05. Si Nilai Sempurna

7.1K 629 56
                                    

Suasana pada pagi hari ini terasa sedikit berbeda. Walaupun langit biru tampak cantik nan sangat memanjakan mata. Tetapi, kini tak hanya Gita, Jinan pun terkejut sesaat setelah netranya menangkap pemandangan baru—Kathrina yang sedang menyantap sarapannya di meja makan.

Jinan masih saja terdiam, menatap Kathrina lekat. Sedangkan Gita, gadis itu mulai menyantap sarapannya tanpa berani menoleh apalagi menatap Kathrina. Aura gadis itu sangat gelap baginya. Ia amat sangat enggan untuk mengangkat wajahnya.

"Kenapa?" ucapnya tanpa menoleh kepada dua orang di hadapannya.

"Kesambet apa kamu, Kath?" Jinan masih memberikan tatapan tidak percaya kepada Kathrina. Yang ditanya tidak menjawab melainkan mulai meminum susu yang telah dibuatkan sebelumnya.

Sama seperti Jinan, sebenarnya Gita juga bingung. Namun, gadis itu tidak berani membuka mulutnya untuk berbicara. Baru melirik Kathrina saja, kini tatapan keduanya langsung bertemu. Membuat Gita kembali menundukkan kepalanya dan melanjutkan sarapannya.

"Lo berangkat sama gue."

Jinan tersedak, gadis itu terbatuk beberapa kali. "Tumben mau berangkat bareng Kakak?" tanya Jinan, alisnya tertaut heran. Ia terkekeh pelan membuat Kathrina menghentikan kegiatannya dan melirik Jinan sebentar.

Kathrina mengerutkan dahi, kemudian sedikit memicingkan matanya. "Gue ngomong ke Gita." Gadis muda itu kembali menatap Gita. Tatapan matanya tak kunjung berubah, menatap Gita lekat dengan wajah datar seolah ingin menerkamnya.

Kini Gita pun ikut tersedak persis seperti Jinan sebelumnya. Melihat hal tersebut, Kathrina langsung bangkit dari duduknya, menghampiri Gita dan memberikannya air putih miliknya. "Pelan-pelan."

Jinan menjatuhkan rahangnya saat melihat perlakuan Kathrina kepada Gita. Pasalnya, Kathrina tidak pernah melakukan hal tersebut kepadanya. Gita pun tak kalah terkejut saat melihat Kathrina yang kini sudah berada di sebelahnya, memberikan segelas air putih.

"K-Kath? Aku gapapa. Itu gelasku ... masih penuh." Gita menunjuk gelas miliknya yang tepat berada di depannya. "K-kamu lanjutin sarapan kamu dulu aja, Kath."

Gadis jangkung itu berdecak pelan. "Gak mood." Ia meletakkan gelas yang ia genggam di atas meja. "Ayo berangkat sekarang. Gue tunggu di mobil," perintahnya kemudian melenggang pergi meninggalkan Gita dan Jinan yang tak dapat berkata-kata. Keduanya masih terdiam melihat tingkah aneh Kathrina pagi ini.

Beberapa saat kemudian, Gita berjalan keluar dari rumah bersama dengan Jinan. Sepertinya Gita lupa akan apa yang telah Kathrina katakan sebelumnya. Baru saja Gita masuk ke dalam mobil kakak tirinya itu, tiba-tiba pintunya dibuka oleh Kathrina dan ia menariknya keluar dengan paksa.

"Kamu apa-apaan sih, Kath?"

"Gue mau berangkat bareng Gita. Kak Jinan berangkat sendiri sana. Lagipula, gue satu sekolah sama Gita."

Belum sempat Jinan menjawab, Kathrina kembali menarik Gita secara paksa menuju mobil miliknya, membukakan pintu belakang mobilnya, dan menyuruhnya untuk masuk. Mau tidak mau, Gita masuk ke dalam mobil dan membiarkan Kathrina menutup pintu mobil tersebut untuknya.

Sebelum benar-benar berangkat, Kathrina kembali menghampiri Jinan, sedikit menundukkan tubuhnya agar dapat menyetarakan wajahnya dengan Jinan yang sudah berada di dalam mobil. "Mulai hari ini, Gita berangkat sama gue."

"Apaan sih? Aneh banget." Jinan nenatap punggung Kathrina yang perlahan menjauh. Entah apa yang sebenarnya terjadi, namun Kathrina hari ini terlihat sangat aneh.

"Anaknya Hendra Adhyaksa gak jelas banget."



Pagi ini, SMA Puncak Prestasi sedang dihebohkan dengan berita yang kurang menyenangkan. Terdengar banyak desas-desus bahwa terjadi perundungan di lingkungan sekolah. Namun, hal itu belum terbukti karena para siswa dan siswi hanya mengetahui berita tersebut dari mulut ke mulut.

Obsessed (GitKath) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang