☃️ Misi Ke-39 : Banyakin

8.9K 562 13
                                    

Janlup vote sma komen

☃️

"Apa kalian melihat Panglima?" Tanya Daffin di tengah kesibukan makannya.

Mereka menggeleng karena tidak melihat Shaka sejak kemarin. "Kemarin menjelang sore, panglima datang bersama perempuan ke tempat ini," sahut salah satu kesatria.

Aaron menyernyit bingung, entah perempuan mana yang berani Shaka bawa di saat dia dan Selena terpisah.

Kesatria yang duduk berhadapan dengan Aaron dan Daffin tiba-tiba berdiri. "Salam hormat, panglima," sapa mereka pada Shaka yang berjalan mendekat.

Mendengar sapaan para kesatria, kedua pria beda umur itu berbalik.

Kedua netra mereka terbelalak kaget, melihat penampakan paling mengejutkan di pagi hari.

"Selena?" Gumam Daffin mengucak matanya berulang kali.

Walau Selena sekarang menutup wajahnya dengan cadar, gadis itu tetap mampu untuk di kenali Daffin maupun Aaron.

"Kalian tidak merindukanku?" Pertanyaan pertama keluar dari mulut Selena, dia tersenyum di balik cadarnya.

"Saya tidak berani, Nona," jawab Aaron seadanya. Bagaimana berani coba? Sedangkan setelah kalimat Pertanyaan itu meluncur dari mulut Selena, Shaka langsung melilitkan tangannya pada pinggang Selena secara posesif.

Daffin terkekeh kikuk, dia menggaruk tengkuknya. Ingatannya membawanya kembali pada kejadian tidak mengenakan tadi malam.

Untuk meyakinkan dirinya, dia lantas berceletuk, "Aku harap keponakanku segera hadir."

Wajah Selena langsung memerah, dia menatap kaget plus horor pada Daffin.

Itu cukup untuk membuktikan pikirannya, dia kembali mengusap tengkuknya secara canggung. "Tidak tahu tempat kau, kak!" Serunya pada Shaka.

"Itu hakku, aku panglimanya di sini," pongah Shaka membuat Daffin berdecih kesal, dasar kakaknya!

"Gila kalian!" Sentak Selena, dia berjalan dengan sedikit sulit menuju tempat para kesatria, dia tahu Luna ikut perang dari Shaka.

Shaka duduk di samping Daffin, tapi adiknya itu sepertinya ingin menertawakannya. "Ada apa?!" Sentak Shaka dengan suara berbisik.

Tentu saja Daffin segera menjawab dengan ikut berbisik, "Gempur terus kak, buat yang banyak."

Seluruh wajah bahkan sampai leher Shaka memerah, adiknya ini gila. Tangannya melayang pada kepala adiknya.

Dia menatap tajam Daffin lalu berujar, "belajar pedang yang benar, otakmu itu terlalu kotor."

Merasakan sakit karena kepalanya di geplak Shaka membuat Daffin mengelus kepalanya dan ikut menatap tajam kakaknya.

"Salahmu! Kau melakukannya di tempat seperti ini, dasar tidak tahu tempat!" Ketus Daffin.

"Kau—"

Geraman Shaka harus terhenti begitu Aaron turun tangan dan memisahkan kedua putra Kaisar di hadapannya.

"Cukup! Fokus saja untuk menyelesaikan perang, lalu kita akan kembali ke istana," tengahnya.

Daffin dan Shaka diam, mereka seolah di marahi seorang kakak.

Camilo tidak ikut dengan mereka hari ini, karena harus menyelesaikan tugasnya. Dan juga sebentar lagi dia akan naik tahta menggantikan Kaisar sebelumnya.

Sebenarnya Camilo menolak, tapi Kaisar memaksa dengan dalih, "Aku ingin menikmati hidupku, biarkan lah ayahmu ini hidup dengan tenang, Camilo."

Dan pada akhirnya Camilo bersedia. Kebahagiannya juga bertambah ketika kabar tentang istrinya tengah mengandung telah sampai ke telinganya.

Dia akan menjadi Kaisar sekaligus seorang ayah.

Di dalam tenda, Selena menatap Luna yang begitu telaten membantu seorang perempuan yang di kenal olehnya.

"Ashel," panggilnya, mengalihkan atensi kedua perempuan itu.

Seketika terlihat mata Ashel berkaca-kaca, dia memaksakan diri untuk duduk.

Tanpa berlama-lama lagi Selena mendekati perempuan itu, dia memeluk Ashel erat.

Bulir air mata perempuan yang menganggap Selena adik itu terjatuh, dia menangis, merindukan sosok Selena.

"Kemana saja kau? Aku mencarimu sejak sampai di sini!" Isaknya menatap cemberut Selena.

Kekehan kecil terdengar, ibu jarinya menghapus air mata Ashel. "Kau tahu aku bagaimana, kenapa begitu khawatir?"

"Kau tetaplah seorang perempuan!"

Benar yang di ucapkan Ashel, jika kemarin Shaka tidak menolongnya, mungkin sekarang nasib buruk mengiringi hari-harinya.

"Buktinya aku baik-baik saja, apa yang kau khawatirkan, hm? Sudahlah, fokus pada pengobatanmu sekarang," nasihatnya.

"Maaf, Nona. Apa anda sudah makan?" Tanya Luna yang sejak tadi melihat interaksi antara Selena dan Ashel.

Selena menggeleng dengan cengiran di wajahnya.

"Izinkan saya mengambilkan makanan dulu."

Anggukan kepala Selena berikan untuk menjawab Luna, dia tidak lupa berpesan, "Kau juga harus makan."

"Kalian saling kenal?" Bingung Ashel, apalagi melihat Luna seperti segan terhadap Selena.

Namun, Selena hanya menanggapinya dengan tersenyum. "Rebahan lagi saja," suruhnya membantu Ashel agar tiduran.

"Kau tau? Panglima dan pelayan pribadinya sangat baik, Selena. Mereka menghargai setiap nyawa, mereka menghargai perempuan juga," ceritanya pada Selena, dia bahkan memuji suaminya dan Aaron.

"Kesatria Aaron beberapa kali juga melatihku berpedang!" Ashel berseru senang, ceritanya mengalir begitu deras dan seolah tidak ada batas dan Selena dengan senang hati mendengarkan.

Ide bagus juga sudah tercipta di pikirannya, dia berniat membuat kedua orang yang tidak lain adalah Ashel dan Aaron agar berjodoh.

Dari cerita Ashel, dia bisa menyimpulkan jika Aaron menaruh perhatian lebih terhadap perempuan itu.

"Tidurlah, kau harus istirahat," kilah Selena setelah Ashel berhenti bercerita, dia mengusap kepala perempuan yang lebih tua darinya itu.

Cukup lama menunggu, akhirnya makanannya datang. Tapi, bukannya Luna yang membawanya melainkan suaminya, Shaka.

Laki-laki itu duduk di sampingnya. "Lapar?" Tanyanya diangguki Selena dengan cepat.

Dengan gemas Shaka mengacak rambut istrinya, dan itu sukses membuat Selena menatapnya tajam. "Ngeselin!"

Shaka terkekeh, dia lantas merapikan rambut istrinya.

Beberapa kesatria yang sedang ada di sana hanya bisa menganga cengo melihat pemandangan langka di depan mereka.

Bahkan Aaron, Daffin dan Luna harus mengerjap beberapa kali untuk meyakinkan diri. "Apakah itu benar Panglima?" Cengo Luna tidak percaya.

"Sepertinya tubuhnya dimasuki setan," timpal Daffin mencari alasan logis.

"Hanya Nona Selena yang mampu membuat Tuan seperti itu," balas Aaron.

Selama dua bulan kehilangan, Shaka seperti orang tidak punya hati, dan sekarang? Shaka bahkan terlihat mengerikan dengan tawa indahnya.

Kedua pasutri itu terlihat tertawa bahagia dan mengobrol dengan santai.

Masih pagi loh ini.....

☃️

Ahahahahhahahah, gak tau mau ngomong apa, udh mau 40 bab aja😁 maunya sampai kapan ya tamat? Bulan mei? Juni? Atau april?

Gw mah abis namatin ini mau bikin story baru sama ngerjain story Bumantara, kalian mampir" lah sekali🤣 kalau mau request cerita transmigrasi, dm aja, mungkin bisa lah (MUNGKIN🙈) jadi gw bakal bikin cerita life school bersamaan transmigrasi gitu🤣🤣

.......

Gimana? Capek g?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 7 hours ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Carve Out A PastWhere stories live. Discover now