☃️ Misi Ke-37 : Barudak Sialan

8.9K 673 38
                                    

Bismillah dulu, doain ujian gw lancar ya, Ayyy!!🥰

☃️

"AKH, BARUDAK SIALAN!" Umpat gadis itu ketika anak panah yang dilepas berhasil mengenai tangannya. Tidak menusuk tapi menggores tangan kanannya.

Dia terus berlari sambil sesekali menengok ke belakangnya yang di mana hampir 8 orang mengejarnya.

"JANGAN BIARKAN DIA LEPAS!" Teriak pemimpin dari para prajurit itu membuat Selena semakin mempercepat larinya. Dia tidak boleh ditangkap.

"SIALAN! SIALAN! SIALAN!" Teriaknya merutuki kecerobohannya yang memilih berjalan-jalan di siang hari dan melupakan bahwa dirinya diincar oleh pangeran Seth. Belum lagi tenaganya sedang habis.

Umpatannya tidak berhenti di situ, sebab sekarang dirinya tersudut, tidak ada lagi jalan untuk terus berlari. Ayolah, kesialan apalagi ini?! Batinnya frustasi.

Dia tidak bisa mundur lagi karena di belakangnya hanya ada batu yang bertumpuk sedangkan di depannya sekarang ada para pria biadap ini. "Jangan mendekat!" Peringat Selena semakin terpojok di posisinya.

Salah seorang prajurit di sana menatap Selena menyeringai dan itu sukses membuat Selena merasa semakin waspada.

"Nona, mengapa anda sangat sulit dihentikan? Kami hanya ingin mengajak anda bertemu dengan pangeran Seth," bujuk prajurit yang memimpin pada Selena yang terus menjauhi mereka. Dia hanya melakukan tugas.

Mendengarnya membuat Selena menggeleng keras sarat akan sebuah tolakan, dia tak akan menerima untuk bertemu pangeran Selatan yang terkenal akan sikap arogannya dan angkuh dari pria itu.

"Aku tidak akan ikut kalian! Kalian para biadap hanya menjadikan perempuan sebagai penghangat ranjang kalian!" Sentaknya marah, matanya memerah, netranya memperlihatkan betapa bencinya dia para orang-orang di depannya ini. Selena bersumpah, dia lebih baik mati dari pada bertemu dengan Seth.

Selena benci dengan kelakuan mereka, Selena benci ketika hati nurani mereka menghilang dan Selena benci dengan hal-hal bejat yang sudah dilakukan mereka semua. Semua kelakuan mereka menjijikan dan membuat Selena ingin membunuh mereka satu-persatu.

Perempuan mereka injak seenaknya, seolah mereka hadir tanpa sosok ibu yang melahirkan dan seolah mereka bisa hidup tanpa perempuan.

Air matanya luruh ketika mengingat para perempuan yang ingin dia selamatkan memohon untuknya membunuh mereka saja karena mereka merasa tidak suci lagi dan buruk sebagai seorang perempuan.

Hati Selena hancur setiap mengingat bagaimana seorang wanita lebih memilih membunuh dirinya sendiri dari pada Selena selamatkan.

"Jika Nona tidak bersedia ikut kami, kami akan membawa anda secara paksa," ancam pria itu tapi tetap dijawab gelengan oleh perempuan bercadar yang sudah tersudut tersebut. Selena tak akan ikut dengan mereka semua.

"Baiklah jika itu mau Nona, tangkap," titahnya pada anggota mereka.

"Jangan mendekat," lirih Selena menunduk, dia mencoba untuk memikirkan cara agar bisa lepas dari mereka, dia harap Tuhan membantunya kali ini.

"Nismara, apa kau bisa—"

Pertanyaan yang ingin Selena lontarkan terpotong oleh ucapan belati tersayang itu, "Tidak bisa, Selena. Tenagamu tidak bisa untuk mengubahku." Potong Nismara.

"Asstt, shit." Gadis itu dibuat meringis ketika merasakan sakit pada lengannya. Dia menggenggam tangannya yang terluka. Matanya terpejam dengan erat guna mengurangi rasa sakit yang terasa.

Carve Out A PastWhere stories live. Discover now