Chapter 10.

36.6K 3.1K 26
                                    

"Apakah aku juga akan punya elemen?" tanya Alera pelan.

Setelah mendengarkan penjelasan dari sang suami, Alera jadi mengerti jika dunia ini benar bukan masa lalu. Tetapi sebuah dunia paralel yang sangat aneh karena dipenuhi dengan sihir-sihir aneh.

Secara ringkasnya. Setiap orang di dunia ini akan mempunyai elemen jika aliran mana di dalam tubuh mereka berjalan lancar. Jika mana mereka lancar, maka mereka akan memiliki elemen. Di sini, elemen terbagi menjadi dua, yaitu elemen utama dan elemen sampingan.

Elemen utama adalah elemen yang memang berasal dari orang itu sendiri, sedangkan elemen sampingan adalah elemen yang dihasilkan dari gabungan elemen utama. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki elemen tanah dan air sebagai elemen utama, maka elemen sampingan mereka adalah lumpur karena tanah di campur air bisa menghasilkan lumpur.

"Kamu pasti akan memiliki elemen," ujar Lendra yakin.

Alera memandang sang suami yang ada di seberangnya. "Em, semoga saja." Angguknya. "Apa kau punya elemen, Mas?"

Orang yang ditanya tak langsung menjawab. Ia terlihat memandang jauh ke arah jendela rumah yang sedang terbuka. "Ya, aku punya elemen," ucapnya.

"Benarkah?" Suara Alera terdengar begitu antusias membuat Lendra kembali mengalihkan atensinya ke arah sang istri. Ia tersenyum kecil saat melihat mata berbinar sang istri yang sedang memandang ke ayahnya.

"Mau aku tunjukkan?" tawar Lendra.

"Mau, Mau!" seru Alera.

"Baiklah." Pria itu mulai menggerakkan tangannya sedangkan Alera dengan sangat fokus memperhatikan. Perlahan cahaya berwarna abu muda muncul di tangan Lendra. Bersamaan dengan itu, alat-alat yang ada di sekitar mereka turut terangkat membuat Alera berdecak takjub.

Beberapa saat kemudian, semua barang yang mengambang kembali ke posisi semula meninggalkan Lendra yang tersenyum puas sedangkan Alera bertepuk tangan heboh. "Wah, luar biasa! Apa itu elemen angin?"

"Benar." Angguk Lendra. Selanjutnya, pria itu tampak sedang berpikir keras.

"Apa yang kamu pikirkan, Mas?" tanya Alera.

"Hm, sejujurnya aku sedikit bingung. Kenapa kamu seperti orang yang baru saja mengetahui dan melihat elemen? Padahal sedari kecil, hal tersebut sudah di ajarkan baik oleh orang tua, maupun guru akademi," lanjutnya.

Mendengar ucapan seperti itu dari sang suami, tentu saja Alera menjadi gugup. Ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal, mencoba untuk memikirkan alasan yang pas. "Em, aku..."

"Aku?" ucap Lendra menunggu lanjutan dari sang istri.

"Aku lupa, iya lupa. Kita 'kan sudah menikah sangat lama dan aku juga sudah melupakan pelajaran masa kecil itu," jelas Alera cepat.

Lendra menatap curiga namun tak ayal ia tetap mengangguk. "Begitu."

"Aneh..."

~o0o~

Alera sedang menumbuk tanaman-tanaman yang akan di ubah menjadi sabun cair. Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian tempo hari. Berkat pembicaraan mengenai elemen, Alera jadi memikirkan hal tersebut terus menerus.

Sebagai seorang manusia yang hidup di zaman modern tentu saja sihir adalah hal yang menakjubkan, itu sebabnya Alera benar-benar ingin memiliki sihir.

"Ibu!" Alera tersentak kaget karena panggilan dari anaknya. Sekali lagi, ia melamun karena sihir.

Alera menoleh dan menunduk untuk menatap anaknya yang hanya memiliki tinggi hingga pinggangnya saja. "Ada apa, Enzi?"

"Enzi mau mandi, Bu. Mau coba sabun buatan ibu lagi," ucapnya seraya tersenyum menunjukkan giginya.

Alera tersenyum gemas. Ia menatap langit melalui jendela. Cahaya keemasan tampak menyembul dari kaca pertanda hari sudah sore. "Baiklah, mari kita mandi." Setelah mengucapkan itu, ia menggendong sang anak mengajaknya ke belakang rumah.

Beruntungnya di belakang rumah mereka ada sebuah lubang yang memiliki mata air sehingga membentuk kolam kecil berukuran dua kali dua meter. Bagian pinggir mata air tersebut sudah Lendra pasang papan-papan sehingga memudahkan untuk mandi. Mereka hanya memerlukan gayung dari batok kelapa untuk mengguyur air.

Tiba di mata air, Alera melucuti semua pakaian Enzi, selanjutnya ia langsung menyiramkan tubuh anaknya menggunakan air. "Angkat tangannya."

Enzi menuruti ucapan sang ibu, ia mengangkat tangannya membuat Alera dengan leluasa mengoleskan sabun cair buatannya. "Ibu, sabunnya sangat harum," puji Enzi.

Alera hanya tersenyum, pujian itu sudah sering terlontar dari bibir sang anak. Tak dapat dipungkiri, sabun buatannya memang sangat harum dan ia sendiri pun tak tahu kenapa bisa begitu. Minusnya, sabun buatannya ini tidak menghasilkan busa seperti sabun di zaman modern.

Setelah selesai menyabuni sang anak, Alera kembali mengguyur tubuh itu dengan air. "Gosok gigi dulu," ucapnya seraya menyodorkan sebuah ranting yang berasal dari pohon bernama Persica Savadora atau biasa disebut sebagai siwak.

Di zaman ini, orang sudah ramai menggunakan siwak sebagai menggosok gigi karena memang, Alera sendiri mengakui siwak memiliki khasiat yang hampir sama dengan sikat gigi di zaman modern.

TBC.

Farmer's Wife (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang