Icha melemparkan kado itu bagaikan tak ada artinya sama sekali. Bella menatap miris kado itu. Padahal dirinya sudah mempersiapkan kado itu dalam waktu yang terbilang cukup lama.

Bella mengalihkan pandangannya."Kenapa Bunda buang kadonya? Apa Bunda gak suka sama kado itu? Kalau Bunda gak suka, biar aku cari lagi kado nya. Tapi jangan dibuang dong. Aku capek loh cari kado yang pas buat Bunda sama Papa." Bella mengambil kembali kado itu.

"Kenapa kamu masih baik kepada saya? Apa yang saya perbuat selama ini apa kurang untuk membuat kamu menderita?" tanya Icha yang masih tak habis pikir akan kelakuan gadis ini.

Bella mengerutkan alisnya pertanda bingung. "Apa maksud Bunda ngomong kayak gitu? Bella gak ngerti," jawabnya.

"Kenapa kamu masih baik kepada saya? Padahal saya sudah membohongi kamu selama 15 tahun lamanya. Dan yang saya kira, setelah kamu mengetahui semuanya, kamu bakal benci kepada saya juga keluarga saya. Tapi kenapa semuanya diluar dugaan saya?" tanyanya lagi.

"Apa aku harus membalas kebohongan mu dengan sebuah kebohongan juga? Tidak semua kesalahan bisa dibalas dengan kesalahan itu juga. Jika aku membalas perbuatan mu itu, apa yang selama ini aku takutkan akan terjadi." Jawaban Bella membuat Icha bungkam seketika. Ia kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan itu.

"Apa kamu tidak membenci saya?" tanyanya dengan hati hati. Ia takut jika pertanyaannya akan menyakiti hati Bella lagi.

Bella tersenyum miris. "Apa seorang anak wajib untuk membenci ibunya sendiri?" Bella kembali bertanya.

"Tapi aku bukan ibu kandung mu. Aku hanya ingin membalas kan dendam ku kepada keluarga asli mu. Setelah saya sudah berhasil membalas kan dendam saya. Saya akan membuat dirimu membenci saya. Tapi kenapa itu tidak berlaku untuk mu?"

"Aku tahu. Bahkan aku sudah mengetahui jawaban itu sebelum Bunda mengucapkan kata itu. Kalau aku membenci Bunda, aku tahu kalau dunia Bunda akan hancur, karena semua orang sudah membenci Bunda, kan?"

"Kenapa sih kamu masih baik kepada saya? Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari saya? Kenapa saya tidak bisa membuat kamu membenci saya? Apa kamu mau menghancurkan saya secara perlahan? Apa ini sebagian dari rencana kamu?" tanya Icha bertubi-tubi.

Bella terkekeh kecil mendengar pertanyaan Icha. Bagaimana dirinya berfikiran sejauh itu?

"Kenapa Bunda berfikir sejauh itu?"

"KENAPA KAMU GAK BISA MEMBENCI SAYA? PADAHAL SAYA SUDAH BERUSAHA SEKERAS MUNGKIN UNTUK MEMBUAT DIRI KAMU MEMBENCI SAYA. DAN KEMUNGKINAN BESAR, ALAM PUN SUDAH MEMBENCI DIRI SAYA SEKARANG!" bentak Icha dengan dada naik turun. Emosinya meledak begitu saja bagaikan lahar panas.

Bella mati-matian untuk menahan air matanya. Sakit hatinya saat Icha membentak dirinya dengan kata-kata itu. Bahkan dulu, sebelum ini semua terjadi, dirinya tak pernah di bentak sama sekali. Tapi kenapa semuanya berubah menjadi seperti ini?

Bahkan pepatah pun benar jika orang akan berubah jika mengenal orang baru.

"Aku gak mungkin bisa membenci orang yang sudah merawat ku waktu aku kecil. Walaupun aku tahu itu semua hanya kepalsuan," jawab Bella dengan suara serak.

"SAYA GAK MAU TAU! KAMU HARUS SECEPATNYA MEMBENCI SAYA. SAYA GAK MAU TAU!" dengan kasar Icha mendorong bahu Bella. Bella terjatuh. Kepalanya terbentur dinding yang berada di belakangnya.

Air matanya turun deras. Sakit dikepala, dada serta punggung belakangnya berkecamuk menjadi satu. Ditambah lagi perkataan dan bentakan Icha membuat Bella seperti ditusuk tusuk oleh ribuan jarum.

Bahkan kini kepalanya sudah mengeluarkan darah karena dorongan itu sangatlah kuat.

Bella bangkit. Ia menatap Icha dengan tatapan kecewa. "Kenapa Bunda maksa aku untuk membenci Bunda? Dan apa alasannya?" ucapnya dengan air mata yang terus mengalir. Ia memegang kepalanya yang sudah berlumuran darah.

ETERNALLY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang