2. Stranger in The Train

59 4 2
                                    

"Nin, gue jadi pengen ikut, deh."

Aku memutar bola mata mendengar keluhan Gia. "Salah sendiri, pas gue ajak lo malah gak mau. Sok-sokan bilang kalo gue butuh sendirian. Lagian setelah gue pikir-pikir ni ya, kalo lo ikut, yang lain pada julid lagi."

Muka Gia semakin muram.

"Btw, makasih, ya, lo mau nganterin gue ke stasiun," sambungku.

"Sama-sama. Tapi jangan lupa titipan gue!" Gia terkekeh.

Titipan maksud Gia adalah jaket hoodie untuk pacarnya di Malang. Awalnya aku tidak mau dan menyuruh Gia untuk kirim lewat paket saja. Namun dia tidak mau, katanya lebih hemat ongkos jika aku yang mengantarkannya.

Aku melihat jam dan waktu menunjukkan setengah jam lagi keretaku akan berangkat. "Ya udah, gue berangkat dulu, ya."

"Hati-hati, ya. Kabarin gue kalo lo udah sampai."

"Sure."

"Hoodie buat pacar gue juga jangan lupa, hehehe." Gia masih berusaha merayuku untuk memberikan kado untuk pacarnya.

"Iya, Bawel."

Perempuan itu menyeringai lalu merentangkan tangannya. Meskipun masih kesal, aku tetap menyambut pelukannya dengan senang hati.

"Semoga healing lo berhasil ya. Sepuluh hari itu lama tau. Awas kalo lo pulang dalam keadaan galau lagi."

Senyumku perlahan memudar. Saat Gia menepuk punggungku, barulah aku berucap, "Semoga aja ya, Gi."

***

Namaku Nina, seorang editor di sebuah penerbit. Untuk pertama kalinya selama dua tahun bekerja, aku mengajukan cuti yang cukup lama. Sepuluh hari, untuk pergi ke Malang dan Yogyakarta. Aku memilih menggunakan kereta api. Sudah lama aku tidak merasakan sensasi di perjalanannya. Meskipun sebagian besar perjalanan ini hanya ada kegelapan malam, aku tetap senang bisa kembali ke kota favoritku dengan transportasi favoritku. Mungkin saja, aku melihat jutaan bintang di langit yang tidak pernah kulihat di langit Jakarta.

Di Malang aku akan menginap di rumah nenekku sementara di Yogyakarta aku akan menginap di penginapan saja. Aku juga sudah menyiapkan itinerary. Semoga saja tidak ada yang terlewat.

Dari Stasiun Gambir, aku memilih keberangkatan sore agar sampai di Malang hari sudah pagi. Sesampainya di rumah nenek, nantinya aku akan bersilaturrahmi ke rumah saudaraku yang lain, barulah besoknya aku memulai solo traveling. Setelah lima hari di Malang, aku melanjutkan perjalananku ke Yogyakarta. Hari terakhir cuti, aku ada di kereta untuk kembali ke Jakarta. Alasan cutiku lumayan klasik; pulang kampung. Namun, itu hanya menutupi tujuan sebenarnya. Perjalanan yang lumayan lama ini kulakukan karena aku ingin healing dari hiruk pikuk ibukota dan juga..., patah hatiku.

Kereta sudah berjalan tiga jam. Aku mulai merasa bosan. Akhirnya, aku mengeluarkan ponsel dan AirPods dari dalam tas untuk mendengarkan musik. Sialnya, salah satu AirPod-ku terjatuh dan sepertinya ada di bawah bangku sebelahku.

Sebelum aku beranjak, seseorang yang duduk di sampingku berkata, "Biar saya yang ambil."

Aku hanya mengangguk. Tidak butuh waktu lama, dia berhasil mengambilnya. Kurasa tangannya memang panjang.

"Here," katanya sambil memberi AirPod.

"Thanks."

"Mau ke Malang juga, ya?"

"Iya, Mas."

Dia tertawa mendengar jawabanku. "Jangan panggil Mas, dong. Saya jadi berasa tua banget."

MINI STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang