Kabut Putih

80 8 8
                                    

"Cool !!"

Itulah kata yang sering diucapkan Bob ketika ia mendengar hal-hal baru yang dikatakan oleh teman-temannya. Bob dikenal sebagai seorang yang ramah dan punya rasa ingin tahu yang cukup besar terhadap sesuatu yang ia anggap menarik.

Disuatu pagi.

"Prittt prittt prittt ..."

Peluit tanda berakhirnya pertandingan antara tim Kuda melawan tim Kutu telah dibunyikan. Kedua tim saling berjabat tangan sebagai tanda sportifitas. Namun, dari jauh tampak seseorang yang terlihat kecewa dengan hasil pertandingan tersebut. Ia bernama Steve, kapten dari tim Kutu. Saat itu, skor menunjukkan hasil 0-2 untuk kemenangan tim Kuda. Tak heran Steve merasa kecewa dengan hasil tersebut. Sejak detik itu, ia merasa tidak pantas lagi untuk menjadi kapten tim Kutu.

Tak lama, dari arah bangku penonton, Felicia berlari menuruni tangga tribun dan langsung menuju ke tempat Steve berada.

"Sudah, jangan kau terlalu lama menyesali apa yang sudah terjadi. Belajar dari kesalahan dan bangkit lagi ! Percayalah hanya orang hebat yang bisa melihat sisi positifnya saat hal negatif menimpa mereka. Dan jika kau bisa, kau salah satu dari mereka ! Cheer up !!"

Pelukan Felicia membuat kekhawatiran dan kesedihan Steve mereda. Perempuan yang satu ini memang ahli dalam memberikan kata-kata motivasi dan penyemangat. Steve merupakan seorang yang turbulant, maka tak heran ia memilih Felicia sebagai kekasihnya agar bisa terus mengingatkan dan memberi dukungan terhadapnya.

Setelah perasaan Steve kembali tenang, Bob baru saja datang menghampiri mereka di pinggiran lapangan sambil terengah-engah.

"Oi Steve ! Sorry ya aku tidak bisa menonton pertandinganmu tadi, ruang OSIS sedang ramai dikunjungi anak-anak baru yang mau mencalonkan diri sebagai anggota OSIS. Gimana hasilnya?"

"Ya gitu deh..", kata Steve sambil tersenyum kecil.

"Tim kita kalah Bob, tapi aku percaya dipertandingan selanjutnya Steve bisa bangkit dan bawa tim kita menang lagi. Ya kan Steve?" ujar Felicia sambil menepuk pundak Steve.

"Iya, tunggu saja tanggal mainnya., akan ku kalahkan tim manapun", jawab Steve meyakinkan dirinya.

"Ohh baiklah kalau begitu, kupikir kau akan marah karena aku terlalu banyak alasan agar tidak melihat pertandinganmu", balas Bob cemas.

Bob, Steve dan Felicia sudah bersahabat sejak dari bangku SMP. Perbedaan sifat mereka masing-masing tidak mampu memutuskan ikatan persahabatan mereka, namun malah justru membuatnya kian erat. Mereka bertiga berada di sekolah yang sama yaitu SMA Kumbang Tua atau biasa orang memanggilnya dengan sebutan "SMA Kutu".

06.00 ..

Keesokan harinya, jam baru saja menunjukkan pukul enam pagi. Suasana sepi dan sunyi masih menyelimuti sekolah SMA Kumbang Tua. Namun, Steve sudah berada di sana dan berlatih sendirian. Memang biasanya tim sepakbola Kutu memulai latihan pada pukul tujuh pagi setiap harinya. Sebagai kapten tim, Steve merasa dirinya harus bisa memberikan teladan bagi anggota timnya yang lain dengan cara berlatih lebih rajin dan hadir latihan tepat waktu, bahkan lebih cepat dari biasanya.

16.49 ..

Masih ada satu orang yang berdiri di depan gerbang sekolah, yakni Steve, yang sedang menunggu Bob untuk mengerjakan tugas sekolah bersama. Mereka berdua mengambil penjurusan yang sama, yakni IPA.

Sesampainya di tempat kos Bob, mereka langsung sibuk mengeluarkan laptop dan perlengkapan lainnya.

20.00 ..

Kabut PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang