Badannya yang sedikit berisi dan tinggi itu membuatnya semakin aneh dengan jeans ketat dan baju seksinya. Dia menoleh ke arahku dan tersenyum, menandakan dia tidak masalah menunggu kedatanganku yang sedikit terlambat. Ada rasa sedikit bersalah hinggap di hatiku karena senyumnya itu terlihat menyedihkan.
"Apa yang bisa saya bantu, Mas? Eh Mbak." Aku tergagap karena bingung harus memanggilnya apa. Dia yang mengerti dengan kebingungan dari raut wajahku meminta untuk memanggil namanya saja, Merlin.
Merlin ini seperti masih ragu-ragu untuk mengatakan apa yang ingin disampaikannya. Terlihat jelas dari gerakan-gerakan tubuh dan sorotan mata orang ini. Aku mengerti, ada beberapa pasien yang merasa percaya diri saat sedang di rumahnya, tapi merasa ragu saat tiba di klinikku.
"Tidak apa-apa. Kamu bisa percaya kepada saya. Sekarang tarik napas dan keluarkan." Sambil memperagakannya. "Setelah benar-benar siap, kamu bisa memberitahu saya."
Emm ... emm ... Lima menit berlalu dan dia hanya bergumam sendiri dengan wajah cemasnya.
"Saya adalah korban sexual harassment," jelasnya singkat memulai ceritanya.
Nama asli Merlin adalah Agung Saputra. Dari penampilannya, bisa kukatakan bahwa orang ini memiliki wajah yang tampan dan tubuh ideal. Kulit sawo matang menambah kemaskulinannya itu. Namun, karena penampilan yang berubah sebagai waria, wajah menawan itu malah terlihat mengerikan.
Merlin memiliki hidup yang biasa saja di masa lampau. Saat itu dia merupakan seorang mahasiswa semester kedua di sebuah universitas yang jauh dari rumahnya. Oleh karena itu, dia tinggal di sebuah kos yang berada lebih dekat dengan kampus.
Dia tidak pernah berbuat keonaran atau hal yang aneh lainnya. Benar-benar hidup normal tanpa ada yang menonjol dari dirinya selain ketampanan itu.
"Dulu aku sangat bersyukur bisa memiliki wajah yang disukai banyak orang. Aku juga bisa memiliki kekasih yang cantik karena wajah ini." Lelaki ini tersenyum miris sambil menceritakan kejadian yang telah dialami.
Semua kehidupan normalnya berubah sekejap ketika kejadian itu menimpanya. Dia diperkosa oleh 10 orang lelaki.
Aku sedikit tersentak kaget mendengar pernyataan itu. Benar, meski yang mengalami kejadian ini adalah orang lain, tapi otakku langsung mendoktrin bahwa kebanyakan lelaki di dunia adalah predator. Tak hanya terhadap perempuan, bahkan terhadap orang yang sejenis dengan merekapun menjadi korban.
Merlin tersenyum dengan simpul mulut yang sangat mengerikan kepadaku. Pasti dia mengira aku akan menyudutkan dan menyalahkannya atas apa yang telah terjadi. Namun, secepatnya ekspresi ini kuubah.
Sebelum kejadian itu, dia bertemu dengan empat orang lelaki yang tiba-tiba saja sok akrab dengannya. Merlin mengaku bahwa mereka tidak benar-benar akrab, hanya saja karena orang ini adalah tipe lelaki yang ramah dengan siapa pun, semua dianggapnya teman.
Merlin memang tidak pernah memandang bulu dalam bergaul. Dengan keramahannya, dia bisa akrab dengan banyak orang. Hal itulah yang menurutnya adalah titik lemah yang dimiliki. Dia dimanfaatkan oleh empat orang kenalannya itu.
Suatu malam, mereka mengajak Merlin untuk datang ke salah satu rumah dari mereka. Sebuah pesta yang tidak begitu jelas untuk apa diadakan saat itu. Tanpa menaruh curiga, Merlin mengiyakan ajakan mereka.
Ketika memasuki rumah di mana pesta itu diadakan, dia melihat banyak lelaki selain empat temannya. Mungkin sekitar 10 orang.
"Aku langsung berbaur dengan mereka, mengobrol, dan semacamnya. Tapi, tiba-tiba saja beberapa di antara mereka—yang bukan kenalanku itu meremas pantatku, menyentuh badanku. Tubuhku kaku karena syok dan hanya bisa diam karena tiba-tiba saja rasa takut yang sangat besar benar-benar melanda," jelasnya sambil menggigit bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG KELABU [TAMAT]
ChickLitGenre: Fiksi Psikologi, Chiklit, Drama. "Hei, kamu! Ulurkan tanganmu! Aku akan mencoba menarikmu dari ruang kelabu itu." Setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya. Ada batas kemampuan yang dimiliki oleh tiap orang dan tentunya tidaklah sama. K...
6. Lelaki Juga Ingin Didengarkan
Mulai dari awal