01. Hukuman

Mulai dari awal
                                    

"SEMUA BOLEH KEMBALI KE KELAS NYA MASING-MASING!"

Setelahnya, semua pun dengan cepat membubarkan barisan dan meninggalkan aula itu. Caramel memutar bola matanya jengah, hanya karena ia membuang sampah di sembarang tempat ia harus berdiri di sini.
Kini tinggal Rafael, Caramel dan para anggota OSIS lainnya.

"Bosen gue liat dia mulu!" Gerutu Elsa selaku bendahara OSIS menatap Caramel tak suka.

"Jangan gitu."  Tegur Devina lembut

Membuat gadis yang bernama Elsa itu diam. Sebenarnya ia ingin mencakar wajah Caramel.

"Ikut gue!" Titah Rafael menarik tangan Caramel paksa.

"Bisa kalem dikit gak si?!"

"Berisik!"

Caramel mendengus, ia menyumpah serapah pria yang menyeretnya saat ini. Bisa-bisanya dia memegang kasar tangannya yang mulus bahenol ini. Untung saja kulitnya putih lembut alami, tetapi sepertinya ia harus menghilangkan jejak tangan Rafael dengan rinso.

Rafael melepaskan tangannya dengan kasar. Sekarang mereka berdua berada di lapangan sekolah. Panas matahari membuat mata Caramel menyipit.

"Apa? Lihat-lihat?!"

"Udah tau, hukuman nya apa?"

Caramel menggelengkan kepalanya santai memainkan kukunya, "Nggak."

"Oke, biar gue jelasin."

"Hukumannya, denda tiga ratus ribu dan mengelilingi lapangan sebanyak empat puluh kali."

Sepasang mata Caramel melotot, mendengar perkataan Rafael. "Sepuluh aja ya?" Ucap Caramel memohon

"Enam puluh kali?"

"Lima kali deh!"

"Seratus kali lebih enak ya?" Rafael santai, membuat Caramel ingin mencincang daging Rafael dan di jadikan steak manusia terjahat. Kemarin, ia tiba-tiba saja mengklaim dirinya sebagai pacar. Sekarang? Apalagi!
Dasar! Dasar! Dasar!

"Dasar gak punya hati!"

Alis Rafael bertaut, "Sebenarnya lo cukup lari tiga puluh kali, tapi melihat seragam lo gak lengkap otomatis gue tambahin."

Melihat seragam Caramel yang tak berdasi, dan sangat urak-urakan. Gadis ini memang tak pernah berubah, padahal dulu ia pernah menghukum nya lari mengelilingi lapangan sebanyak sembilan puluh kali. Hal itu tak membuat nya kapok, malah sekarang ia mengulangi hal yang sama. Mungkin bukan sekarang saja, setiap harinya juga penampilan nya begitu.

"Tunggu apa lagi? Budeg mbak?" Rafael berucap dengan melipatkan kedua tangannya di depan dada, menatap Caramel garang.

Caramel yang mendengar itu dalam hatinya mengumpat, awas aja nanti.

Rafael terkekeh melihat wajah kesal gadis itu. Ia melangkah kecil menuju gadis itu membuat Caramel sedikit gelagapan.

"Semangat pacar."

Caramel sempat menatap Rafael cengo. Namun yang di tatap malah memamerkan senyum anehnya. Tak mau berpikir panjang dirinya mulai berlari mengelilingi lapangan di bawah terik sinar nya matahari. Dasar ketos gila, memang dirinya ini babu?.

Rafael duduk di salah satu kursi di bawah pohon. Setiap putaran, mata tajam nya menatap Caramel yang selalu mengusap keringat di kepalanya.

Ia membenarkan jas OSIS yang melekat di tubuhnya. Rafael menghela nafas nya gusar, padahal ia sudah kelas dua belas. Seharusnya masa jabatannya sudah selesai. Akan tetapi papanya itu memperpanjang jabatannya menjadi ketua OSIS si sekolahnya, milik papanya.

Para guru-guru pun menyetujui nya, karena memang Rafael yang pantas dan disini tak ada siswa yang tegas seperti Rafael. Selain itu, dia juga sangat tampan sehingga memikat semua para ciwi-ciwi.

Nafas Caramel terengah-engah, baru dua puluh kali belum lima puluh kali saja ia sudah ngos-ngosan. Ia memegang detak jantungnya, dag-dig-dug. Tidak!! Sepertinya ia harus memeriksa nya. Kali aja ia terkena jantung. Ia menatap Rafael yang tengah santai menatapnya namun ia balas dengan tatapan sengit. Lihat saja, nanti ia akan mengadu kepada bunda nya.

Ia merasa ada sesuatu yang menempel di pipinya, dirinya menoleh. Mendapati Regan dengan tatapan khawatir nya. "Kamu nggak papa kan? Ini aku bawain minum." Memberikan sebuah botol air mineral

Caramel mengangguk patuh, tau saja pacarnya yang satu ini jika dia kehausan. Ia membuka tutup botol nya, baru saja ia mengangkatnya dan membuka mulutnya. Teriakan itu membuat ia menghentikan aktivitas nya.

"SELESAIIN DULU! BARU MINUM!"

Keduanya menoleh ke arah Rafael yang tengah berdiri memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Rafael menghampiri mereka berdua, menatap Regan dengan tatapan tak bisa diartikan. "Lo mau? Gue hukum juga?"

Regan menggelengkan kepalanya, "Nggak"

"Pergi!" Usir Rafael seolah tak mau dibantah dengan siapapun. Sebelum Regan melangkahkan kakinya, ia menatap Caramel dengan raut khawatir.

Rafael mengambil paksa air mineral itu, membuat Caramel terkejut. "Lanjut!"

Caramel menatap Rafael sengit, mengapa Tuhan menciptakan manusia seperti ini ya tuhannn.

Ingin rasanya ia menjadi ketua OSIS disini dan menghukum pria ini berlari sebanyak seribu kali. Biar tau rasa!

Andai saja dirinya tidak membuang sampah sembarangan, pasti ia tidak akan dihukum dengan si ketos gak punya hati ini.

Prok! Prok! Prok!

Suara sepatu Caramel sangat keras, ia berlari dengan menyimpan api amarah. Rafael terus menatap gadis di hadapannya itu, lalu membuang air mineral yang di berikan Regan tadi.

Caramel melihat kepergian Rafael menghunus. Ia tersenyum miring, lalu dirinya memberhentikan larinya dan mengusap keringat di pelipisnya. Saat Rafael berbalik, ia melotot lalu berpura-pura berlari untuk membuat Rafael percaya. Saat Rafael melanjutkan langkahnya, ia menghentikan langkahnya. Hal itu ia lakukan berkali-kali sampai Rafael menghampirinya.








1228
Selamat membaca🍒
-MKK

My killer ketos (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang