makan, hambar rasanya.

"Atla? Kau sudah selesai sarapan?"
"Hm. Atla mau pergi ke kantor." Atlantik memperbaiki dasinya agar lebih rapi dari yang awal.

"Santai saja, tidak perlu terburu-buru. Habiskan lah sarapanmu lebih dulu," ujar Jarvis mendapat gelengan tolak dari Atlantik. "Enggak, Atla lanjut sarapan di kantin perusahaan saja."

Jarvis menghela napas ringan. "Baiklah, Harry sudah siaga di depan."

Desahan kesal lolos dari mulut Atlantik. Sejujurnya, ia cukup tertekan diawasi setiap saat, karena ia tak bisa beraktivitas dengan nyaman dan leluasa. Semenjak dari suatu kejadian, Daddy nya semakin protektif. Atlantik bingung, Pria paru baya itu tak pernah membiarkan Atlantik seorang diri. Padahal dulu, tidak seperti ini.

PANGERAN ATLANTIK (Segera Terbit)Where stories live. Discover now