Bricia 32🔮

11.4K 1.2K 114
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮




●○●○●○●○











Jam istirahat kali ini Cici habiskan untuk memakan sarapannya di kantin yang tampak ramai ditemani Justin juga Glenka.

"Gue mau ngomong sesuatu sama kalian," Cici mengenyampingkan semangkuk baksonya dengan beralih menatap mereka bergiliran, "Lo merasa kan ada yang aneh waktu di musium? Tiba-tiba aja tangan bahkan tubuh kita hampir lenyap?"

"Iya itu gak masuk akal banget, gue trauma ikut study tour lagi bahkan Bricia sampai harus absen hari ini karena sakit," cicit Glenka menghembuskan nafasnya.

"Jadi apa yang mau lo bahas kali ini?" Justin bertanya sembari menyedot es teh nya.

Cici memejamkan mata sebentar dengan ekspresi serius, "Bilang jujur sama gue kalian bukan dari dunia ini kan?"

Justin tersedak seketika dengan mata membola sementara Glenka hanya melebarkan matanya terkejut dan takut.

"Gausah khawatir atau takut rahasia lo terbongkar, gue menyadari satu hal kalau selama kita di musium itu hampir semua murid lenyap secara aneh, dan asal kalian tau. Gue juga bukan berasal dari dunia ini, dunia novel ini," ungkap Cici dengan alis sayu.

"Lo bener," ucapan Glenka membuat gadis itu mengangkat pandangannya cepat, "Gue juga bukan berasal dari sini, gue baik-baikin Cia karena gue tau nasib tragis yang dibuat si author jahanam itu ke dia kaya gimana, jujur gue gak nyesel masuk ke tubuh figuran teman antagonis wanita ini, dengan begitu gue bisa belokin alur dengan tidak berteman sama Renata."

"Karena kalian udah ngungkapin yang sebenarnya, gue juga bukan dari sini. Kita semua mati dan jiwa kita ditarik ke dalam novel ini, dibandingkan kalian gue malah jadi figuran yang gak ada nama sama sekali dan malah disinggung waktu nyelamatin Bricia digudang," Justin menyugar rambutnya.

"Dugaan gue benar, denger. Nyawa kita disini atau mungkin batas waktu kita disini semuanya ada pada Cia, kita menghilang waktu itu karena dia hampir mati ditangan para perampok," angguk Cici membuat Glenka dan Justin menegakan tubuh saling melirik.

"Kalau kita menghilang dari dunia ini, apa kita bakal kembali ke dunia asli kita? Dan saling ketemu kaya gini lagi?" pertanyaan sendu Glenka membuat Cici terdiam, terlihat wajah sedih dan tak rela.

"Mungkin kita bakal kembali ke dunia asal tapi untuk ketemu lagi kayaknya mustahil, lo berdua. Kita itu jiwa-jiwa asing yang dipertemukan disini, kita gak saling kenal bahkan buat nama aja kita gak tau dan lebih dikenal sama nama tokoh kita," jelas Justin sedikit menarik senyum menyemangati keduanya, pria itu menyodorkan tangannya, "Gue Raja, kalian?"

"Gue Qila dan umur asli gue duapuluh tahun," Cici menjabat tangan Justin sembari tersenyum simpul.

"Gue Farah, umur asli gue sembilan belas tahun. Gak nyangka gue bisa kenal kalian yang notabene nya orang asing," tawa Glenka terdengar lucu.

"Lo kalo gini gak terlalu nyebelin ternyata," ucapan menyindir Cici dibalas pukulan di lengannya, "Aduh, sakit anjir!"

"Tapi-tapi, yang hilang waktu itu bukan cuman kita kan kata lo? Melainkan semua murid, apa jangan-jangan bukan cuma kita jiwa asing disini tapi mereka juga?" Justin mengedarkan matanya pada semua murid disekeliling meja mereka, pria itu tiba-tiba merinding, "Ko jadi horor gini, apa yang menyebabkan kita bisa tersedot kesini? Apa author nya nyari tumbal lewat cerita yang dia buat?"

"Sembarangan mulut lo," Cici terlihat tak terima, "Semuanya karena Romero, dia bersekutu sama iblis buat narik jiwa Bricia sama kita karena semua tokoh asli udah dia bunuh."

Bricia's world Where stories live. Discover now