Ia terjebak dalam janji yang ia buat tanpa pikir panjang.

Ada beberapa orang yang lewat dan melihat Vivi tertidur, tapi tidak ada yang berani membangunkan Vivi karena di atas meja tertulis,

"Siapapun yang bangunin gue, besok pagi foto aibnya langsung kesebar."

Siapa juga yang mau aibnya disebar secara bebas, mereka tahu Vivi orang yang selalu memotret siapa saja tanpa pandang bulu, bahkan dengan berbagai pose. Jadi bukan tidak mungkin kalau Vivi memiliki foto-foto aib semua siswa yang berada di sekolah ini.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi satu menit yang lalu, perpustakaan ini juga sudah mulai sepi dan hanya tersisa Vivi dan penjaga perpustakaan saja.

Guru yang bertugas menjaga perpustakaan pun juga tidak berani mengganggu Vivi, mereka ingat kalau Vivi pernah memotret dirinya, jadi pasti Vivi juga memiliki aib mereka. Lihat, bahkan guru pun dibuat bertekuk lutut terhadap Vivi.

Sekarang siapa yang berani melawan Vivi?

Chika berjalan masuk ke dalam perpustakaan sambil membawa dua tas yang ada di punggungnya. Ia mendapat laporan dari anak osis yang mengatakan kalau Vivi tertidur di perpustakaan dan tidak ada yang berani membangunkan Vivi, akhirnya mau tidak mau Chika yang turun tangan.

Chika juga sudah mengatakan kepada Mira dan Ara kalau Vivi berada di perpustakaan, sehingga mereka berdua tidak perlu mengkhawatirkan keadaan Vivi saat ini. Chika memberi alasan bahwa Vivi sedang fokus untuk ikut olimpiade kepada guru-guru yang mengajar hari ini, karena Chika adalah ketua osis, jadi guru-guru itu langsung percaya dengan ucapannya Chika.

Chika menghela napas panjang, melihat Vivi yang tertidur di atas buku, dengan pelan-pelan ia meletakkan tasnya Vivi di atas kursi di samping Vivi. Ia melepaskan jas sekolahnya lalu ia letakkan di punggung Vivi. Dilihat dari banyaknya buku terbuka yang berada di meja itu, Chika sudah bisa menebak kalau Vivi benar-benar belajar di perpustakaan ini.

"Aneh." Gumam Chika.

Tangan Chika meletakkan tasnya di atas lantai dekat kursi, ia membuka resleting tasnya lalu mengeluarkan buku berisi soal-soal olimpiade. Sembari menunggu Vivi terbangun sendiri, ada baiknya ia menyelesaikan soal-soal olimpiade itu.

Chika memutar-mutar pensil di tangan kanannya, ia membaca satu soal di buku itu. Ia meletakkan pensil di atas meja lalu menarik buku berjudul sejarah kelas 10, ia membuka buku itu dan membacanya sekilas lalu mencoret huruf D di buku itu.

"Engh." Vivi berusaha membuka matanya yang terasa berat. Ia menegakkan tubuhnya lalu meregangkan kedua tangannya ke atas dan seketika jaketnya Chika yang berada di punggungnya langsung terjatuh.

Chika melirik Vivi sekilas kemudian kembali fokus ke bukunya. "Si nona peringkat 150 ternyata juga menjabat si nona tidur."

Vivi menoleh ke samping, ia mendengus sebal melihat Chika duduk dengan jarak dua kursi di sampingnya. Bagaimana mungkin seseorang yang sangat ingin ia hindari malah menjadi orang yang ada disampingnya saat ini. Tuhan memang suka bercanda.

"Ngapain kesini?" Ketus Vivi, ia mengambil jas yang terjatuh di bawah lalu ia lemparkan ke arah Chika.

Chika menangkap jas itu, kemudian ia letakkan di atas meja. "Belajar."

"Dih."

Chika menoleh, tangannya terangkat dan menyentuh pipi kirinya. "Lu jorok banget, tidur keluar ilernya."

Vivi langsung mengusap bagian pipi kanannya dan benar saja, telapak tangannya langsung terasa basah. Ia mengangkat seragamnya ke atas kemudian mengusap wajahnya menggunakan baju sergaamnya.

LemonWhere stories live. Discover now