01

9 1 0
                                    

Seorang gadis cantik sedang berkemas dikamar nya dia dengan telaten memasukan barang barang yang sangat penting untuk ia bawa ke dalam koper,pintu terbuka memperlihat kan seorang wanita paruh baya membuat gadis itu tersenyum lalu mendekati ibu nya mata nya berkaca kaca kemudian dia memeluk ibu nya dan menangis terisak dipelukan ibunya.

"Jangan nangis sayang" ucap Nadin pada sang anak.

"Ibu aku akan rindu ibu" Aaya gadis yang kini tengah menangis dipelukan sang ibu.

"Ibu juga akan rindu kamu,udah ya jangan nangis lagi" Nadin menghapus air mata Aaya dengan tatapan lembut.

Aaya pun segera tersenyum menatap Nadin,dia akan sangat merindukan ibu nya.

"Keperluan kamu udah siap semuanya? kalo belum semua ibu bantu nyiapian juga" tawar Nadin yang dibalas gelengan Aaya.

"Udah siap semua ibu,ibu ga perlu bantuin aku ibu duduk aja" ucap Aaya dengan senyum manis.

"Besok kamu berangkat ke kota orang,ibu cuman mau ngingetin kamu disana jaga kesehatan,jangan makan sembarangan dan juga jangan sampe kamu telat makan ya soalnya kamu punya maag,ibu gamau kamu sakit"

"Karena disana kamu sendirian,ga ada yang ngurus kamu kalo lagi sakit,ibu sebernarnya khwatir kamu tinggal dikota orang tapi ibu juga ga bisa maksa kamu karena kesempatan ga datang dua kali", ucap Nadin panjang lebar.

"Iya ibu tenang aja,aku bakal jaga kesehatan dan ga bikin ibu khawatir disini,ibu juga ga perlu risau aku akan selalu ngabarin ibu,ya meskipun aku juga sebenarnya ga mau,tapi sekolah itu sekolahan paling terkenal di ibu kota,dan setelah aku lulus aku bakal cari kerja dengan gaji yang lumayan dan bawa ibu ke sana tinggal bersamaku", balas Aaya meyakinkan ibu nya.

"Yaudah,yu makan ibu udah siapin makanan kesukaan kamu", ajak Nadin dengan lalu diangguki Aaya.

Setelah sampai di dapur,Aaya menganga melihat makanan yang tersaji banyak di meja makan.

"Ibu ini semua?" tanya Aaya tak percaya.

"Iya sayang,besokan kamu udah berangkat", kekeh Nadin pada Aaya.

"Yaampun ibu maaf Aaya ga bantu ibu masak", dengan nada pelan Aaya menyahut.

"Gapapa sayang,yaudah yu makan jangan lupa baca doa dulu", ucap Nadin saat melihat tingkah Aaya yang akan menyomot makanan nya.

"Hehe lupa"

"Kebiasaan", Nadin geleng kepala.

Setelah selesai membaca doa mereka pun menyantap makanan.

Keesokan harinya Aaya sudah siap dengan pakaian rapi,dan juga koper yang berada di tangan nya,dia akan dijemput oleh supir pribadi sekolah untuk murid beasiswa seperti dia,ya dia mendapatkan beasiswa disekolahan terkenal juga sekolah elit.

Aaya dan ibu nya menunggu supir jemputan sekolah,selang beberapa menit terdengar suara klakson mobil diluar,keduanya berjalan ke arah luar yang dimana sudah ada mobil jemputan.

"Ibu jaga kesehatan ibu ya,aku pamit" Aaya mencium punggung tangan sang ibu,mata nya berkaca kaca karena tak kuasa menahan sesak saat harus berpisah dengan sang ibu.

"Hey udah jangann nangis,masa putri cantik ibu nangis sih nanto cantik nya berkurang loh" , canda Nadin membuat Aaya yang mendengar nya segera menghapus air mata yang hendak keluar.

"Iya ibu akan jaga kesehatan,kamu juga disana jangan lupa selalu kabari ibu ya", Nadin memeluk putri satu satunya,jujur saja Nadin tidak rela berpisah dengan putri nya, ibu mana yang rela berpisah dengan anak nya.

"Yaudah gih berangkat,hati hati ya ibu doakan agar kamu selalu dilindungi dan dijaga oleh tuhan,doa ibu selalu menyertai mu", akhirnya air mata yang sedari dia tahan terjatuh membuat Aaya yang melihat nya segera menghapus lembut pipi Nadin.

"Aku pamit", lalu supir itu pun membantu Aaya memasukan koper ke bagasi mobil.

Aaya masuk kedalam mobil,kaca mobil nya ia turunkan untuk melihat sang ibu yang kini tengah tersenyum melambai ke arah nya.

"Hati hati sayang", ucap Nadin dengan keras saat mobil itu melaju meninggalkan rumah nya.

"Ibu akan selalu merindukanmu", ucap Nadin pelan.




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PRINCE SCHOOLWhere stories live. Discover now