Prolog

51.2K 3.2K 202
                                    

If we're together, even an endless Maze is paradise.
****

Pernikahan.

Disebutkan dalam beberapa definisi; penikahan berarti upacara suci yang termasuk salah satu kebahagiaan dalam hidup, dimana dua orang asing yang saling mencintai akan secara resmi menghabiskan sisa hidup bersama dalam rumah tangga yang menenangkan, melindungi dan saling berbagi—analogi yang sempurna.

Namun untuk siang ini, dalam gedung pernikahan yang sering dikhususkan pada orang-orang dari kelas atas itu, definisi penikahan baru saja berubah menjadi kabar buruk yang paling di takutkan semua orang.

"Kemana pengantin perempuannya? Ini sudah dua jam, apa jangan-jangan pengantinnya melarikan diri ya?"

Tepat di depan altar, seorang pria dengan sorot mata apatis—yang terlihat seperti sedang mengelabui dirinya sendiri, berdiri menatap pintu yang seharusnya dilalui satu-satunya wanita yang dia inginkan untuk menjadi pendamping seumur hidupnya, dengan tatapan tak teratikan.

Semua orang sudah kebingungan saat acara yang harusnya dimulai dari beberapa waktu yang lalu, belum juga di mulai sampai detik ini. Mereka mencari-cari asal masalahnya hingga mengerti saat sang pengantin wanita belum juga muncul.

Wanita yang semestinya menjadi ratu pada hari itu tidak menunjukan tanda-tanda akan terlihat.

Pihak keluarganya dan keluarga pengantin pria sudah melakukan pencarian, tapi seperti yang diperkirakan semua orang, benar-benar hanya keajaiban yang bisa membuat wanita itu bisa terlihat hari ini.

"Kasihan sekali pria itu. Dia ditinggalkan di hari pernikahannya sendiri."

"Aku dengar mereka sudah berpacaran tiga tahun. Apa yang terjadi?"

Pengantin wanita itu pergi—meninggalkan pria yang bersamanya sudah merencanakan pernikahan ini serta hidup bahagia mereka selama lebih dari tiga tahun.

Tidak ada hal yang lebih buruk dari pada itu.

Namun tetap menunggu wanita yang meninggalkan pernikahan dengan alasan yang tidak ada satu orangpun yang tau, mungkin bisa lebih buruk lagi.

Wanita paruh baya di sisi pendamping keluarga utama, menatap pria itu sedih, jelas sekali menunjukan betapa hancurnya dia melihat anak bungsunya mengalami hari buruk seperti ini.

Dia melangkah mendekat, mengabaikan tatapan para tamu yang masih terlihat sedang mengansumsikan kondisi yang terjadi dan menghampiri anaknya.

"Res, ayo kita pulang.." kata wanita senja itu pelan, suaranya bergetar.

Namun Ares Jevera, pengantin pria pada pernikahan itu hanya menatap pintu kedatangan dengan tatapan yang belum berubah. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Aluna belum datang Ma. Pernikahanku belum di mulai."

"Tapi sayang—"

"Aku kenal Aluna Ma, dia tidak mungkin membatalkan pernikahan ini."

Wanita paruh baya itu menghela napas.

"Ini sudah dua jam dan kamu lihat, Aluna ataupun keluarganya tidak memberi kabar. Kita sudah kehilangan muka di hadapan semua orang. Jadi tolong hentikan omong kosong ini, Res, keluarga sudah malu."

Ares menoleh pada ibunya tanpa mengatakan apa-apa, cukup lama, hingga tahu-tahu pria itu membuat semua orang terkejut saat dia berjalan pergi meninggalkan altar pernikahannya.


Dia berhenti di cafe bar sebelah gedung, duduk di salah satu bangku, memesan sesuatu yang—setidaknya bisa menjadi alasan agar dia tidak di usir dari sana kemudian menatap jendela dengan tatapan hening yang masih tidak bisa terbaca.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

In the MazeWhere stories live. Discover now