"Sini." Gilang menepuk bangku kosong di sebelahnya.
Gadis itu pun mendekat dan duduk bersebelahan dengan Gilang.
"Mendung banget itu muka. Udah kayak langit di luar. Apa kurang skin care ya?"
Syafa menggeleng pelan.
"Akang riang banget. Kayak habis overdosis gula." Komentar Syafa.
Dua teman itu memperlihatkan air muka yang saling bertolak belakang. Satunya sedang patah hati, satu lagi sedang kasmaran.
"Lagi happy aja. Soalnya ntar mau ngapel ke tempat Nata. Kira-kira dibawain apa ya?"
Mendengar itu, Syafa tersenyum kecil. Ikut senang karena hubungan Gilang dan Nata baik-baik saja.
"Kalo cewek yang penting disamperin juga seneng kok, Kang."
"Tapi kan jangan tangan kosong."
"Biasanya emang bawa apa?"
"Mainan buat Kevin."
"Ya bawa mainan lagi."
"Jangan dong... Nata udah ngomel-ngomel karena Kevin jadi kebanyakan mainan. Apa bunga aja ya?"
"Kalo Kak Nata suka, ya bawa."
"Suka kok."
Senyum Gilang semakin sumringah. Lelaki itu jelas sedang dimabuk cinta. Bahkan setelah tiga tahun lamanya mereka menjalin kasih.
Iri?
Tidak juga.
Syafa percaya, bahwa terlalu cinta juga tidak baik. Perasaan terlalu dalam sedikit saja sudah membuat Syafa hatinya hancur.
Ia tidak bisa membayangkan jika perasaan menggebu begitu menguasainya saat bersama Sadewa dan Bhumi.
"Rencananya, akang mau lamar dia. Ya... meski beda, akang akan usahakan untuk tetap bikin dia sama Kevin bahagia." Ucapan Gilang begitu mantap.
"Selamat. Jangan lupa undangannya ditungguin." Ujar Syafa.
"Iya dong. Kamu sama Bhumi harus datang. Undangan dari kalian juga kita tungguin kok. Asal jangan barengan aja hajatannya."
"Nanti aku datang sama Syandana."
"Kok?"
"Aku sama Bhumi udah putus."
"Hah?"
"Jangan heran gitu. Namanya juga hubungan. Kayak laut, ada pasang surutnya." Jelas Syafa.
Gilang menepuk kepala Syafa pelan-pelan, "turut prihatin."
"Jangan ngejek ya..."
Lelaki itu terkekeh, "tenang, masih banyak lelaki baik kok. Tinggal pilih. Atau mau akang kenalin ke temen?"
Gadis itu menggeleng, "butuh jeda. Engap juga habis putus langsung ada yang baru."
"Ceileh gayanya." Cibir Gilang.
Syafa tertawa kecil. Perasaannya jadi tidak seburuk tadi. Kata-kata dan candaan dari Gilang bisa sedikit mengangkat bebannya.
Di depan sana, bus tampak mendekati halte tujuan Syafa. Gadis itu bersiap. Lalu menatap Gilang.
"Makasih ya, Kang. Walau cuma sebentar, aku terhibur. Good luck untuk lamarannya." Ucap Syafa.
Lelaki itu tersenyum lebar dan mengangguk. "Semangat, Syafa!" Serunya.
Mereka bahkan sampai menjadi tontonan penumpang lain. Tapi Gilang tidak peduli. Ia malah melambaikan tangan dengan semangat saat gadis itu turun dari bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan (Complete)
RomanceDalam sebulan, Syafa bisa menghadiri lima kali kondangan. Sebenarnya tidak masalah, toh gadis itu senang-senang saja karena bisa mencicipi makanan gratis. Masalahnya adalah partner kondangan yang tidak pernah permanen.
36. Setiap Kisah Punya Akhir Berbeda
Mulai dari awal