12. Shhh!

10.5K 616 31
                                    

Dentuman lagu yang sering kali membuat telinga berdengung ditambah dengan cahaya ruangan yang minim, membuat Hazel kini kehabisan energinya. Hazel melirik kilas Clara dan Fadel yang tak henti-hentinya meneguk minuman beralkohol yang telah Kathrina sediakan, sedangkan Kathrina masih saja terus berusaha mengecup ceruk leher Gita, menghirup aroma manis dari gadis yang sudah tampak jengah itu.

Hazel menggelengkan kepalanya melihat kelakuan semua sepupunya. Gadis itu menghela napas sebelum akhirnya ia memilih untuk keluar dari ruangan tersebut menuju ke arah balkon dimana tak begitu banyak orang berlalu-lalang.

Iya, rooftop tempat dimana Kathrina, Clara, Hazel, dan Fadel tempati merupakan sebuah bar kecil yang memang selalu penuh setiap malamnya. Memang tidak terlalu besar, namun itu adalah tempat dimana Kathrina dan anggota The Pillars lainnya biasa menghabiskan uang mereka.

Biasanya, Hazel akan meneguk banyak minuman beralkohol karena Kathrina telah membayar semuanya. Tetapi malam ini, rasanya ia sedang tidak berselera untuk ikut menghabiskan minuman-minuman tersebut.

Jika kalian pikir mereka sudah dalam umur legal, belum. Hal ini dapat mereka rasakan karena privilage dari para orang tua yang kerap kali tidak memperhatikan kemana uang mereka mengalir.

Selama anak-anak mereka bahagia, mereka akan membiarkan mereka melakukan semua hal yang mereka inginkan. Setidaknya itu yang dapat para orang tua lakukan, bukan?

Bekerja tak ingat waktu agar anak mereka dapat bahagia karena uang yang mereka hasilkan. Terus menerus bekerja sampai mereka tidak perlu mengkhawatirkan harga yang tertera pada suatu barang.

Semua telah Hazel miliki. Orangtua yang sangat menyayanginya dan rela memberikan segala hal, adik yang sangat ia sayangi walaupun kerap kali membuat masalah, kehidupan mewah, pendidikan bagus, ia dapat menggapai semua cita-citanya dengan mudah.

Satu hal yang sangat sulit baginya. Cinta.

Ditatapnya gedung-gedung tinggi yang lampunya telah dimatikan, hanya menyisakan beberapa lampu saja. Sudah dipastikan, orang-orang tersebut akan terjaga sepanjang malam. Entah karena tuntutan pekerjaan, maupun karena hal lainnya. Pemandangan malam itu sangat cantik karena taburan bintang yang bertebaran pada luasnya langit gelap itu.

Berdiri pada tepi gedung sembari menopang tangannya pada sandaran pembatas, gadis itu membuka ponselnya. Kosong. Tidak ada notifikasi apapun dari siapapun. Gadis itu meregangkan tubuhnya perlahan kemudian membuka roomchat seseorang.

Tanpa sadar, senyumnya kembali mengembang menatap isi obrolan tersebut. Terdapat pesan manis disana yang dikirimkan oleh Misya. Baru saja ingin membalas pesan tersebut, tiba-tiba bahunya ditepuk pelan oleh seseorang.

"Hazel? Oh, bener? Kamu ngapain disini?"

Hazel sedikit terkejut melihat gadis di hadapannya. "Rachel? W-what? I mean, kamu ... ngapain di tempat ini?"

Rachel terkekeh pelan. "Aku nanya duluan loh? Jawab pertanyaanku dulu dong."

Hazel tersenyum simpul, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Mengurungkan niatnya untuk membalas pesan dari Misya. "Nemenin mereka, tuh." Hazel menunjuk dengan dagu ke arah meja dimana sepupunya berada.

"Kamu sendiri, ngapain? Kamu sendirian disini?"

Rachel menggeleng pelan. "Ngga. Aku diajak temenku. Hari ini dia jadi salah satu panitia untuk acara malam ini. Tadinya aku kesepian, eh tiba-tiba ketemu kamu. Kebetulan banget gak sih?"

"Iya sih." Hazel mengangguk paham, gadis itu tersenyum manis usai mendengar penjelasan dari Rachel. "Terus, rencananya abis ini kamu mau ngapain?"

Rachel menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya. "Belum tau sih ... but, if you don't mind, aku maunya ditemenin sama kamu." Gadis itu berpindah, berdiri tepat di samping Hazel. "Gak enak tau dateng ke tempat kaya gini kalo gak ada temen. Kamu mau temenin aku dance di dancefloor, gak?"

Obsessed (GitKath) [Hiatus]Where stories live. Discover now