34. Keinginan Untuk Pergi.

14 11 0
                                    

Di perjalanan setelah kejadian yang menegangkan tadi, mereka berempat hanya bisa berdiam diri.

Tapi pada keheningan dalam mobil, Johannes memberhentikan mobilnya dan mengeluarkan suaranya yang membuat mereka semua bingung harus apa.

"Tunggu. Ini ada di mana?"

Mendengar pertanyaan Johannes yang dibarengi oleh berhentinya mobil, Esmerald, Luigi, Nerissa ikut terdiam.

"Aku tahu kita sedang dalam keadaan yang tegang, maka dari itu kamu membuat kita untuk tidak memikirkan hal tadi bukan?" balas Esmerald yang menganggap bahwa Johannes hanya bercanda.

"Tidak. Kali ini aku tidak bercanda bahkan berbohong pada kalian." jawab Johannes yang masih menengok ke kanan dan ke kiri, mencari tahu dimana mereka berada sekarang.

"Maksudnya?" tanya Nerissa yang seperti meminta penjelasan lebih dari  Johannes.

"Setelah melakukan perjalanan yang panjang tadi, aku merasa bahwa aku tahu akan ke mana kita pergi. Tapi tiba-tiba saja aku bingung dengan jalan yang tidak biasa ini." jelas Johannes yang masih bingung di mana mereka berada.

"Apakah semua ini serius?" tanya Luigi yang kebingungan dengan situasi saat ini.

Johannes hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil menengokkan kepalanya ke luar jendela kaca mobil untuk mengingat tempat atau jalan yang mereka diami sekarang ini.

Setelah diam beberapa detik, Esmerald tiba-tiba mempunyai suatu ide dan berkata.

"Akan ku coba untuk mencari jalan keluar ke kota lain melalui peta di aplikasi handphoneku."

Dia berkata sambil mengambil handphone yang ada di tasnya.

Langsung saja dia membuka handphonenya dan mencari aplikasinya untuk mencari jalur yang harus mereka lalui.

-TIDAK ADA SINYAL-

"Kenapa tidak ada sinyal? Apa sinyal di kota ini terputus atau diputus?" tanya Esmerald dengan rasa kekecewaan yang sangat berat.

"Coba kamu mematikan lalu menyalakan lagi handphonemu. Siapa tahu setelah mematikan dan menyalakan ulang handphonemu, akan ada sinyal." suruh Johannes.

Esmerald menganggukkan kepalanya dan langsung melakukan hal yang disuruh oleh Johannes.

Setelah melakukan hal yang telah disuruh Johannes, dan sudah membuka ulang aplikasi tersebut, tetap saja hasilnya nihil. Aplikasi tersebut lagi dan lagi menampilkan tulisan yang bertuliskan 'tidak ada sinyal'.

"Bagaimana?" tanya Johannes yang melihat Esmerald sudah membuka aplikasi tadi. Tapi Esmerald membalas pertanyaan  Johannes dengan gelengan kepala saja. Johannes yang melihat bahwa hasilnya tetap sama pun hanya bisa menghela nafas kasar dan mendongakkan kepalanya sambil memegang setir mobil dengan satu tangan.

Melihat bahwa tidak ada keberhasilan yang Esmerald dapatkan, Luigi membuka suara memberikan solusi.

"Bagaimana kita menelusuri terlebih dahulu jalan-jalan yang ada di sini? Siapa tahu akan ada jalan yang kita kenali?" usul Luigi yang dibalas Johannes dengan ucapan yang mengecewakan hati mereka semua.

"Tidak mungkin bisa. Bahan bakar mulai sedikit, jika kita tidak menjaga bahan bakar mobil ini dengan sebaik mungkin, kita tidak akan bisa kemana-mana lagi."

Mereka berempat frustasi akan kesialan yang menimpa mereka berempat sekarang.

Beberapa menit mereka merenung, tiba-tiba saja Nerissa berteriak yang membuat Johannes, Esmerald, dan Luigi sangat terkejut. Bagaimana mereka bertiga tidak terkejut, di dalam keheningan, Nerissa dengan tiba-tiba berteriak sangat kencang.

"ADA PETA DI DEPAN TOKO BUKU ITU!"

Mendengar teriakan Nerissa, mereka bertiga langsung mencari keberadaan toko buku yang dimaksud oleh Nerissa.

"Di mana?" tanya Luigi yang kebingungan mencari toko buku yang dimaksud.

"DI SANA!" lanjut Nerissa sambil menunjuk ke arah luar jendela kaca mobil yang berada ada di kanannya.

Mereka bertiga langsung melihat ke arah yang Nerissa tunjuk.

Terlihat sebuah toko buku yang semua kaca, pintu dan semua bangunannya telah hancur. Mungkin bangunan-bangunan itu hancur karena kerusuhan dari infeksi virus ini. Tapi masih terlihat jelas di kaca toko buku, ada selembar peta jalan yang akan membawa mereka pergi dari kota yang sudah hancur itu.

Tanpa basa basi, Johannes langsung menyalakan kembali mobilnya menuju ke arah selembar peta itu berada.

Jaraknya tidak terlalu jauh, maka dari itu mereka dapat berada di depan toko buku itu dengan cepat.

Johannes melihat-lihat dulu keadaan sekitar dan bersiap-siap untuk keluar dari mobil untuk mengambil selembar peta yang tertempel di kaca toko buku. Tapi...

BUGHH!

Suara pintu mobil kiri belakang terdengar sudah ditutup. Esmerald dan Johannes yang tidak tahu apa yang akan dilakukan Luigi pun melihat ke arah belakang dan terdapat Luigi yang membuka dan menutup pintu mobil lalu berlari ke arah selembar besar peta itu berada.

Johannes yang melihat Luigi akan mengambil selembar peta itu pun mengurungkan niatnya untuk pergi ke luar untuk mengambil selembar peta tersebut.

Mereka bertiga hanya menunggu Luigi yang sedang berusaha mengambil selembar besar peta yang tertempel di kaca toko buku.

Hanya butuh beberapa puluh detik saja untuk Luigi berhasil mengambil selembar peta tanpa rusak sedikitpun. Melihat dirinya sudah berhasil mengambil peta, dia pun langsung menggulungkan selembar besar peta menjadi sebuah gulungan sedang sambil kembali berlari ke arah mobil dan tentunya dia juga melihat keadaan sekitar.

BUGHH!

Luigi berhasil kembali ke dalam mobil dengan segulung peta di tangan kanannya. Dia langsung memberikan peta tersebut ke Esmerald.

Tanpa berbasa basi, Esmerald langsung mengambil gulungan peta yang berada di tangan Luigi dan membukanya.

Lembaran peta itu lebih besar daripada yang mereka duga. Pada saat lembaran peta itu mereka buka. Mereka melihat bahwa ada suatu simbol yang menandakan bahwa mereka sedang berada di sana. Sebuah simbol merah dengan gambar yang menunjukkan lokasi.

"Sekarang kita berada di sini." ucap Esmerald yang mengarahkan jari telunjuknya ke arah simbol merah yang berada di peta.

"Kota Tranquilvale adalah kota yang paling dekat dari kota ini. Kota Serenesia." lanjut Esmerald yang masih mengamati peta yang sedang dipegangnya sekarang.

Serenesia adalah kota tempat terjadinya semua kerusuhan ini terjadi. Nama dari kota ini sangat menggambarkan ketenangan dan keindahan alamnya. Tapi gambaran dari nama kota itu hilang begitu saja ketika infeksi virus itu muncul di kota ini.

Kota ini sudah seperti kota mati yang dipenuhi dengan penuh monster yang tinggal menetap di tanah kota Serenesia. Tidak ada aliran listrik yang tersambung, entah di sengaja ataupun tidak di sengaja. Semuanya hancur berantakan.

Sebuah kota indah dan penuh ketenangan yang menjadi destinasi utama dari para wisatawan ataupun para turis untuk pergi berlibur dan bersenang-senang.

Sekarang, kota ini bisa kita bilang sebagai kota terkutuk.  Entah karena kesalahan dan kelalaian dari pihak polisi yang membuat kota ini terkutuk, atau... Apakah ini semua adalah takdir yang sudah diberikan kepada kota indah ini?

Sungguh mimpi buruk yang mereka mimpikan beberapa hari yang lalu sebelum infeksi virus ini benar-benar tersebar ke seluruh penjuru kota. Sekarang mereka malah terjebak di kota sendiri. Kota yang sudah dijadikan tempat berlindung dan melangsungkan hidup mereka.

Setelah mendengar penjelasan dari Esmerald, Johannes berkata.

"Namun, bahan bakar tidak akan mungkin cukup untuk kita pergi ke sana."

_Bersambung_

INSECT : Serenesia To Tranquilvale [DONE]Where stories live. Discover now